IDUL FITRI PERTAMA. Di antara peristiwa yang terindah adalah hari raya (Idul Fitri) pertama bagi kaum muslimin jatuh pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah setelah meraih kemenangan dalam Perang Badr. Alangkah indahnya hari raya yang membahagiakan itu, yang Allah berikan kepada mereka setelah mereka meraih kemenangan dan kemuliaan.
-----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 23 Januari 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (83):
Hadiah
Hari Raya Idul Fitri Seusai Kemenangan pada Perang Badr
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Ketika kembali ke Mekkah, keluarganya
berkata, “Biarlah engkau menceraikan istrimu itu, dan kami akan mencarikan
bagimu gadis yang jauh lebih cantik daripada nya.”
Namun Abul Ash amat mencintai Zainab
sehingga ia berkata, “Di Suku Quraisy, tidak ada gadis yang dapat menandingi
istriku.”
Walau dihalang-halangi orang Quraisy, Abul
Ash melepaskan Zainab ke Madinah. Di tengah jalan beberapa orang Quraisy
mengganggu unta Zainab, sehingga putri Rasulullah ﷺ yang sedang hamil itu
jatuh. Ketika itulah Zainab mengalami keguguran kandungannya.
Beberapa waktu kemudian, Abul Ash pergi membawa barang-barang dagangan
Quraisy, namun saat tiba di dekat Madinah, sebuah pasukan patroli muslim
memergokinya. Mereka pun menyita semua barang bawaan.
Abul Ash diam-diam berlindung dalam
gelapnya malam. Abul Ash masuk ke Madinah dan meminta perlindungan kepada
Zaenab. Zainab pun melindunginya.
Mengetahui hal itu kaum muslimin
mengembalikan barang-barang dagangan yang dibawa Abul Ash, dia pun segera
pulang ke Mekah dan mengembalikan semua barang itu, kemudian berkata, “Masyarakat
Quraisy! Masih adakah dari kamu yang belum mengambil barangnya?”
“Tidak ada,” jawab mereka, “Engkau ternyata
orang jujur dan murah hati.”
Ketika itu, Abul Ash pun masuk Islam dan
kembali ke Madinah. Dengan bahagia Rasulullah ﷺ mengembalikan Zainab kepada
Abul Ash sebagai seorang istri.
Al-Qur'an
Berbicara Seputar Peperangan
Berkenaan dengan peperangan tersebut
turunlah surat Al Anfal. Surat ini merupakan “komentar Ilahi” terhadap
peperangan tersebut. Komentar tersebut sangat berbeda dengan komentar-komentar
yang dikemukakan oleh para raja dan panglima perang setelah meraih kemenangan.
Pertama, Allah mengalihkan pandangan kaum
muslimin untuk melihat segala kekurangan akhlak yang masih ada pada diri mereka
dan sebagainya, agar mereka berupaya untuk menyempurnakan jiwa mereka dan
membersihkannya dari kekurangan kekurangan tersebut.
Kemudian, Allah memuji segala hal yang ada
dalam kemenangan tersebut berupa pertolongan Allah secara ghaib kepada kaum
muslimin. Hal itu dikemukakan kepada mereka agar mereka tidak terpedaya dengan
keberanian mereka, sehingga jiwa mereka menjadi sombong. Bahkan agar mereka
bertawakkal kepada Allah, menaati-Nya dan menaati Rasulullah ﷺ.
Kemudian, Dia menjelaskan tujuan mulia
yang melandasi Rasulullah ﷺ terjun dalam peperangan berdarah tersebut, dan
menunjukkan kepada mereka sifat-sifat dan akhlak yang dapat menyebabkan
kemenangan dalam peperangan.
Kemudian, berbicara kepada kaum musyrikin,
orang-orang munafik, orang-orang Yahudi, dan para tawanan perang. Dia
menasehati mereka secara baik, dan membimbing mereka untuk tunduk kepada
kebenaran. Selanjutnya, berbicara kepada kaum muslimin seputar masalah perampasan
barang dan menetapkan prinsip-prinsip masalah tersebut kepada mereka.
Setelah itu Dia menjelaskan dan menetapkan
undang-undang peperangan dan perdamaian yang sangat mereka butuhkan setelah
dakwah Islam memasuki fase tersebut, sehingga peperangan kaum muslimin berbeda
dengan peperangan orang-orang jahiliyah.
Kaum muslimin memiliki kelebihan dalam hal
akhlak dan nilai dan menegaskan kepada dunia bahwa Islam bukan sekadar teori,
namun juga mendidik penganutnya secara praktis di atas asas dan prinsip yang
diserukan oleh-Nya.
Kemudian menetapkan beberapa ketentuan
dari undang-undang negara Islam yang menjelaskan tentang perbedaan antara kaum
muslimin yang tinggal di dalam batas negara Islam dan kaum muslimin yang
tinggal di luar batas negara Islam.
Pada tahun kedua Hijriah diwajibkan Shaum
Ramadhan, diwajibkan zakat fitrah dan dijelaskan nisab-nisab zakat yang lain.
Diwajibkannya zakat fitrah, serta meringankan beban yang dipikul oleh sejumlah
besar kaum Muhajirin, karena mereka adalah kaum fuqara yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Di antara peristiwa yang terindah adalah
hari raya (Idul Fitri) pertama bagi kaum muslimin jatuh pada bulan Syawal tahun
kedua Hijriyah setelah meraih kemenangan dalam Perang Badr.
Alangkah indahnya hari raya yang membahagiakan
itu, yang Allah berikan kepada mereka setelah mereka meraih kemenangan dan
kemuliaan.
Alangkah indahnya pemandangan shalat Ied
yang mereka lakukan setelah mereka keluar dari rumah-rumah mereka sambil
mengumandangkan takbir, tauhid, dan tahmid. Hati mereka penuh dengan harapan
kepada Allah rindu kepada rahmat dan keridhaan-Nya, setelah Allah berikan
berbagai nikmat kepada mereka dan didukung dengan pertolongan-Nya.
Hal itu diingatkan kepada mereka dengan
firman-Nya: Quran surat
Al-Anfal (الأنفال) / 8:26
وَ اذۡکُرُوۡۤا اِذۡ اَنۡتُمۡ قَلِیۡلٌ مُّسۡتَضۡعَفُوۡنَ
فِی الۡاَرۡضِ تَخَافُوۡنَ اَنۡ یَّتَخَطَّفَکُمُ النَّاسُ فَاٰوٰىکُمۡ وَ اَیَّدَکُمۡ
بِنَصۡرِہٖ وَ رَزَقَکُمۡ مِّنَ الطَّیِّبٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَشۡکُرُوۡنَ
“Dan ingatlah para Muhajirin ketika kamu masih berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang Mekah akan menculik kamu maka Allah memberikan kamu tempat menetap (Madinah), mendukung kamu dengan pertolongan-Nya dan memberi rezeki kamu dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.” (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Orang Mekah Terkejut Tak Percaya Pasukan Quraisy Kalah di Perang Badr
Umar Usulkan Tawanan Perang Dibunuh, Abu Bakar Berpendapat Lain