Pemimpin Kabilah Banu Sahmin yang bernama Buraidah bin Al Hasib Al Aslami juga keluar mencari Rasulullah yang sedang dalam perjalanan menuju Yatsrib. Ia memimpin tujuh puluh orang prajurit dan menyusuri jalan-jalan ke arah Yatsrib. Di suatu tempat, tiba-tiba saja secara kebetulan mereka bertemu rombongan Rasulullah.
“Kepung!” perintah Buraidah.
------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 28 Desember 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (63):
Buraidah
dan 70 Prajuritnya Mengepung Rasulullah dalam Perjalanan Menuju Yatsrib
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Buraidah
Tidak hanya Suraqah bin Malik yang mengincar hadiah
seratus ekor unta. Pemimpin Kabilah Banu Sahmin yang bernama Buraidah bin Al
Hasib Al Aslami juga keluar mencari beliau.
Ia memimpin tujuh puluh orang prajurit dan menyusuri
jalan-jalan ke arah Yatsrib. Di suatu tempat, tiba-tiba saja secara kebetulan
mereka bertemu rombongan Rasulullah.
“Kepung!” perintah Buraidah.
Beberapa detik kemudian, tujuh puluh pedang, tombak,
dan panah mengurung Rasulullah dan memaksa beliau berhenti. Buraidah menegur
Rasulullah. Beliau pun menjawabnya. Kemudian, sebelum Buraidah sempat bertanya
lagi, Rasulullah mendahuluinya, “Siapa Anda?”
“Saya Buraidah bin Al Hasib,” jawab Buraidah.
Dengan tenang Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, “Mudah-mudahan
suasana mencekam ini kembali menjadi lebih baik.”
Kemudian, beliau memandang kembali Buraidah dan
bertanya, “Dari keturunan siapa Anda?”
“Dari Desa Aslam, keturunan Sahmin,” jawab Buraidah.
Kembali Rasulullah memalingkan wajahnya ke Abu Bakar
dan berkata, “Kita telah selamat dan keluar dari jangkauan panah mereka.”
“Siapakah engkau?” kali ini Buraidah yang bertanya.
“Saya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib,” jawab
Rasulullah.
Dengan kehendak Allah, saat itu juga Buraidah mengucapkan
dua kalimat syahadat dan memeluk Islam.
Melihat pemimpin mereka memeluk Islam, tujuh puluh
orang pasukan pengepung pun mengikuti jejaknya.
Setelah itu, Buraidah dan pasukannya mengawal
rombongan Rasulullah sampai keluar dari wilayah mereka.
Dalam situasi diburu dan dikejar pun, Rasulullah tetap
mampu mengumpulkan pengikut, berkat ketenangan, kekuatan iman, dan pertolongan
Allah.
Penyebaran
Islam di Yatsrib
Pesatnya perkembangan Islam di Yatsrib tidak lepas
dari jasa Mush'ab bin Umair yang diutus Rasulullah ke Yatsrib untuk mengajarkan
Islam. Mush'ab yang cerdas dan berhati lembut mampu membuat orang yang
memusuhinya menjadi kawan.
Berikut ini adalah salah satu kisah kecemerlangan
dakwah Mush'ab bin Umair.
Jauh sebelum Rasulullah dan kaum Muslimin Mekah
berhijrah, di Yatsrib, Mush'ab bin Umair sedang mengajarkan Islam kepada
sekelompok orang di kebun Bani Zafar. Sa'ad bin Muadz tidak senang mendengar
berita ini. Ia lalu mendatangi Usaid bin Hudhair. Kedua orang ini adalah para
pemimpin kaumnya.
“Usaid temui orang Mekah itu. Dia datang ke daerah
kita dan mengajarkan agama baru kepada orang-orang kita. Agama itu bisa membuat
orang lemah dan miskin bangkit melawan kita,” kata Sa’ad.
Mendengar itu, Usaid pergi menjinjing tombak ke kebun
Bani Zafar. Ditegurnya Mush'ab bin Umair dengan tombak teracung. Namun, Mush'ab
berkata tenang, “Maukah kau duduk dulu dan mendengarkan? Kalau kau tidak
menyukainya, aku bersedia pergi dari sini.
Usaid berpikir sejenak, “Baiklah, itu cukup adil.”
Kemudian, ia duduk dan mendengarkan Mush'ab. Semakin
lama, hati Usaid makin tertarik. Akhirnya, ia memeluk Islam saat itu juga.
Setelah itu, ia menemui Sa'ad bin Muadz.
“Apa? Jadi sekarang justru engkau ikut memeluk agama
baru itu?” teriak Sa'ad marah.
Ia pun bergegas menemui Mush'ab sambil menyandang
pedangnya. Namun, apa yang terjadi pada Usaid, terjadi pula pada Sa'ad. Begitu
mendengar penjelasan Mush'ab tentang Islam, ia begitu tertarik sehingga menjadi
Muslim saat itu juga.
Setelah itu, tanpa membuang waktu, ia pergi menemui
kaumnya dan berseru, “Hai Banu Abdul Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang
diriku?”
“Engkau adalah pemimpin kami, yang paling dekat dengan
kami, engkau punya pendapat dan pengalaman yang terpuji,” jawab kaumnya.
“Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria, bagiku adalah
suci selama kalian beriman kepada Allah dan utusan-Nya,” demikian seru Sa'ad
bin Muadz.
Sejak saat itu, seluruh suku Abdul Asysal memeluk
Islam.
Amr
bin Jamuh
Keberanian kaum Muslimin di Yatsrib benar-benar di
luar dugaan kaum Muslimin di Mekah. Para pemuda di sana dengan sangat berani
mempermainkan berhala-berhala orang-orang yang masih musyrik.
Amr bin Jamuh adalah seorang bangsawan dari Banu
Salamah. Ia mempunyai sebuah berhala bernama Manat yang terbuat dari kayu.
Setelah itu para pemuda dari Banu Salamah yang sudah masuk Islam, diam-diam
mereka mengambil Manat pada malam hari dan memasukkan berhala kayu itu ke dalam
lubang penuh lumpur.
“Manat! Kemana Tuhan-ku itu?” seru Amr bin Jamuh.
Pagi-pagi sekali, ia sudah datang ke tempat
penyembahan dan kebingungan mencari Manat yang hilang. Setelah mencari kesana
kemari, ia menemukan Manat tersuruk di tempat yang sangat kotor.
Amr segera mengambil, mencuci, dan membersihkan
tuhannya itu sampai bersih dan meletakkannya lagi di tempat semula.
“Siapa yang berani mengganggu Manat, akan kutebas
lehernya!” ancam Amr bin Jamuh kepada orang-orang disekitarnya.
Namun, pada malam harinya para pemuda Muslim kembali
mengambil dan memasukkan Manat ke lubang yang kotor dan berlumpur. Sambil
menuduh-nuduh dan memgancam-ancam, Amr bin Jamuh kembali mencuci dan
membersihkan tuhannya.
Begitulah terjadi berkali-kali sampai akhirnya rasa
kesal Amr bin Jamuh berbalik pada Manat. Amr mengalungkan pedang pada Manat
sambil berkata pada tuhannya itu, “Kalau kau memang berguna, bertahanlah! Kusertakan
pedang ini bersamamu!”
Keesokan harinya, Amr sudah kembali kehilangan Manat.
Ia menemukan tuhannya itu di dalam sumur bersama bangkai seekor anjing.
Sementara itu, pedangnya hilang.
“Mengapa kau tidak membela dirimu? Mengapa kau biarkan
dirimu terhina?” keluh Amr tidak berdaya.
Beberapa orang pemuka masyarakat yang sudah memeluk Islam mendekati Amr dan memgajaknya berbicara. Saat itu, sadarlah Amr bin Jamuh betapa sesatnya ia selama ini. Setelah itu, tanpa ragu lagi ia memeluk Islam dan menjadi Muslim yang taat. (bersambung)
------
Kisah sebelumnya:
Rasulullah dan Abu Bakar Tinggalkan Mekah, Musyrikin Quraisy Kelabakan