--------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 23 Februari 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (96):
Hamzah
bin Abdul Muthalib Syahid di Perang Uhud
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Di kemudian hari, ketika ia sudah memeluk
Islam, Wahsyi menceritakan peristiwa Uhud dengan air mata duka dan penyesalan.
“Setelah dijanjikan hadiah dan kebebasan,
aku berangkat bersama pasukan Quraisy. Aku adalah orang Habasyah yang jika
sudah melemparkan tombak dengan cara Habasiyah, jarang sekali meleset,” kata
Wahsyi.
Dia menceritakan, “Ketika terjadi
pertempuran, kucari Hamzah dan kuincar dia. Kemudian, kulihat dia di
tengah-tengah orang banyak itu, seperti seekor unta kelabu sedang membabati
orang dengan pedangnya. Lalu tombak ku ayun-ayunkan, dan setelah merasa pasti
sekali arah sasaran, baru kulemparkan tombak itu tepat mengenai bagian bawah
perut Hamzah dan keluar di antara kedua kakinya.
Kubiarkan tombak itu sampai dia mati.
Sesudah itu kuhampiri dia dan kuambil tombakku itu, lalu aku kembali ke markas
dan berdiam di sana sebab sudah tidak ada lagi tugas selain itu. Kubunuh dia
hanya supaya aku dimerdekakan saja dari perbudakan. Sesudah pulang ke Mekah,
aku memang dimerdekakan.”
Hamzah bin Abdul Muththalib adalah
pahlawan Arab yang terkenal dan paling berani. Pada Perang Uhud itu, ia yang
menjelma menjadi singa Allah yang perkasa. Dia membunuh Artha bin Abdul
Syurahbil dan beberapa orang pemuka Quraisy lainnya. Setiap lawan di hadapannya
dirobohkan dengan pedangnya dan setelah itu dihadapinya lawan yang lain.
Pada akhir pertempuran dengan tergesa-gesa
Hindun mendatangi jasad Hamzah. Wanita itu kemudian mengambil jantung Hamzah
dan memakannya begitu saja, sambil menari-nari.
Tubuh Hamzah ditemukan Rasulullah ﷺ dalam
keadaan tercabik-cabik.
Kaum muslimin bertempur dengan gagah, tapi
tidak semuanya mendapatkan surga. Contohnya adalah Qusman. Ia adalah seorang
munafik. Semula, ia tidak berangkat perang, tetapi para wanita menghinanya.
“Qusman tidak malu kau seperti perempuan
saja, semua orang berangkat perang, sedang kau berdiam diri dalam rumah!” kata
para wanita.
Dengan berang Qusman mengambil panah dan
pedang, lalu pergi bertempur. Ia bertempur dengan gagah dan berhasil membunuh
banyak sekali lawan. Menjelang senja, setelah membunuh paling sedikitnya 7
orang musuh, ia pun membunuh dirinya.
“Qusman, beruntung engkau mati syahid,”
ujar Abdul Khaidaq melihat Quzman sekarat.
“Tidak,” jawab Qusman sebelum mati, “Saya
bertempur bukan demi Islam tapi sekedar menjaga kehormatan saya dan untuk
menjaga nama baik keluarga kami. Kalau tidak karena itu, saya tidak akan
berperang.”
Quraisy
Terpukul
Kemenangan kaum muslimin dalam Perang Uhud
pada pagi hari itu benar-benar di luar dugaan. Benar sekali bahwa kemenangan
pada pagi itu disebabkan kepandaian Rasulullah ﷺ dalam mengatur pasukannya.
Beliau yang menempatkan pasukan panah di bukit, hingga barisan berkuda musuh
tertahan tidak bisa maju.
Lebih tepat lagi jika dikatakan bahwa
kemenangan pagi itu disebabkan keimanan yang sungguh-sungguh. Pasukan muslim
begitu yakin bahwa mereka berada di pihak yang benar, sehingga walaupun dengan
perlengkapan yang minim, mereka dapat mendesak pasukan musuh yang hampir 5 kali
lipat lebih kuat. Inilah rahasia mukjizat kepahlawanan yang tidak bisa
digunakan oleh kekuatan materi sebesar apa pun.
Kesatuan-kesatuan Quraisy yang sudah
kelabakan mulai mundur. Abu sufyan terpaksa mengumpulkan pasukannya di bagian
tengah. Sayap kiri di bawah pimpinan Ikrimah sudah berlarian mundur.
Hanya Khalid bin Walid dan pasukannya di
sayap kanan yang masih menjaga diri di tempat yang agak jauh. Kelihatannya,
Khalid masih menghindarkan diri dari bentrokan dan ia menunggu kesempatan baik
untuk melancarkan serangan.
Kenangan pahit akan kekalahan Badar
tiba-tiba terlintas lagi di benak para prajurit Quraisy yang berlarian mundur.
Pasukan muslim mendesak terus sampai ke jantung pertahanan musuh.
Saat seorang pembawa bendera Quraisy jatuh
bersimbah darah, orang lain segera menggantikannya. Namun, ia juga segera
ditebas jatuh. Orang ketiga tampil bertahan tetapi tidak lama kemudian ia pun
segera jatuh tak bernyawa.
Hindun berteriak-teriak memberi semangat
dan berupaya mencegah orang-orang yang mundur.
Pasukan Quraisy sudah tidak ingat lagi,
bahwa mereka dikerumuni para wanita. Sudah tidak peduli lagi melihat
berhala-berhala yang mereka bawa agar memberikan restunya, tetapi malah terjatuh dari atas unta.
Pasukan Quraisy tidak lagi memusingkan
kenyataan bahwa wanita-wanita mereka akan tertawan dan harta benda mereka yang
jumlahnya melimpah itu akan dirampas musuh. Semua dihantui rasa takut, Mundur!
Mundur! Selamatkan diri ke tempat aman. Hanya itu yang mereka pikirkan.
Sayang sekali, justru pada saat itulah pasukan muslim melakukan kesalahan fatal. (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Rasulullah Serahkan Pedangnya kepada Abu Dujanah pada Perang Uhud