“Apakah itu puisi esai? Gabungan antara puisi dan esai kah? Bagaimana membedakannya dengan puisi dan esai?” tanya Daeng Nappa’.
“Puisi esai itu sudah masuk dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Puisi esai diartikan sebagai ragam sastra berisi pesan sosial dan moral melalui kata sederhana dan pola tertulis berbait, berupa fakta, fiksi, dan catatan kaki,” jelas Daeng Tompo’.
------
PEDOMAN KARYA
Senin, 31 Januari 2022
Obrolan
Daeng Tompo’ dan Daeng Nappa’:
Sastrawan
Instan Nominator Penerima Nobel Sastra
“Dulu pernah ada seorang
akademisi, penulis, dan ahli survei yang tiba-tiba masuk nominator penerima
Hadiah Nobel dalam bidang sastra,” kata Daeng Tompo’ kepada Daeng Nappa’ saat ngopi
siang seusai shalat lohor berjamaah di masjid.
“Jadi dia bukan sastrawan?”
tanya Daeng Nappa’.
“Dalam waktu yang lama
dia bukan sastrawan, tapi belakangan ia tiba-tiba disebut sastrawan, karena ia
membuat sebuah terobosan dalam dunia sastra yang ia sebut puisi esai,” kata
Daeng Tompo’.
“Berarti dia adalah
sastrawan instan yang jadi nominator penerima Nobel Sastra,” kata Daeng Nappa’ sambil
tersenyum.
“Itulah yang dipersoalkan
banyak sastrawan, seniman, budayawan, dan banyak lagi kalangan lainnya,” kata
Daeng Tompo’.
“Hebat juga tawwa itu
orang,” ujar Daeng Nappa’.
“Hebat memang, karena dialah
yang memperkenalkan istilah puisi esai,” kata Daeng Tompo’.
“Apakah itu puisi esai? Gabungan
antara puisi dan esai kah? Bagaimana membedakannya dengan puisi dan esai?”
tanya Daeng Nappa’.
“Puisi esai itu sudah
masuk dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Puisi esai diartikan sebagai ragam
sastra berisi pesan sosial dan moral melalui kata sederhana dan pola tertulis
berbait, berupa fakta, fiksi, dan catatan kaki,” jelas Daeng Tompo’.
“Oh begitu,” ujar Daeng
Nappa’.
“Ada juga yang
mengartikan puisi esai sebagai cerpen yang dipuisikan. Bahwa puisi esai pada
dasarnya adalah cerita pendek atau drama yang dipuisikan, sehingga bentuknya
berupa puisi berbabak yang panjang. Pembabakan ini merupakan akibat dari adanya
kisah dinamika karakter dan dinamika sebuah kenyataan sosial. Salah satu pembedanya
dengan puisi dan esai yaitu puisi esai punya catatan kaki yang menjelaskan
istilah atau hal-hal yang perlu dijelaskan dalam isi puisi esai,” papar Daeng
Tompo’.
“Jadi bagaimana
endingnya? Apakah si pencipta puisi esai itu akhirnya menerima Hadiah Nobel
Sastra?” tanya Daeng Nappa’.
“Nantipi lagi itu
dibahaski. Pulangmaki’ dulu, ada mau kukerja belah,” kata Daeng Tompo’ sambil
tersenyum. (asnawin)
Selamat siang
Senin, 31 Januari 2022
-------
Obrolan sebelumnya: