Rasulullah kemudian menghubungi Suhail bin Amr dari Bani Amr bin Lu’ay, tetapi ia juga menolak. Akhirnya Al Muth’im bin Adi bersedia memberi perlindungan. sEok paginya, Al Muth'im menuju Ka'bah dan mengumumkan perlindungannya. (int)
-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 06 Desember 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (52):
Muth’im
bin Adi Memberikan Perlindungan kepada Rasulullah
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Di
Kebun Anggur
Melihat penderitaan yang begitu buruk dialami
Rasulullah, Utbah dan Syaibah merasa iba. Mereka menyuruh seorang budak mereka
untuk memberikan buah anggur kepada Rasulullah.
Rasulullah menjulurkan tangan untuk mengambil anggur
seraya mengucap, “Bismillah.”
Budak itu terkejut keheranan mendengar ucapan itu, “Kata-kata
itu tidak pernah diucapkan oleh penduduk negeri ini.”
Kemudian, Rasulullah bertanya kepada sang budak siapa
namanya dan dari negeri mana dia berasal, serta apa agamanya.
“Namaku Addas, aku berasal dari Niniveh di
Mesopotamia. Aku beragama Nasrani,” jawab Addas.
Rasulullah kemudian berkata lagi, “Dari negeri
baik-baik, Yunus bin Matta.”
Dengan rasa heran yang lebih besar daripada
sebelumnya, Addas bertanya, “Darimana Tuan tahu nama Yunus bin Matta?”
“Dia saudaraku,” jawab Rasulullah, “Dia seorang nabi
dan aku juga seorang nabi.”
Mendengar itu, hati Addas dipenuhi rasa haru yang
menyengat. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia mencium kepala, tangan, dan kaki
Rasulullah.
Utbah dan Syaibah memerhatikan hal itu dengan heran.
“Lihat, ia merusak budakmu,” kata Syaibah.
Ketika Addas kembali, mereka bertanya dengan marah,
“Mengapa pula engkau cium kepala, tangan, dan kaki
orang itu?” tanya Syaibah.
“Itulah laki-laki yang paling baik di negeri ini,”
jawab Addas, “Ia mengatakan sesuatu yang hanya diketahui oleh para nabi.”
Utbah dan Syaibah saling pandang sebelum berkata
dengan keras, “Addas, jangan sampai orang itu memalingkan engkau dari agamamu.
Agamamu itu lebih baik daripada agamanya.”
Saat
Paling Getir
Jibril dan Malaikat Penjaga Gunung, menawarkan diri
untuk menghancurkan Tha'if. Namun, Rasulullah menolak, beliau bahkan mendoakan
kebaikan bagi penduduk Tha'if.
Kembali
ke Mekah
Setelah Abu Thalib meninggal, Abu Lahab lah yang
terpilih sebagai pemimpin kabilah Bani Hasyim. Abu Lahab langsung mengumumkan
kepada khalayak bahwa Bani Hasyim kini tidak lagi melindungi Rasulullah. Hal
itu berarti Rasulullah boleh dianiaya, bahkan sampai dibunuh oleh siapa pun
tidak akan ada yang menuntut balas kematiannya.
Dalam perjalanan kembali ke Mekah, keadaan Nabi yang
tanpa perlindungan ini merisaukan Zaid.
Zaid pun bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa yang akan kita
lakukan jika kita kembali ke Mekah tanpa perlindungan? Aku khawatir jika orang
akan berbuat sewenang-wenang kepada Anda.”
Rasulullah menatap Zaid dengan pandangan menghibur
sambil berkata dengan keyakinan penuh, “Allah akan melindungi agama dan Rasul-Nya.”
Tiba-tiba di luar Mekah, melalui seorang penduduk,
Rasulullah menghubungi Al Akhnas bin Syariq untuk menanyakan apakah ia mau
memberi perlindungan. Namun, Al Akhnas menolak.
Rasulullah kemudian menghubungi Suhail bin Amr dari
Bani Amr bin Lu’ay, tetapi ia juga menolak. Akhirnya Al Muth’im bin Adi
bersedia memberi perlindungan.
Esok paginya, Al Muth'im menuju Ka'bah dan mengumumkan
perlindungannya. Abu Lahab datang dan memprotes dengan ejekan, “Kamu memberi
perlindungan atau menjadi pengikutnya?”
“Kami memberi perlindungan kepada orang yang
seharusnya engkau lindungi,” jawab Al Muth'im.
Suatu hari, Rasulullah pergi ke Ka'bah, Abu Jahal
melihatnya dan berseru kepada sekumpulan orang Quraisy dengan nada menghina, “Wahai
keturunan Abdu Manaf, inilah Nabi kalian.”
Menanggapi olokan itu, Utbah bin Rabi'ah berkata, “Peduli
apa pula engkau? Apakah kita ini mempunyai seorang nabi atau raja?”
Rasulullah mendekati keduanya dan berkata, “Wahai
Utbah! Demi Allah, ucapanmu adalah tanggunganmu sendiri. Sementara untukmu, Abu
Jahal, nasib jelek akan menimpamu, sehingga kelak engkau akan sedikit tertawa
dan banyak menangis.”
Saat
Penuh Perjuangan
Setelah Abu Thalib meninggal, ruang gerak dakwah
Rasulullah di Mekah semakin sempit. Beliau pun mencoba mengalihkan dakwah Islam
ke suku-suku Arab lain yang sering berdatangan ke Mekah pada bulan-bulan haji.
Setiap hari Rasulullah mengunjungi perkemahan Badui,
setiap kali itu pula Abu Lahab mengikuti beliau. Setelah beliau beranjak pergi,
Abu Lahab mendekat dan berkata, “Orang yang tadi hanya ingin menukar
kepercayaan Anda kepada Latta dan Uzza, serta jin-jin sekutu Anda, dengan agama
sesat yang dibawanya.”
Seorang pemuka kabilah Badui pernah bertanya kepada
Rasulullah, “Kalau kami jadi pengikutmu dan Tuhan memberimu kemenangan
menghadapi lawanmu, apakah kami akan berkuasa setelah Anda?”
Rasulullah menjawab, “Kekuasaan adalah pemberian Allah
ketika Ia menghendaki.”
Dengan muka masam, pemimpin kabilah itu berkata ketus, “Dugaan saya, Anda ini mengharap kami melindungi Anda dari orang Badui dengan dada kami, lalu kalau Anda menang orang lain akan memetik untung! Tidak, terima kasih.” (bersambung)
Kisah sebelumnya:
Abu Lahab Lepas Perlindungan Bani Hasyim kepada Rasulullah, Orang Tha’if Melempari Batu