Kaum muslimin terus mengejar musuh ke mana pun sampai mereka meletakkan senjata. Harta benda dan rampasan berserakan di medan pertempuran. Kuda-kuda yang tangguh, Baju besi, unta-unta tanpa tuan berkeliaran penuh muatan, setumpuk makanan lezat, dan perhiasan-perhiasan mahal. Belum lagi para wanita Quraisy yang dengan mudah dapat mereka tawan. Harta sebanyak itu dalam sekejap saja membuat silau pasukan muslim. (int)
------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 02 Maret 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (97):
Pasukan
Muslim Tergiur Harta Rampasan Perang
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Kaum muslimin terus mengejar musuh ke mana
pun sampai mereka meletakkan senjata. Harta benda dan rampasan berserakan di
medan pertempuran. Kuda-kuda yang tangguh,
Baju besi, unta-unta tanpa tuan berkeliaran penuh muatan, setumpuk
makanan lezat, dan perhiasan-perhiasan mahal. Belum lagi para wanita Quraisy
yang dengan mudah dapat mereka tawan.
Harta sebanyak itu dalam sekejap saja
membuat silau pasukan muslim. Harta yang berserakan itu membuat mereka lupa
bahwa sesuai dengan perintah Rasulullah ﷺ,
mereka harus terus mengejar musuh sampai kekuatan lawan benar-benar
tercerai-berai, sehingga tidak mampu berkumpul lagi untuk balas menyerang.
Semua ini terlihat oleh pasukan panah di
lereng gunung. Mereka tidak dapat lagi menahan keinginan untuk juga merebut
harta rampasan yang bergeletakan di mana-mana.
“Mengapa kita masih tinggal di sini, saya akan
tidak mendapatkan apa-apa?” tanya salah seorang.
“Allah telah menghancurkan musuh kita,
mereka, saudara-saudara kita juga sudah merebut markas musuh. Ke sanalah juga
kita ikut mengambil rampasan itu.”
Namun salah seorang membentak: “Bukankah
Rasulullah ﷺ sudah berpesan, jangan meninggalkan tempat kita ini? Sekali pun kami
diserang, janganlah kami dibantu! Bukankah demikian kata beliau?”
“Rasulullah ﷺ tidak menghendaki kita
tinggal di sini terus menerus setelah Allah menghancurkan kaum musyrik itu.”
Abdullah bin Jubair maju untuk menengahi
perdebatan itu. Ia berpidato agar mereka itu jangan melanggar perintah
Rasulullah ﷺ.
Akan tetapi ada sebagian besar pasukannya
tidak mau patuh. Mereka pun kemudian turun dari lereng gunung yang masih
tinggi. Yang masih tinggal hanya beberapa orang saja. Pasukan yang bergegas
turun itu bergabung dengan pasukan muslim yang lain dan ikut memperebutkan
harta rampasan.
Jadi sebagian besar pasukan panah sekarang
sudah melupakan disiplin. Mereka lupa kalau kedisiplinan dan keimanan lah yang
membuat mereka mampu memukul musuh. Kini mereka tengah melupakan iman dan
memperebutkan harta dunia.
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh
seorang pemimpin Quraisy yang terkenal lihai dan gagah.
Bencana
Khalid bin Walid yang sampai saat itu
telah menjaga pasukannya agar tidak bentrok dalam pertempuran, kini melihat
kesempatan baik itu. Ia mengerti bahwa saatnya tiba untuk bergerak.
Khalid bergerak sekuat-kuatnya memberi komando.
Pasukan berkudanya pun mulai bergerak. Semakin cepat dan semakin cepat. Mereka
memutari gunung uhud yang kini tidak dijaga lagi oleh pasukan panah. Dengan
ganas pasukan kavaleri Khalid menyerang pasukan muslim dari belakang.
Mendengar teriakan perang Khalid bin
Walid, pasukan Quraisy yang telah berlarian mundur kini kembali lagi. Mereka
melihat kesempatan untuk menyerang balik saat itu. Mereka ingat untuk tidak
membiarkan harta dan kaum wanita mereka direbut pasukan muslim.
Kini keadaan jadi berbalik, giliran
pasukan muslim yang mendapat pukulan sangat hebat.
Begitu tahu mereka diserang dari depan dan
belakang, setiap muslim melemparkan harta yang telah mereka kumpulkan, dan
kembali mencabut pedang. Namun sayang, sayang sekali! Barisan Muslim sudah
pontang-panting.
Komandan-komandan kesatuan muslim sudah
tidak lagi melihat pasukannya, ada di dekat mereka. Pasukan muslim yang tadinya
berjuang untuk menyelamatkan iman, kini berjuang tercerai-berai untuk
menyelamatkan diri. Tadinya mereka berjuang di bawah satu pemimpin yang kuat,
kini berjuang tanpa pemimpin lagi.
Begitu paniknya keadaan pasukan muslim
sampai beberapa dari mereka malah menghantam saudaranya sendiri dengan pedang.
Keadaan tambah mengguncangkan iman ketika mendengar ada yang berteriak-teriak, “Rasulullah
telah terbunuh, Rasulullah telah terbunuh!”
Hampir setiap orang pasukan muslim
sekarang berusaha melepaskan diri dari kepungan di tempat aman. Kecuali
beberapa sahabat yang tetap berjuang dengan Istiqomah dari awal, seperti Ali
bin Abi Thalib dan beberapa orang lainnya.
**Di kemudian hari, Khalid bin Walid akan
masuk Islam pada zaman Abu Bakar pada saat terjadi pemberontakan di mana-mana.
Abu Bakar mengangkat Khalid menjadi Panglima seraya berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baik hamba Allah dan kawan sepergaulan ialah Khalid bin Walid, sebilah pedang di antara pedang-pedang Allah yang ditembuskan kepada orang-orang kafir dan munafik.” (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Rasulullah Serahkan Pedangnya kepada Abu Dujanah pada Perang Uhud