-------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 18 Desember 2021
Alfred
Bernhard Nobel (2): Dikirim ke Luar Negeri Belajar Teknik Kimia
Oleh:
Asnawin Aminuddin
(Wartawan)
Alfred Nobel muda sangat
tertarik akan sastra, fisika, dan kimia. Dia juga tergolong pribadi yang
melankolis karena sangat suka membuat puisi.
Sepeninggalnya, dia
tercatat memiliki perpustakaan pribadi yang terdiri dari 1.500 buku mulai dari
bidang sains, filsafat, hingga teologi dan sejarah. Karya-karya Lord Byron,
sastrawan dari Inggris, sangatlah dia gemari.
Filsafat turut mengisi
masa mudanya. Hanya karena ingin menguji kemampuan berbahasanya (dan tentu saja
intelektualnya pula), Alfred Nobel menerjemahkan karya Voltaire dari bahasa
Prancis ke bahasa Swedia, dan menulisnya ulang dalam bahasa Perancis. Pemikiran
Locke, Alexander von Humboldt, dan Benedict Spinoza pun dilahapnya dengan
mudah.
Rupanya sang ayah,
Immanuel, tidak setuju dengan kegemaran anaknya, Alfred. Dia berharap agar
Alfred bergabung dalam perusahaan keluarganya, terutama sebagai insinyur.
Upaya Immanuel untuk
mengalihkan perhatian Alfred dari dunia sastra diwujudkan dengan mengirimkan
Alfred ke luar negeri. Immanuel ingin agar anaknya yang pendiam dan sedikit
introvert itu mendalami ilmu teknik kimia dan membuka wawasannya.
Alfred pun mulai
melanglang buana sejak tahun 1850 hingga 1852. Negara pertama yang
dikunjunginya adalah Amerika Serikat. Di sana dia mempelajari
teknologi-teknologi terbaru.
Pendidikannya kemudian
pun berlanjut di Paris, Perancis. Profesor T J Pelouze menerimanya untuk
bekerja di laboratorium pribadi miliknya atas rekomendasi yang diberikan oleh
Profesor Zinin, bekas guru kimianya.
Zinin sendiri adalah
murid dari Pelouze. Pelouze adalah profesor di College de France dan juga teman
dekat Berzelius, ahli kimia berkebangsaan Swedia.
Apa yang terjadi di Paris
ternyata berbuntut panjang pada bisnis Alfred Nobel nantinya. Kota itu pula
yang membuat Alfred berkenalan dengan ahli kimia muda murid Pelouze yang
berasal dari Italia, Ascanio Sobrero.
Sobrero tiga tahun
sebelumnya, pada 1847, menemukan bahan kimia cair yang dinamakan dengan
pyroglicerine (kini dinamakan dengan nitrogliserin). Ia menjelaskan pada
Alfred, bahan ini memiliki daya ledak yang tinggi, namun dia tidak mengetahui
bagaimana cara mengendalikan ledakan yang dihasilkan.
Nitrogliserin dihasilkan
dari pencampuran gliserin dengan asam nitrat dan sulfur atau proses nitrasi
gliserol. Bahan ini sangatlah berbahaya karena mudah meledak. Meskipun daya
hancur yang dimilikinya melebihi bubuk mesiu (gunpowder), tetapi cairan ini
dapat dengan mudah meledak jika mengalami tekanan dan pertambahan temperatur.
Alfred Nobel pun tertarik
untuk mengetahui lebih lanjut tentang nitrogliserin dan ingin melibatkan
penggunaannya dalam bisnis konstruksi.
Di Paris, Perancis,
Alfred bekerja di laboratorium pribadi Profesor TJ Pelouze, kimiawan terkenal.
Di sana ia bertemu kimiawan Italia, Ascanio Sobrero. Setelah tiga tahun
pertama, Sobrero telah menemukan nitrogliserin, cairan berdaya ledak tinggi,
yang dianggap terlalu berbahaya untuk digunakan.
Alfred menjadi sangat
tertarik pada nitrogliserin dan penggunaannya dalam pembangunan kerja. Saat ia
kembali ke Rusia setelah studinya, ia bekerja bersama ayahnya untuk
mengembangkan nitrogliserin sebagai bahan peledak yang berguna secara komersial
dan teknis.
Dua
Kali Bangkrut
Pada tahun 1852, bisnis
Immanuel Nobel mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan makin
parahnya Perang Krim. Pesanan Pemerintah Rusia akan peralatan perang bertambah.
Immanuel pun menyuruh Alfred untuk pulang ke Rusia guna membantu bisnis
keluarganya.
Berdasarkan pengetahuan
yang diperoleh selama di Paris, Alfred dan ayahnya melakukan serangkaian
percobaan untuk memproduksi nitrogliserin dalam jumlah besar dan dapat
digunakan dalam keperluan komersial.
Ide akan penelitian
tentang nitrogliserin datang pula dari Profesor Zinin yang mengadakan
demonstrasi akan penggunaan nitrogliserin untuk keperluan militer.
Pada demonstrasi itu,
Zinin menuangkan beberapa tetes nitrogliserin yang kemudian dipukul menimbulkan
ledakan keras. Meskipun demikian, ternyata cairan yang bereaksi hanyalah yang
mengalami kontak dengan tekanan, sisanya tetap ada.
Immanuel pun mencoba
melibatkannya dalam Perang Krim, namun semuanya gagal dan tidak berfungsi.
Menurut Alfred di kemudian hari, eksperimen ayahnya yang dilakukan dengan
mencampurkan nitrogliserin dengan bubuk mesiu hanya dilakukan dalam skala
kecil.
Perang Krim pun akhirnya
usai setelah ditandatanganinya Treaty of Paris pada 30 Maret 1856. Peristiwa
ini mengakibatkan kebangkrutan kedua bagi Immanuel dan memaksanya meninggalkan
Rusia dan kembali ke Swedia.
Robert dan Ludvig menetap di Rusia dan mengembangkan bisnis mesin yang di kemudian hari akan mendirikan perusahaan minyak Rusia yang bernama Brothers Nobel atau Branobel. (bersambung)
.........
Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Alfred_Nobel
http://www.biografiku.com/2009/02/biografi-alfred-bernhard-nobel-1833.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Penghargaan_Nobel
Artikel bagian 1:
Alfred Bernhard Nobel (1): Anak dari Seorang Insinyur dan Penemu
Artikel bagian 3:
Alfred Bernhard Nobel (3): Menemukan Dinamit dan Jadi “Pengembara Terkaya di Eropa”