Malam pun tiba, Rasulullah telah bersiap-siap. Beliau meminta Ali bin Abu Thalib untuk tidur di atas tempat tidur beliau dan menggunakan selimut yang biasa beliau kenakan. Kemudian, datanglah para pembunuh ke rumah Rasulullah. Mereka adalah para pemuda kekar yang berasal dari berbagai kabilah. Pembunuh-pembunuh itu bersenjata lengkap dan mengepung rumah Rasulullah dari segala penjuru: depan, belakang, dan samping.
------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 23 Desember 2021
Kisah
Nabi Muhammad SAW (60):
Rasulullah
Meloloskan Diri dari Kepungan dan Bersembunyi di Gua Tsur
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Dikepung
Abu Bakar berpesan kepada putranya, Abdullah, agar
setiap hari mendengarkan rencana-rencana Quraisy saat mereka tahu Rasulullah
telah berangkat hijrah.
“Abdullah, setiap petang pergilah ke Gua Tsur tempat
Rasulullah dan aku bersembunyi. Ajaklah adikmu, Asma. Suruh ia membawa makanan
untuk kami,” kata Abu Bakar.
Abu Bakar juga menugasi pembantunya, Amir bin Fuhaira,
agar menggembalakan kambing-kambingnya di dekat Gua Tsur selama Rasulullah dan
Abu Bakar sembunyi di situ. Amir bertugas memerah susu kambing untuk minum
Rasulullah dan Abu Bakar, sekaligus memberi peringatan jika orang-orang Quraisy
itu mendekat.
Malam pun tiba, Rasulullah telah bersiap-siap. Beliau
meminta Ali bin Abu Thalib untuk tidur di atas tempat tidur beliau dan
menggunakan selimut yang biasa beliau kenakan.
Kemudian, datanglah para pembunuh ke rumah Rasulullah.
Mereka adalah para pemuda kekar yang berasal dari berbagai kabilah.
Pembunuh-pembunuh itu bersenjata lengkap dan mengepung rumah Rasulullah dari
segala penjuru: depan, belakang, dan samping. Disertai para ketua kabilah,
jumlah semuanya hampir seratus orang. Tampaknya tidak ada celah sedikit pun
untuk meloloskan diri.
Menurut sebuah riwayat, salah seorang dari mereka
mengintai ke dalam rumah Rasulullah dengan memanjat. Konon, setiap kali ia
memanjat, terdengarlah suara tangis seorang anak perempuan. Orang itu pun
segera turun. Begitulah yang terjadi berkali-kali.
Menurut adat kesopanan Quraisy, terhinalah seorang
ksatria yang memasuki rumah orang yang
akan dibunuhnya dan hinalah seorang ksatria yang sampai merusak keamanan
seorang perempuan. Anak perempuan tadi adalah seorang keluarga Rasulullah yang
terbangun dari tidurnya.
Demikianlah, para pembunuh terus berusaha mengintai
untuk memastikan apakah Rasulullah masih berada di rumah atau tidak. Ketika
melihat Ali bin Abu Thalib yang tidur dengan berselimut, mereka menyangka itu
adalah Rasulullah. Dengan demikian, tenanglah mereka.
Rasulullah
Meloloskan Diri
Ketika saatnya tiba, Rasulullah keluar rumah dengan
sangat perlahan. Beliau mengambil segenggam pasir dan menaburkannya ke kepala
para pengepung sambil membaca doa. Dengan pertolongan Allah, para pengepung itu
tidak dapat melihat Rasulullah ke luar rumah. Bahkan semuanya jadi mengantuk
dan tertidur. Rasulullah pun pergi.
Tidak lama kemudian, Abu Bakar datang. Setelah tahu
apa yang terjadi, Abu Bakar segera menyusul Rasulullah dan berhasil menemui
beliau di tengah perjalanan menuju Gua Tsur.
Pagi hampir tiba ketika tiba-tiba muncul seorang
laki-laki tua yang tidak seorang pun pernah melihatnya. Orang tua itu berseru
nyaring untuk membangunkan para pengepung, “Hai orang banyak! Kamu semua di
sini sedang menunggu apa? Mengapa kalian tertidur demikian pulas?”
“Kami sedang menunggu Muhammad! Bukankah ia masih
tidur di dalam!” kata para pemuda itu.
Orang itu menggeleng-geleng, “Kasihan .... kasihan
.... kasihan sekali kalian! Muhammad sudah pergi dari tadi setelah menaburkan
pasir di kepala kalian!”
Para pemuda gagah itu bangkit, sambil membersihkan
pasir di kepala mereka, “Aduh, pasir di kepala kita! Sungguh keterlaluan!
Keterlaluan!”
Salah seorang dengan gemas menggedor-gedor pintu rumah
Rasulullah, “Muhammad! Muhammad! Muhammad!”
Mereka kemudian menyerbu masuk dengan pedang terhunus.
Hanya dalam waktu beberapa detik, mereka mengelilingi tempat tidur Rasulullah.
Dengan kasar, selimut ditarik dan pedang-pedang
terangkat siap untuk dihujamkan. Namun, Ali bin Abu Thalib yang tidur di tempat
Rasulullah itu segera melompat bangun dan siap menghadapi maut.
Wajah para pemuda itu membeku pucat melihat bukan
Rasulullah yang berbaring.
“Mana Muhammad?” hardik mereka kasar.
“Aku tidak tahu!” jawab Ali bin Abu Thalib.
Para pemuda itu kemudian menggiring Ali bin Abu Thalib
ke dekat Ka'bah. Di sana mereka memukul, menendang, dan menampar wajah beliau.
Namun, Ali lebih baik mati dari pada mengatakan di mana Rasulullah berada.
Dengan putus asa, mereka pun melepaskan Ali bin Abu Thalib yang telah bertahan
demikian berani.
Di
Gua Tsur
Saat itu Rasulullah dan Abu Bakar tiba di Gua Tsur.
Selama berjalan, Abu Bakar sebentar-sebentar melangkah di muka Rasulullah, lalu
disamping, kemudian pindah ke belakang. Demikian berulang-ulang.
“Abu Bakar, saya tidak mengerti perbuatanmu ini?” ucap
Rasulullah.
“Ya Rasulullah, saya takut kita diikuti pengintai.
Untuk mengelabuhi mereka, saya berpindah-pindah berjalan di dekat Anda,” jawab
Abu Bakar.
Saat itu Rasulullah berjalan dengan kaki telanjang.
Padahal beliau tidak biasa berjalan tanpa alas kaki. Akibatnya, kaki Rasulullah
dipenuhi luka. Tiba di Gua Tsur, Abu Bakar meminta Rasulullah menunggu sebentar
di luar. Abu Bakar tahu Gua Tsur banyak dihuni binatang-binatang liar, buas,
dan berbisa seperti ular dan kalajengking. Tidak seorang manusia pun berani
masuk ke dalamnya.
Abu Bakar pun masuk dan membersihkan gua tanpa
menghiraukan bahaya yang mengancam. Ia merobek pakaiannya secarik demi secarik
untuk menutup semua lubang yang terlihat.
Setelah itu, dengan pakaian terkoyak-koyak, ia
menyingkirkan batu-batu. Mendadak seekor ular yang bersembunyi di balik
bebatuan itu menggigit kakinya dengan keras. Sakit sekali bekas gigitan itu
seperti hendak meledakkan kepalanya. Namun, Abu Bakar menahan rasa sakit itu
dan terus bekerja tanpa bersuara.
Setelah selesai, Rasulullah pun masuk. Demikian
lelahnya beliau hingga tertidur dengan meletakkan kepala di pangkuan Abu Bakar.
Saat itu, rasa sakit bekas gigitan ular semakin terasa menyengat sampai-sampai
air mata Abu Bakar menetes-netes. Setitik air mata itu menetes di muka
Rasulullah. Beliau bangun dengan terkejut.
“Mengapa engkau menangis wahai Abu Bakar?” tanya
Rasulullah.
“Saya digigit ular, ya Rasulullah,” jawab Abu Bakar.
“Oh, mengapa tidak engkau katakan dari tadi?” kata
Rasulullah dengan nada tanya.
“Saya takut membangunkan engkau,” jawab Abu Bakar.
Rasulullah memeriksa luka Abu Bakar dan mengusapnya.
Seketika itu juga, bengkak dan rasa sakitnya lenyap.
Kemudian, Rasulullah bertanya, “Kemana pakaianmu?”
Abu Bakar menceritakan semua yang terjadi. Rasulullah terharu. Beliau pun berdoa, “Ya Allah, letakkan Abu Bakar kelak pada hari Kiamat pada derajatku!” (bersambung)
------
Kisah sebelumnya:
Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab Menantang Pembesar Quraisy
Setelah Baiat Aqabah Kedua, Kaum Muslimin Mekah Mulai Hijrah ke Yatsrib