Di sebuah tempat yang memang sudah ditetapkan oleh Rasulullah ﷺ saat meninjau musuh, pasukan muslim menyerang dengan kecepatan tinggi secepat kilat. Pertempuran itu terjadi di medan terbuka.
Hujan panah jarak jauh pasukan muslim membuat musuh tercerai-berai, sehingga begitu pasukan utama muslim tiba, dengan mudah mereka membuat kocar-kacir barisan musuh.
Pada akhir pertempuran 200 orang prajurit Bani Musthaliq tertawan.
-----
PEDOMAN KARYA
Rabu, 30 Maret 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (108):
Hujan
Panah Pasukan Muslim Membuat Pasukan Quraisy Kocar-kacir
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Juwairiyah
Binti Harits
Sejumlah 1.500 pasukan muslim diperintahkan Rasulullah
ﷺ untuk bergerak dengan cepat sehingga musuh kesulitan mengetahui di mana
pasukan Rasulullah ﷺ berada.
Kemudian di sebuah tempat yang memang sudah ditetapkan
oleh Rasulullah ﷺ saat meninjau musuh, pasukan muslim menyerang dengan
kecepatan tinggi secepat kilat. Pertempuran itu terjadi di medan terbuka.
Hujan panah jarak jauh pasukan muslim membuat musuh
tercerai-berai, sehingga begitu pasukan utama muslim tiba, dengan mudah mereka
membuat kocar-kacir barisan musuh.
Pada akhir pertempuran 200 orang prajurit Bani
Musthaliq tertawan. Sejumlah harta berupa unta, kuda, dan barang-barang lain
dapat direbut. Al Haris, komandan tertinggi musuh, jatuh tersungkur dihantam
panah. Putrinya ikut menjadi tawanan.
Para tawanan dan harta dibagi-bagikan kepada pasukan.
Putri Al Haris bernama Barrah, menjadi bagian seorang muslim yang miskin.
Muslim ini menghendaki keluarga Barrah menebusnya dengan harta. Namun Barrah
sudah tidak mempunyai apa-apa lagi.
Karena itu, Barrah menemui Rasulullah ﷺ dan mengadu, “Saya
adalah Putri Al Haris, pemimpin Bani Musthaliq. Lelaki yang menawan saya lebih
menginginkan harta daripada menjadikan saya istri atau budaknya, bantulah saya
untuk memerdekakan diri saya.”
Rasulullah ﷺ alaihi wasallam berpikir dalam-dalam.
Apabila Barrah dibebaskan dan kembali ke tengah kaumnya, ia sangat mungkin akan
membangkitkan kaumnya untuk membalas kekalahan mereka.
Rasulullah ﷺ mengetahui dari wajah Barrah yang matanya
memancarkan kecerdasan dan keberanian bahwa ia bukan gadis biasa. Dia akan
mampu menerjang berbagai rintangan.
“Apakah kamu mau jalan keluar yang lebih baik dari
itu?” tanya Rasulullah.
“Apa itu?” tanya Barrah.
“Aku akan membayar uang tebusan mu, lalu akan
menikahimu,” jawab Rasulullah.
Barrah setuju dan ia masuk Islam. Setelah menjadi
istri Rasulullah ﷺ, namanya menjadi Juwairiyah Binti Harits.
Kini Bani Musthaliq sekutu dekat orang Quraisy,
menjadi sekutu dekat Rasulullah ﷺ berkat pernikahan ini. Mereka merasa
terhormat tuan putrinya menjadi istri Rasulullah. Setelah itu, banyaklah kaum
Bani Musthaliq yang memeluk Islam. Subhanallah.
Hasutan
Abdullah Bin Ubay
Setelah memetik kemenangan gemilang itu. Pasukan
muslim kembali berbaris pulang ke Madinah. Di Telaga Al Muraisy mereka singgah
sebentar untuk beristirahat dan memberi minum ternak.
Di tempat itu terjadi pertengkaran antara pelayan Umar
bin Khattab bernama Jahjah Bin Said Al Ghifari dengan Sinan bin Webr Al Jasni.
Keduanya saling bertengkar hebat sampai Sinan berteriak memanggil kaumnya, “Wahai
kaum Anshar!”
Jahjah pun membalas dengan teriakan, “Wahai kaum
Muhajirin!”
Orang-orang pun berdatangan termasuk Abdullah bin
Ubay. Dengan berang, Abdullah bin Ubay berkata kepada orang-orang munafik yang
mengelilinginya, “Mereka (Muhajirin) adalah menyaingi dan mengungguli kita di
negeri kita sendiri. Demi Allah, antara kita dan orang-orang Quraisy ini
(Rasulullah ﷺ dan kaum Muhajirin adalah suku Quraisy) tak ubahnya seperti yang
dikatakan orang, gemukkan anjingmu agar menerkammu! Demi Allah, jika kita telah
sampai di Madinah, orang yang mulia pasti akan mengusir kaum yang hina
(Muhajirin)!”
Zaid bin Arqam mendengar kata-kata yang sangat
berbahaya ini lalu ia cepat-cepat melaporkan hal itu kepada Rasulullah ﷺ.
Mendengar itu
Umar bin Khattab yang berada di samping Rasulullah berkata, “Wahai
Rasulullah, perintahkan saja Abbad bin Bisyr untuk membunuh Abdullah bin Ubay!”
Rasulullah ﷺ menjawab, “Bagaimana wahai Umar, jika
kelak orang-orang bicara bahwa Muhammad telah membunuh salah seorang
sahabatnya? Tidak, aku tidak akan membunuhnya!”
Seketika itu juga Rasulullah ﷺ mengeluarkan perintah
agar kaum muslimin segera berangkat. Walau dengan keheranan karena belum cukup
beristirahat pada hari sepanas itu, kaum muslimin segera mengikuti perintah
Rasulullah ﷺ.
Hari itu Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin berjalan terus melampaui malam
sampai keesokan harinya. Ketika Rasulullah memerintahkan pasukannya berhenti
untuk beristirahat semua orang jatuh tertidur karena begitu lelah.
Rasulullah ﷺ sengaja mengajak pasukannya berjalan
terus sehari semalam agar kelelahan, ini akan membuat semua orang melupakan
hasutan Abdullah bin Ubay yang mengatakan bahwa nanti di Madinah orang Anshar
akan mengusir kaum Muhajirin.
Surat
Al Munafiqun
Saat itu turunlah Surat Al Munafiqun,
يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ
الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ ۚ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
وَلَٰكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Mereka berkata: Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (Surah Al-Munafiqun 63:8). (bersambung)
Kisah sebelumnya:
Allah Turunkan Rasa Takut, Pasukan Ghatafan Lari Pontang-panting
Orang-orang Quraisy Mundur Sebelum Perang Badar, Pasukan Muslim Menang Tanpa Perang