------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 08 Desember 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (53):
Allah
Menghibur Rasulullah dengan Perjalanan Isra’ dan Mi’raj
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Aisyah
dan Saudah
Walau keadaan semakin berat, Rasulullah tetap berjuang
dengan gigih. Namun demikian, semakin gigih pula suku-suku pengembara Arab
menolak beliau.
Pada saat penuh perjuangan itulah, Rasulullah menikah
dengan Aisyah, putri Abu Bakar. Pernikahan itu bertujuan mempererat tali
persaudaraan dengan para pendukung Islam yang setia. Tali persaudaraan yang
erat itu sangat penting pada saat-saat sulit seperti itu.
Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah merupakan
penghargaan setingi-tingginya bagi Abu Bakar, ayah Aisyah sekaligus sahabat
Rasulullah. Pernikahan ini merupakan suatu bentuk kemenangan dalam persaudaraan
yang penuh cinta kasih antara Abu Bakar dan Rasulullah sejak masa sebelum
diangkat menjadi Rasul.
Sebelumnya, Rasulullah menikahi Saudah. Saat itu
Saudah telah menjadi janda setelah suaminya meninggal di Habasyah. Tujuan
pernikahan itu adalah untuk menolong Saudah yang hampir hidup terlunta-lunta
setelah suaminya wafat. Saudah adalah wanita yang pertama dinikahi Rasulullah
sepeninggal Khadijah.
Setelah berduka ditinggal Abu Thalib dan Khadijah,
kesukaran yang dihadapi Rasulullah bertambah dengan semakin kerasnya orang
Quraisy memusuhi beliau. Pada saat itulah, Allah menghibur Rasulullah dengan
sebuah perjalanan luar biasa yang tidak pernah kita temui lagi kedasyatannya
dalam sejarah.
Isra'
Pada suatu malam yang hening, Malaikat Jibril
mendatangi Rasulullah. Wajahnya putih berseri dan berkilau seperti salju.
Demikian heningnya saat itu sampai tidak terdengar suara burung malam,
gemericik air, dan siulan angin.
“Hai orang yang sedang tidur, bangunlah!” sapa
Malaikat Jibril.
Rasulullah bangun. Saat itu, beliau sedang tidur di
rumah sepupunya, Ummu Hani binti Abu Thalib.
Jibril membawa Buraq ke hadapan Rasulullah. Buraq
adalah hewan yang bentuknya lebih kecil dari kuda tapi lebih besar dari keledai
dengan sayap di kedua sisi tubuhnya. Warnanya putih. Setiap kali ia melangkah,
jauhnya sama dengan jarak pandang.
Setelah Rasulullah naik ke punggungnya. Buraq pun
meluncur seperti anak panah, sedangkan Jibril terbang mengiringi dalam jarak
yang dekat sekali. Mereka terbang melintasi padang-padang pasir menuju ke
utara.
Ifrit
Dalam perjalanan Isra', satu Ifrit mengejar Rasulullah
sambil membawa obor. Ifrit adalah bangsa jin yang amat jahat. Jibril
mengajarkan sebuah doa kepada Rasulullah yang membuat obor Ifrit padam dan
Ifrit tersungkur jatuh.
Akhirnya Rasulullah tiba di Baitul Maqdis, Yerusalem,
Palestina. Di atas Baitul Maqdis, Rasulullah bertemu Nabi Ibrahim, Nabi Musa,
dan Nabi Isa. Ketiga nabi mulia itu ditemani nabi-nabi lain. Rasulullah
kemudian memimpin shalat semua nabi dan rasul itu.
Selesai shalat, dibawakan ke hadapan Rasulullah tiga
buah bejana. Satu berisi khamr, satu berisi air, dan satu lagi berisi susu.
Mi'raj
Rasulullah mendengar sebuah suara berkata, “Kalau ia
memgambil air, ia akan tenggelam dan begitu juga umatnya. Kalau ia mengambil
khamr, ia akan tersesat dan begitu pula umatnya. Kalau dia mengambil susu, ia
akan dibimbing dan begitu juga umatnya.”
Oleh karena itu, Rasulullah mengambil bejana berisi
susu dan meminumnya dengan menyebut nama Allah. Jibril pun berkata kepada
Rasulullah,”Anda telah diberkati dan begitu pula umat Anda, Muhammad.”
Setelah itu, beliau dibawa naik sampai ke langit.
Tangga dipancangkan di atas batu Yaqub.
Mi'raj berarti tangga. Saat naik ke langit, Rasulullah
meniti Mi'raj, bukan lagi menaiki Buraq. Buraq menunggu di bawah ditambatkan di
pintu Baitul Maqdis. Oleh Jibril, tangga ini diletakkan di atas batu besar dan
ujungnya terus menjulang sampai ke langit.
Dengan tangga itu, Rasulullah naik ke atas langit
berlapis tujuh. Setiap tingkatan langit dijaga oleh malaikat agar tidak ada
setan yang bisa mencuri-dengar rahasia-rahasia langit.
Di langit pertama, Rasulullah melihat semua malaikat
tersenyum, kecuali satu saja. Rasulullah bertanya kepada Jibril, lalu Jibril
menjawab bahwa itu adalah Malik, malaikat penjaga neraka.
Rasulullah bertanya lagi kepada Jibril, “Bisakah
engkau memerintahkannya untuk memperlihatkan neraka?”
“Malik, perlihatkan neraka kepada Muhammad,” perintah
Jibril.
Lalu Malik mengangkat penutup neraka dan api berkobar
tinggi sampai Rasulullah mengira bahwa ia akan membakar segalanya.
Illiyyin
dan Sijjin
Illiyyin adalah nama suatu tempat di surga tertinggi.
Sementara itu, Sijjin adalah tempat yang terletak di bawah Neraka Jahanam.
Rasulullah meminta agar Jibril memerintahkan Malik
mengendalikan kobaran api yang sangat dasyat itu. Malaikat Malik pun
melakukannya dan menutup kembali pintu neraka.
Setelah itu, Rasulullah melihat seorang laki-laki
sedang duduk melihat roh-roh manusia yang lewat di hadapannya. Jika roh itu
baik, ia akan mengucapkan selamat seraya berkata, “Roh yang baik dari tubuh yang
baik.”
Jika yang lewat itu roh yang buruk, wajah laki-laki
itu jadi keruh sambil berkata, “Huh! Roh yang jelek dari tubuh yang jelek!”
“Siapa laki-laki itu, wahai Jibril?” tanya Rasulullah.
Jibril menjelaskan bahwa itu adalah Nabi Adam yang sedang menilai roh keturunannya. Roh orang yang beriman membuat Nabi Adam gembira, sedangkan roh orang kafir dan murtad membuat beliau kesal dan murung. (bersambung)
Kisah sebelumnya:
Muth’im bin Adi Memberikan Perlindungan kepada Rasulullah
Abu Lahab Lepas Perlindungan Bani Hasyim kepada Rasulullah, Orang Tha’if Melempari Batu