-------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 13 Februari 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (92):
Pasukan
Quraisy Kerahkan 3000 Orang untuk Perangi Rasulullah
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Kesedihan
Umar
Setelah perang Badar, beberapa wanita menjadi janda
karena suaminya gugur. Rasulullah ï·º berusaha meringankan beban para wanita itu
dengan memberikan santunan dari hasil rampasan perang. Bagi wanita yang masih
muda, Rasulullah ï·º berusaha menikahkan mereka dengan sahabat lain yang mampu.
Hafshah putri Umar Bin Khattab, adalah salah seorang
wanita muda yang ditinggal suaminya yang telah syahid. Umar tentu sangat sedih
memikirkan nasib putrinya. Maka, ia pun pergi menemui Utsman bin Affan dan
bertanya apakah Utsman bersedia menikahi Hafshah?
“Maaf, saya sedang tidak bersedia untuk menikah lagi,”
demikian jawab Utsman.
Umar kemudian mendatangi Abu Bakar dan bertanya apakah
Abu Bakar bersedia menikahi Hafshah. Namun, Abu Bakar diam saja. Dengan sedih,
Umar Bin Khattab menemui Rasulullah ï·º dan mengadukan nasib Hafshah serta
penolakan kedua sahabatnya itu.
Rasulullah ï·º tersenyum menghibur, “Hafshah akan
menikah dengan orang yang lebih baik dari pada Abu Bakar dan Utsman.”
Umar Bin Khattab menatap Rasulullah tidak mengerti.
Siapakah yang lebih baik daripada Abu Bakar dan Utsman?
Ternyata, Rasulullah sendiri yang melamar Hafshah.
Subhanallah, saat itu juga, perasaan Umar Bin Khattab
meluap dengan kegembiraan yang tidak terlukiskan. Di tengah perjalanan pulang,
ia bertemu Abu Bakar dan menyampaikan berita gembira itu.
Abu Bakat berkata: “Memang, Rasulullah sudah pernah
membicarakan hal itu kepadaku. Karena itu, aku tidak ingin membuka rahasianya.
Andaikata saja beliau tidak meminang Hafshah, sudah tentu akulah yang akan
memperistrinya.”
Setelah Hafshah menjadi istri Rasulullah ï·º, maka saat
itu Ibu kaum muslimin pun menjadi tiga orang:
Saudah, Aisyah, dan Hafshah. Rasulullah ï·º menetap di
tempat ketiganya secara bergantian.
Pada pagi hari, mereka semua berkumpul untuk mendengar
nasihat Rasulullah ï·º. Pada Sore harinya, mereka kembali berkumpul dan
menceritakan semua yang mereka alami hari itu. Hal demikian menambah indah
suasana rumah Rasulullah ï·º.
Sejak saat itu Umar Bin Khattab dengan gencar
menganjurkan para sahabat yang lain agar mau menikahi para janda syuhada.
Persiapan
Perang Quraisy
Rasa geram dan gelisah terus menghantui perasaan
orang-orang Quraisy di Mekah sejak kekalahan Badar. Akhirnya para pembesar
mereka berkumpul di Darun Nadwah.
“Kafilah dagang yang tersisa lebih baik kita jual!
Sebagian keuntungannya kita sisihkan untuk menyiapkan Angkatan Perang agar kita
bisa memukul Muhammad!” demikianlah usul seorang pembesar.
Usul itu pun diterima dengan suara bulat. Rapat-rapat
perang terus diadakan. Ada yang berpendapat supaya kaum wanita diajak ikut.
“Biar kaum wanita bertugas membakar kemarahan dan
mengingatkan kepada korban-korban Badar. Kita adalah masyarakat yang sudah
bertekad mati tidak akan pulang sebelum sempat melihat mangsa kita atau kita
sendiri mati untuk itu!” kata yang lain.
“Saudara-saudara Quraisy,” demikian sahut yang lain, “melepaskan
wanita-wanita kita ke hadapan musuh bukanlah suatu pendapat yang baik, Apabila
kalian mengalami kekalahan wanita-wanita kita pun akan tertawan.”
Tiba-tiba Hindun bin Utbah Istri Abu Sufyan berteriak,
“Kamu yang selamat dari Perang Badar bisa kembali bertemu istrimu, itu sebabnya
kamu tidak berjuang mati-matian. Ya, kami kaum wanita akan berangkat dan ikut
menyaksikan peperangan. Jangan ada orang yang menyerukan pulang seperti
gadis-gadis kita dulu dalam perjalanan ke Badar. Mereka disuruh pulang ketika
sudah sampai di Juhfah. Akibatnya orang-orang kesayangan kita terbunuh karena
tidak ada orang yang dapat memberikan semangat kepada mereka!”
Demikianlah, akhirnya kaum wanita Quraisy diizinkan
ikut dalam peperangan. Maka Hindun memanggil Wahsyi, seorang budak hitam dari
Habasyah. Wahsyi terkenal sebagai pelempar tombak yang lihai.
“Kau akan kuberikan banyak harta jika berhasil
membunuh Hamzah,” demikian kata Hindun.
Majikan Wahsyi Jubair bin Mut’im juga berkata, “Kau
juga akan kubebaskan jika berhasil membunuh Hamzah. Pamanku telah dibunuh orang
itu dalam Perang Badar.”
Pasukan
Quraisy Berangkat
Setelah semua persiapan matang, pasukan Quraisy pun
berangkat. Mereka terdiri atas 3000 orang dengan 3000 unta. Sebanyak 200 di
antaranya menunggang kuda dan 700 orang berbaju besi. Di barisan belakang para
wanita Mekah dan budak-budak perempuan yang cantik berjalan mengiringi.
Mereka memakai perhiasan-perhiasan indah dengan wewangian
semerbak. Di tengah-tengah barisan wanita itu, berjalan Hindun binti Utbah,
dialah yang memegang komando dari barisan wanita untuk menabuh rebana dan
menyanyi.
“Kalian tidak boleh mendekati kami wahai kaum
laki-laki,” teriak Hindun.
Sorot matanya memancarkan kobaran api, “Kami bersumpah bahwa kaum laki-laki tidak boleh mendekati kami sebelum mereka menumpas Muhammad dengan semua pasukannya, sehingga kami dapat pulang sambil menjinjing kepala Hamzah!” (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Abdullah bin Ubay Sebarkan Desas-desus Buruk Tentang Rasulullah
Pasukan Zain bin Kharitsah Sergap Kafilah Quraisy di Daerah Najad