Suasana damai dan tentram menyelimuti Kota Madinah. Pada saat itulah Rasulullah yang sudah menikahi Aisyah binti Abu Bakar di Mekah, merayakan pernikahan beliau tersebut.
Ketika itu, Aisyah sudah menjelang remaja. Beliau adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan air muka yang manis dan sangat disukai banyak orang karena pandai bergaul. Pernikahan ini membuat persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar Ash Shiddiq semakin erat.
-----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 06 Januari 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (69):
Rasulullah
Merayakan Pernikahan dengan Aisyah
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Menikah
dengan Aisyah
Suasana damai dan tentram menyelimuti Kota
Madinah. Pada saat itulah Rasulullah yang sudah menikahi Aisyah binti Abu Bakar
di Mekah, merayakan pernikahan beliau tersebut.
Ketika itu, Aisyah sudah menjelang remaja.
Beliau adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan air muka yang manis dan
sangat disukai banyak orang karena pandai bergaul. Pernikahan ini membuat
persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar Ash Shiddiq semakin erat.
Setelah menikah, Aisyah berpindah dari
rumah ayahnya ke rumah Rasulullah di samping masjid. Tidak terkira rasa bahagia
Aisyah. Ia melihat pada diri Rasulullah ada sesuatu yang lain dibandingkan
kebanyakan orang.
“Rasulullah adalah suami sekaligus ayahku,”
demikian pikir Aisyah dalam hati, “Beliau adalah suami yang penuh cinta kasih
tapi juga tidak berkeberatan ikut bermain-main bersamaku. Subhanallah, beliau
benar-benar manusia yang luar biasa. Aku benar-benar mencintainya setulus
hatiku untuk selamanya, dari dunia sampai akhirat kelak.”
Setelah menikah dengan Aisyah yang cerdas
dan periang, beban pikiran Rasulullah terkurangi. Mengurus umat satu kota penuh,
memerlukan konsentrasi yang amat tinggi hingga menyebabkan rasa lelah yang luar
biasa.
Namun, jika beliau pulang ke rumah dan
bertemu Aisyah, segala lelah dan beban berat terasa hilang. Canda, senyum, dan
bakti Aisyah menumbuhkan rasa riang dan semangat baru dalam hati Rasulullah.
Tidak terkira besarnya kasih sayang Rasulullah kepada Aisyah.
Suasana hati Rasulullah yang tenteram
mengimbas luas kepada penduduk Madinah. Mereka merasakan kehidupan bersama
Rasulullah jauh lebih baik daripada kehidupan mereka dahulu. Mungkin saat ini
sebagian orang justru dalam keadaan lebih miskin dari dahulu. Akan tetapi,
ketenangan dan kebahagiaan hidup bersama Islam jauh lebih mahal daripada apa pun,
tidak akan terbeli oleh seberapa besar pun harta yang dapat dikumpulkan.
Maka dari itu, kaum Muslimin pun
melaksanakan tugas-tugas agama dengan penuh semangat. Mereka mulai menunaikan
zakat dan mengerjakan shaum. Sedikit demi sedikit, ajaran Islam mulai menemukan
kekuatannya.
Ummu
Abdillah
Untuk menghibur Aisyah dari kesedihan
karena tidak memiliki putra dan agar istri tercintanya itu merasa diperhatikan
dan disayang, Rasulullah mengizinkan Aisyah mengangkat putra saudarinya, Asma
binti Abu Bakar. Keponakan Aisyah itu bernama Abdillah sehingga Aisyah dikenal
orang dengan panggilan Ummu Abdillah.
Akhlak
dan Budi Pekerti Rasulullah
Rasulullah mengajarkan bahwa kehidupan
dalam Islam itu dilandasi oleh rasa persaudaraan. Beliau bahkan mengatakan
bahwa tidak sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya seperti
mencintai dirinya sendiri.
Seseorang bertanya kepada Rasulullah, “Perbuatan
apakah yang baik dalam Islam?”
Beliau menjawab, “Sudi memberi makan dan
memberi salam kepada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.”
Rasulullah menjadikan dirinya teladan
tertinggi bagi setiap Muslim. Beliau amat rendah hati dan tidak mau
diagung-agungkan walaupun beliau adalah manusia terbaik.
Beliau bersabda, “Jangan memujaku seperti
orang-orang Nasrani yang memuja anak Maryam. Aku adalah hamba Allah. Sebut saja
aku hamba Allah dan utusan-Nya.”
Pernah suatu ketika, beliau mengunjungi
para sahabat yang sedang berkumpul. Serempak mereka berdiri menyambutnya
seperti layaknya orang lain menyambut orang yang mereka hormati. Namun,
Rasulullah tidak menyukai hal itu.
Beliau bersabda, “Jangan kamu berdiri
seperti orang-orang asing yang mau saling diagungkan.”
Setiap kali mengunjungi para sahabatnya,
Rasulullah tidak pernah memilih-milih tempat duduk. Beliau duduk begitu saja di
mana pun ada tempat luang. Ia bergurau dengan para sahabat, bergaul erat dengan
mereka, diajaknya mereka berbincang-bincang.
Jika para sahabat kebetulan disertai
anak-anak mereka, Rasulullah mengajak anak-anak itu bermain-main. Kemudian,
didudukkannya anak-anak itu dipangkuan beliau.
Rasulullah tidak pernah menolak undangan.
Beliau selalu datang apabila diundang, baik oleh orang merdeka, budak sahaya,
maupun orang miskin.
Dikunjunginya orang yang sakit walaupun
letaknya jauh di ujung kota. Orang yang datang minta maaf selalu beliau
maafkan. Beliau selalu yang memulai memberi salam kepada orang yang dijumpai.
Beliau pasti selalu yang lebih dulu mengulurkan tangan menjabat
sahabat-sahabatnya.
Tidak akan pernah lagi kita menjumpai
seorang pemimpin yang begitu lembut dan begitu menyayangi rakyatnya, pemimpin
yang hidup sederhana seperti kebanyakan rakyatnya, pemimpin yang mampu memberi
nasihat dan teladan, pemimpin yang selalu siap memberi dan mendapat tempat di
lubuk hati terdalam setiap orang yang mengenalnya.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ
عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang
rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami,
(dia) sangat menginginkan (keimanan dan keislaman) bagimu, penyantun dan
penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (Surah ke-9, At-Taubah, ayat 128)
Shalat
Rasulullah
Shalat Rasulullah adalah shalat yang
paling indah dibanding semua sahabatnya. Beliau melakukan shalat seakan sedang
berjumpa dengan orang yang paling ia sayangi sehingga sulit rasanya untuk
berpisah.
Shalat beliau seakan-akan merupakan suatu pertemuan terakhir dengan orang yang dicintainya. Shalat beliau begitu khusyuk, seolah-olah beliau sedang bercakap-cakap dan memandang Allah. (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Adzan Pertama dalam Islam Dikumandangkan oleh Bilal
Rasulullah Persaudarakan Orang Muhajirin dan Orang Anshar di Madinah