Syas bin Qais berkata kepada kawan-kawannya, “Orang-orang Bani Qaila (Aus dan Khazraj) sudah bersatu. Demi Allah, kita tidak berarti apa-apa kalau para pemuka Aus dan Khazraj telah terikat persatuan.”
Kemudian Syas mengirim seorang pemuda Yahudi yang berkawan karib dengan para pemuda Anshar. Dengan halus dan licik, pemuda Yahudi itu menyinggung-nyinggung kembali Perang Buath yang dahsyat di masa saat itu, pihak Aus dapat mengalahkan Khazraj.
-----
PEDOMAN KARYA
Rabu, 12 Januari 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (73):
Pemuda
Aus dan Khazraj di Madinah Sempat Terpengaruh Hasutan Orang Yahudi
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Orang-orang
Yahudi Mengejek Rasulullah
Suatu saat, Rasulullah berdakwah kepada orang Yahudi.
Saat itu, beliau diiringi oleh beberapa orang sahabat. Setelah Rasulullah
berseru dengan panjang lebar, orang-orang Yahudi menyangkal dan tidak
mempercayai beliau.
Maka dari itu, para sahabat maju dan berkata, “Hai
kaum Yahudi, hendaklah kamu sekalian takut kepada Allah! Demi Allah,
sesungguhnya beliau adalah utusan Allah. Kamu dulu pernah menyebut-nyebut nama
beliau kepada kami dan kamu dulu pernah juga menerangkan sifat-sifat beliau ini
kepada kami, tetapi mengapa sekarang kamu ingkar?”
Saat itu, seorang Yahudi bernama Wahab bin Yahudi
menyahut, “Kami sekali-kali belum pernah berkata begitu kepada kamu. Dan Allah
tidak akan menurunkan kitab lagi sesudah kitab Taurat dan tidak pula akan
membangkitkan seorang utusan dan nabi lagi sesudah nabi Musa. Perkataanmu
seluruhnya bohong! Begitu juga dengan seluruh perbuatan kamu, dan sahabatmu
yang mengaku rasul itu?”
Seketika itu juga, Allah menurunkan wahyu kepada
Rasulullah yang berbunyi:
“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu
Rasul Kami, menjelaskan (syari´at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman)
rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: Tidak ada datang kepada kami baik
seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan. Sesungguhnya
telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” (Surah ke-5 / Al-Ma'idah, ayat 19)
Masih sangat banyak ejekan dan bantahan orang
Yahudi terhadap dakwah Rasulullah
beserta para sahabatnya. Orang Yahudi mengatakan bahwa Allah itu fakir,
sedangkan mereka kaya. Ada yang meminta agar Allah menurunkan Al-Qur'an dalam
bentuk catatan dari langit dan minta agar Allah memancarkan beberapa sungai di
tanah Arab untuk orang Yahudi.
Dengan mengejek dan menghina, mereka menyangka bisa
merendahkan Islam dan utusan-Nya. Mereka bahkan berharap kepercayaan kaum
Muslimin kepada Rasulullah dan firman Allah bisa digoyah. Namun, Rasulullah dan
para pengikutnya tetap tegar.
Kedengkian orang-orang Yahudi tidak berhenti sampai di
situ. Mereka bahkan berani melakukan perbuatan yang sangat berbahaya bagi kaum
Muslimin.
Merasa
Lebih Tinggi
Keangkuhan orang Yahudi berasal dari kepercayaan
mereka kepada Allah, bahwa Allah menjadikan mereka bangsa pilihan, bangsa yang
lebih tinggi dari semua bangsa lain. Sikap ini membuat orang Yahudi sangat
sulit menyatu dengan masyarakat di setiap negeri yang mereka tinggali.
Yahudi
Menghasut
Syas bin Qais adalah salah satu pemimpin Yahudi yang
paling keras memusuhi Rasulullah. Suatu hari, ia melewati tempat berkumpul kaum
Muslimin. Hatinya panas melihat para pemuda Anshar dari suku Aus dan Khazraj
duduk bersama dalam persaudaraan yang erat. Padahal, dahulu kedua suku itu
bermusuhan.
Syas bin Qais berkata kepada kawan-kawannya, “Orang-orang
Bani Qaila (Aus dan Khazraj) sudah bersatu. Demi Allah, kita tidak berarti
apa-apa kalau para pemuka Aus dan Khazraj telah terikat persatuan.”
Kemudian Syas mengirim seorang pemuda Yahudi yang
berkawan karib dengan para pemuda Anshar. Dengan halus dan licik, pemuda Yahudi
itu menyinggung-nyinggung kembali Perang Buath yang dahsyat di masa saat itu,
pihak Aus dapat mengalahkan Khazraj.
Ternyata, hal itu memang membangkitkan ingatan masa
lampau yang pahit. Para pemuda Anshar dan Aus dan Khazraj lalu bersitegang,
saling membanggakan diri, dan hanyut dalam pertengkaran.
“Demi Allah! Kalau kamu mau, mari kita hidupkan
kembali peperangan hebat itu!” sahut salah satu pihak berteriak marah.
“Marilah kita lakukan! Marilah kita lakukan!
Perjanjian kamu di Adh Dhahirah! Senjata! Senjata!” sahut yang lain panas.
Dengan cepat peristiwa itu sampai ke telinga
Rasulullah. Segera saja beliau pergi menemui kedua kelompok itu bersama
beberapa orang sahabat.
“Wahai kaum Muslimin! ALLAH! ALLAH!” demikian seru
beliau, “Apakah kamu menyerukan kembali ke masa jahiliah, sedang saya masih ada
di hadapan kamu? Setelah Allah memberi petunjuk Islam kepadamu? Dan setelah
Allah memuliakan kamu dengan agama ini? Dan Ia telah memutuskan dari kamu
urusan-urusan jahiliah? Dan Ia telah menyelamatkan kamu dari kekafiran? Dan Ia
telah mempersatukan dan menjinakkan hati-hati kamu dengan Islam?”
Rasulullah mengingatkan mereka bahwa Islam telah
mempersatukan dan membuat mereka benar-benar bersaudara, membuat semua saling
mencintai.
Lalu, luruhlah segala kemarahan. Di depan Rasulullah,
mereka berpelukan sambil menangis. Semuanya lalu beristighfar dan memohon
semoga kiranya Allah mengampuni mereka.
Wujud
Ukhuwah
Ukhuwah adalah persaudaraan. Salah satu wujudnya dalam Islam adalah mengucapkan salam kepada sesama Muslim, menengok yang sakit, menghibur orang yang tertimpa musibah, bersama menolak kejahatan, berbagi kegembiraan, memaafkan orang yang bersalah, dan menghentikan gosip tentang tetangga, entah gosip itu baik atau buruk. (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya: