Abu Dujanah menjadikan punggungnya sebagai perisai Rasulullah ﷺ. Beberapa panah yang melayang ke arah Rasulullah ﷺ tertahan di punggung Abu Dujanah. Di samping Rasulullah ﷺ, Saad bin Abi Waqqash berdiri melepaskan panahnya untuk menahan musuh.
Rasulullah ﷺ memberikan anak panah kepada Saad sambil berkata, “Lepaskan anak panah itu! Kupertaruhkan ibu bapakku untukmu.”
Rasulullah ﷺ sendiri terus menembakkan anak panah sampai ujung busurnya patah.
-----
PEDOMAN KARYA
Jumat, 04 Maret 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (98):
Abu
Dujanah Jadikan Punggungnya Sebagai Perisai Rasulullah
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Rasulullah
Terluka
Begitu orang Quraisy mendengar Rasulullah ﷺ.
terbunuh, seperti banjir, mereka mengalir ke tempat di mana Rasulullah ﷺ
berada. Semuanya berlomba ingin mengakui bahwa merekalah yang membunuh
Rasulullah ﷺ atau ikut memegang peranan di dalamnya. Tentu hal itu akan dapat
mereka banggakan sampai ke anak cucu mereka.
Ketika itulah, kaum muslimin yang berada
di sekeliling Rasulullah ﷺ tersentak sadar. Mereka bergerak mengelilingi,
menjaga, dan melindungi Rasulullah ﷺ yang amat mereka cintai.
Iman mereka kembali tergugah memenuhi
jiwa. Semangat mereka melambung lagi untuk meraih surga. Kekhawatiran yang amat
sangat akan keselamatan Rasulullah ﷺ membuat mereka kembali mendambakan mati.
Hidup di dunia ini terasa tak ada artinya lagi jika Rasulullah ﷺ gugur dalam
lindungan mereka.
Saat itu, sebuah batu melayang dan
menghantam wajah Rasulullah ﷺ. Batu itu dilemparkan oleh Utbah bin Abi Waqqash.
Gigi geraham Rasulullah ﷺ rontok dan wajah beliau berdarah. Bibir Rasulullah ﷺ
pecah-pecah. Dua keping lingkaran topi besi yang menutupi wajah beliau bengkok
menghimpit pipi Rasulullah ﷺ. Melihat hal itu, iman dan keberanian para sahabat
di sekeliling Rasulullah ﷺ semakin besar. Harga diri mereka sangat terluka
melihat luka yang dialami Rasulullah ﷺ.
Setelah terhuyung sejenak akibat hantaman
batu yang demikian keras. Rasulullah ﷺ kembali dapat menguasai diri. Beliau
terus berjalan ke tempat aman dikelilingi para sahabat yang setia. Tiba-tiba
Rasulullah ﷺ terperosok ke dalam sebuah lubang. Lubang itu sengaja digali oleh
Abu Amir untuk menjerumuskan kaum Muslimin.
Cepat-cepat, Ali bin Abi Thalib
menghampiri, meraih dan memegang tangan Rasulullah ﷺ. Thalhah bin Ubaidillah
membantu mengangkat beliau hingga dapat berdiri kembali. Kemudian, bersama para
sahabatnya, Rasulullah ﷺ berjalan terus mendaki Gunung Uhud. Tempat itu
merupakan satu-satunya peluang bagi beliau untuk menghindari kejaran musuh.
Keadaan mengenaskan yang menimpa
Rasulullah ﷺ itulah yang menghidupkan kembali semangat juang di hati para
sahabat.
Rela
Mati Demi Rasulullah
Hari sudah menjelang tengah hari. Saat
itu, Ummu Umarah seorang muslimah Anshar, tengah berkeliling membagikan air kepada kaum muslimin yang tengah
berjuang.
Namun, begitu dilihatnya kaum muslimin
mundur, Ummu Umarah melemparkan tempat airnya. Ia mencabut pedang dan terjun ke
dalam pertempuran. Tujuannya hanya satu, melindungi Rasulullah ﷺ walau harus
mati. Ummu Umarah menebas musuh dan menembakkan panah sampai tubuhnya sendiri
dipenuhi banyak luka.
Sementara itu Abu Dujanah menjadikan
punggungnya sebagai perisai Rasulullah ﷺ. Beberapa panah yang melayang ke arah
Rasulullah ﷺ tertahan di punggung Abu Dujanah.
Di samping Rasulullah ﷺ, Saad bin Abi
Waqqash berdiri melepaskan panahnya untuk menahan musuh.
Rasulullah ﷺ memberikan anak panah kepada
Saad sambil berkata, “Lepaskan anak panah itu! Kupertaruhkan ibu bapakku untukmu.”
Rasulullah ﷺ sendiri terus menembakkan
anak panah sampai ujung busurnya patah.
Beberapa sahabat, termasuk Abu Bakar dan
Umar Bin Khattab, tidak mengetahui kalau Rasulullah ﷺ masih hidup. Mereka
mengira Rasulullah ﷺ telah gugur
mengingat begitu membanjirnya pasukan musuh menyerbu ke tempat Rasulullah ﷺ
berada.
Keduanya pergi ke arah gunung dengan
kepala tertunduk pasrah. Anas bin Nadzir bertanya kepada mereka, ‘Mengapa
kalian duduk-duduk di sini?”
“Rasulullah sudah terbunuh,” jawab
keduanya.
“Perlu apalagi kita hidup sesudah itu?
Bangunlah! Dan biarlah kita juga mati untuk tujuan yang sama!”
Setelah berkata begitu Anas bin Nadzir
menyerbu musuh, bertempur dengan gagah tiada taranya. Dia baru mendapatkan Syahid
setelah ditebas 70 kali. Begitu rusak tubuh Anas bin Nadhir sampai tidak
seorang pun mengenali jasadnya, kecuali adik perempuannya yang mengenali Anas
dari ciri yang terdapat pada ujung jarinya.
Abu Sufyan yang yakin sekali bahwa
Rasulullah ﷺ telah gugur, sibuk mencari-cari mayat beliau di tengah
korban-korban Muslim.
Akhir
Pertempuran
Ketika orang Quraisy berteriak-teriak
bahwa Muhammad telah mati, Rasulullah ﷺ
menyuruh para sahabat agar tidak membantahnya. Hal itu untuk menghindari
lebih banyak lagi serbuan musuh ke arah beliau.
Namun, begitu Ka'ab bin Malik datang
mendekat, ia mengenali Rasulullah ﷺ. Ketika melihat mata Rasulullah ﷺ yang berkilau di balik helm bajanya, kemudian
ia berteriak.
“Saudara-saudara kaum muslimin!” teriak
Ka'ab amat gembira, “Selamat! Selamat! ini Rasulullah ﷺ.”
Rasulullah ﷺ memberi isyarat agar Ka'ab
berhenti berteriak. Kaum muslimin berdatangan dan mengangkat Rasulullah ﷺ
tercinta. Kemudian bersama-sama beliau mereka mendaki Gunung Uhud ke sebuah
celah Bukit.
Teriakan Ka'ab terdengar juga oleh pihak
Quraisy. Sebagian besar dari mereka tidak mempercayai teriakan itu. Namun, ada
beberapa yang segera pergi mengikuti rombongan Rasulullah ﷺ dari belakang.
Ubay bin Khalaf dapat menyusul rombongan
Rasulullah ﷺ sambil bertanya, “Mana Muhammad, aku tidak akan selamat kalau dia
masih hidup.”
Seketika itu juga Rasulullah ﷺ mengambil
tombak Haris bin Shimma, lalu dengan sangat cepat Rasulullah ﷺ melemparnya ke
arah Ubay Bin khalaf. Ubay pun terhuyung-huyung di atas kudanya, lalu berusaha
kembali pulang dan mati di tengah jalan.
Sesampainya pasukan muslim di ujung bukit,
Ali bin Abi Thalib pergi mengambil air. Air dalam perisai kulitnya. Ali
membasuh darah di wajah Rasulullah ﷺ dan menyiram kepada beliau dengan air.
Dua keping besi di pipi Rasulullah ﷺ
dicabut oleh Abu Ubaidah bin Al jarrah. Begitu kerasnya sampai 2 gigi seri Abu
Ubaidah tanggal.
Tiba-tiba pasukan berkuda Khalid bin Walid
tiba di atas bukit, namun dengan sigap Umar Bin Khattab dan beberapa prajurit muslim
menyerang dan mengusir mereka untuk mundur.
Kaum muslimin telah begitu tinggi mendaki
gunung, keadaan mereka begitu payah dan letih sampai Rasulullah memimpin mereka
shalat sambil duduk.
Pihak Quraisy amat gembira dengan
kemenangan mereka. Mereka menganggap telah sungguh-sungguh membalas dendam atas
kekalahan di Badar.
Abu Sufyan berkata, “Yang sekarang ini untuk peristiwa Perang Badar. Sampai jumpa lagi tahun depan.” (bersambung)
----
Kisah sebelumnya: