Dua prajurit muda muslim, Muadz Bin Afra dan Abdullah Bin Mas'ud, berhasil membunuh Abu Jahal dan keduanya kemudian membawa kepala Abu Jahal ke hadapan Rasulullah ﷺ seraya berkata, “Ya Rasulullah, inilah kepala Abu Jahal si musuh Allah!”
----------
PEDOMAN KARYA
Kamis, 20 Januari 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (80):
Abu
Jahal Terbunuh, Pasukan Muslimin Raih Kemenangan Gemilang pada Perang Badr Kubra
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Hamzah
bin Abdul Muthalib
Hamzah bin Abdul Muthalib bersama
pasukannya berdiri melakukan penjagaan di dekat kolam pasukan muslim. Kolam itu
merupakan tempat penting dalam pertempuran Badar. Jika pasukan Quraisy berhasil
merebut kolam dan menghilangkan dahaga mereka, pasukan muslimlah yang akan
kehausan.
Kemudian, sepasukan berkuda Quraisy
mendekat. Dua penunggang kuda terdepan berhasil ditaklukan Hamzah. Namun,
penunggang ketiga lolos dan berhasil membuka celah pertahanan untuk diterobos
para penunggang lain yang terkenal tangguh.
Namun Hamzah sendiri berdiri menutup celah
tersebut dengan pedang siaga di tangan. Satu demi satu para penunggang Quraisy
yang kehausan maju. Namun, semuanya tumbang di ujung pedang Hamzah.
Setelah memukul mundur para penunggang
Quraisy, Hamzah menerjunkan diri ke medan tempur dengan niat untuk menghabisi
para jagoan Quraisy yang dilihatnya. Tidak lama kemudian, Hamzah berhasil
merobohkan Handhalah Bin Abu Sufyan dan Haris bin Amir.
Tiba-tiba Naufal Bin Khuwailid berhasil
menerobos ke tengah barisan pasukan muslimin. Dengan kudanya yang menggila, ia
menyerang beringas, menerjang dan menginjak-injak. Topi dan baju besi yang dipakai Naufal sulit
ditembus pedang pasukan muslim.
Namun Hamzah datang dan menyerangnya.
Naufal segera menggebrak kudanya dan menyerang. Hamzah melompat ke belakang,
berputar, dan balik menyerang. Pedangnya berkelebat membelah udara. Beberapa
tentara kedua belah pihak berhenti bertempur dan memperhatikan pertarungan yang
mengerikan itu.
Kuda Naufal roboh, tetapi Naufal melompat
berdiri dan meneruskan pertarungan dengan ganas, tapi akhirnya Hamzah berhasil
menebas leher Naufal.
Pekik takbir Allhu Akbar membahana, selangkah
demi selangkah, pasukan Quraisy mundur. Pasukan muslim yang tanpa perisai,
topi, dan baju besi mendesak barisan musuh mundur yang kebanyakan mengenakan
baju besi lengkap.
Demikian gagahnya Hamzah bertempur sampai
beberapa pasukan Quraisy yang mundur saling bertanya, “Siapakah laki-laki yang
berbulu-bulu dadanya halus dan wajahnya tertutup debu?”
“Itulah Hamzah!” sahut yang lain dengan
suara tercekat.
“Dialah yang sebenarnya banyak menyerang
kita,” sahut yang lain sambil terus berlari.
Abu Jahal Terbunuh
Melihat pasukannya mulai terdesak, Abu
Jahal berusaha menata kembali barisan. Ia mendengar seseorang berseru:
“Pasukan Muhammad cuma 300 Orang. Mereka
tidak mengenakan pakaian pelindung, kecuali pedang belaka. Namun, setiap kali
ada yang terbunuh di antara mereka, pasti ada yang terbunuh di pihak kita!
Kemudian, jika dari pihak kita gugur 300 orang, kita tidak punya peluang untuk
hidup! mundur! mundur!”
Abu Jahal mengutus Ikrimah untuk mendorong
barisan-barisan Quraisy agar bertahan seraya mengingatkan bahwa merekalah para
pemimpin Arab. Namun pasukan Muslim terus maju tidak tertahankan.
Dua prajurit muda muslim bahkan berhasil
mendekati Abu Jahal dan menyerangnya. Abu Jahal yang sombong dan gagah dengan
senjata lengkap tak mampu mengalahkan dua pemuda itu dan ia pun terbunuh.
Kedua prajurit muda itu Muadz Bin Afra dan
Abdullah Bin Mas'ud. Mereka membawa kepala Abu Jahal ke hadapan Rasulullah ﷺ
seraya berkata, “Ya Rasulullah, inilah kepala Abu Jahal si musuh Allah!”
Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah tidak ada
Tuhan selain-Nya, Allah tidak ada Tuhan selain-Nya, Allah tidak ada Tuhan
selain-Nya. Demi Allah, kalianlah yang membunuh Abu Jahal?”
Saat mereka menjawab, “Ya”, segera
Rasulullah ﷺ bersujud kepada Allah seraya mengucapkan, “Segala puji bagi Allah
yang benar janji-Nya dan yang telah menolong hambanya yang telah mengalahkan
tentara musuhnya.”
Setelah itu, pasukan musuh mundur dalam
keadaan kocar-kacir. Pasukan besar dan persenjataan lengkap itu telah lumpuh,
mundur tergesa-gesa meninggalkan benda-benda berharga di dalam perkemahan.
Hanya keselamatan diri yang kini mereka pikirkan.
Strategi yang diterapkan Rasulullah ﷺ
terhadap pasukannya adalah bertahan di tempat tanpa bergerak sedikit pun pada
awal pertempuran. Maka untuk pertama kali dalam sejarah perangnya, orang
Quraisy melihat ada pasukan pejalan kaki yang mampu menahan gelombang-gelombang
serbuan pasukan berkuda.
Rasulullah ﷺ terus memerintahkan
pasukannya bertahan sampai serangan musuh melemah. Setelah itu barulah beliau
yang memerintahkan serangan balasan. Lalu pasukan muslim pun maju dan tidak
memberikan kesempatan lagi kepada musuh untuk membenahi barisan.
Setelah
Perang
Meski musuh mundur dengan tergesa-gesa, Rasulullah
ﷺ mengutus beberapa pengintai untuk mengikuti ekor pasukan Quraisy. Rasulullah ﷺ
ingin benar-benar yakin bahwa mereka benar-benar mundur ke Mekah, bukan
melakukan tipu daya untuk kemudian menyerang kembali atau malah bergerak ke
arah Madinah.
Setelah mendengarkan laporan dari pasukan
pengintai barulah beliau benar-benar bisa merasa tenang karena ternyata musuh
kembali ke kota mereka dengan menanggung semua beban kekalahan.
Rasulullah ﷺ mengajak Ammar bin Yasir melihat
mayat Abu Jahal seraya bersabda, “Allah telah membunuh orang yang dulu membunuh
ibumu.”
Kemudian, Rasulullah ﷺ meninjau langsung
bekas medan pertempuran. Beliau menemukan 14 sahabatnya gugur sebagai syahid, sedangkan
pasukan Quraisy yang terbunuh sebanyak 70 orang, dan 70 orang lainnya menjadi
tawanan kaum muslimin.
Beliau memerintahkan agar para syuhada
yang gugur dikuburkan, sementara itu mayat-mayat Quraisy dimasukkan ke dalam
sebuah sumur kering lalu ditimbun batu.
Pasukan muslim kembali ke Madinah dengan
membawa kemenangan gemilang. Rasulullah ﷺ memperhatikan raut wajah para sahabat
yang berseri-seri kecuali Hudzaifah bin Utbah yang yang ayahnya tewas di tangan Hamzah dan Ali.
Rasulullah ﷺ mendekati Hudzaifah dan
bertanya, “Barangkali saja duka menyelimuti hatimu karena kematian ayahmu?”
“Hatiku sama sekali tak merasa goyah, mengenai
ayahku atau kematiannya ya Rasulullah, akan tetapi aku mengenal pemikiran
kesabaran dan keutamaannya. Aku sebenarnya sangat berharap dia akan mendapat
hidayah Allah. Setelah aku melihat kenyataan yang menimpa ayahku, aku merasa
sangat berduka,” demikian jawab Hudzaifah.
Rasulullah ﷺ mengangguk lalu menghibur
hati Hudzaifah dan mendoakannya. Kemudian beliau mendekati barisan para
tawanan. Kening beliau berkerut menyaksikan sebagian sahabatnya mengikat para
tawanan dengan kuat dan menertawakan mereka.
“Hendaklah kalian memperlakukan para tawanan dengan baik,” demikian sabda beliau. (bersambung)
------
Kisah sebelumnya: