Rasulullah ﷺ tahu rencana jahat Yahudi Bani Nadhir terhadap dirinya. Beliau pun memanggil Muhammad bin Maslamah untuk menyampaikan pesan beliau kepada Bani Nadhir.
Muhammad bin Maslamah berkata di hadapan orang-orang Yahudi, “Tinggalkan Madinah dan jangan hidup bertetangga denganku. Kuberi waktu 10 hari. Siapa saja yang masih kutemui setelah itu akan kupenggal lehernya.”
-------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 22 Maret 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (104):
Rasulullah
Usir Penduduk Yahudi Bani Nadhir dari Madinah
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Membayar
Diyat
Alangkah berdukanya Rasulullah ﷺ. Pilu yang amat
sangat terasa oleh Beliau akibat pembantaian itu. Alangkah susah payahnya
beliau menahan duka cita. Dengan lirih beliau berkata, “Ini adalah tanggung
jawab Abu Bara, sudah sejak semula aku berat hati dan khawatir sekali.”
Abu Bara juga sangat terkejut. Terpukul sekali dengan
penghianatan yang dilakukan Amir bin Ath Thufail. Abu Bara merasa amat terhina,
tidak disangkanya Amir bin Ath Thufile melanggar perlindungan yang diberikan
kepada kaum muslimin. Tindakan itu sama dengan mencoreng arang di dahi Abu Bara.
Anak Abu Bara sangat memahami perasaan ayahnya. Pemuda bernama Rabi'a itu
bangkit.
“Aku akan menghukum Amir bin Ath Thufail dengan kedua
tanganku sendiri,” kata Rabi’ah.
Setelah berkata begitu Rabi'a pun pergi sambil
memanggul tombak. Sampai di tempat Amir bin Ath Thufail, Rabi'a menghampiri
orang itu. Dengan mata menyala. Tanpa sempat dicegah siapa pun, Rabi'a
menghantamkan tombaknya. Dan Amir bin AthThufail pun rubuh.
Begitu dalamnya duka cita Rasulullah ﷺ atas kematian
para sahabatnya sampai selama 30 hari penuh beliau harus mendoakan mereka.
Dalam doa yang dibacakan setiap selesai shalat subuh itu, beliau juga berdoa,
semoga Allah mengadakan pembalasan terhadap mereka yang telah membunuh para
sahabatnya.
Namun di tengah duka yang begitu dalam Rasulullah ﷺ
tidak lupa untuk berbuat adil. Begitu mendengar bahwa ada dua orang sahabat
kaum muslimin yang terbunuh dengan tangan Amir bin Umayyah, Rasulullah ﷺ segera
berkata, “Engkau telah membunuh dua orang, berarti aku harus membayar diyat (uang
tebusan) kepada keluarga mereka.”
Peristiwa Bi'ir Maunah ini menimbulkan keberanian di
hati musuh-musuh kaum muslimin di Madinah. Gugurnya para sahabat Rasulullah ini
membuat orang-orang Yahudi Bani Nadhir semakin berani, padahal setelah Bani
Qainuqa terusir, Bani Nadhir lebih memilih diam karena dicekam ketakutan. Namun
setelah Perang Uhud dan terakhir tragedi di Bi'ir Maunah, mereka mulai
bertindak lebih berani.
Mereka menunggu kesempatan untuk membunuh Rasulullah ﷺ
sendiri. Tanpa mereka duga kesempatan itu segera datang.
Pengkhianatan
Yahudi
Sesuai dengan perjanjian antara kaum muslimin dan
orang Yahudi. Bani Nadhir diharuskan ikut membayar diyat yang harus dibayarkan
kaum muslimin kepada keluarga orang yang terbunuh dari bani Amir.
Karena itulah Rasulullah ﷺ datang ke tempat Bani
Nadhir di Quba. Beliau disertai 10 sahabat terkemuka di antaranya Abu Bakar,
Umar Bin Khattab, dan Ali Bin Abi Thalib. Setelah shalat berjamaah di Masjid
Quba, Rasulullah ﷺ dan rombongannya
memasuki perkampungan Bani Nadhir.
Setelah mengetahui maksud kedatangan beliau
orang-orang Bani Nadhir menunjukkan wajah yang manis,
“Kami akan membantumu Muhammad, sekarang duduklah di
sini biar kami menyiapkan dulu keperluanmu,” kata mereka.
Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya duduk di tepi rumah
beratap tinggi milik salah seorang Yahudi.
Sementara itu orang-orang Bani Nadhir tidak menyiapkan
uang untuk membantu membayar diyat, melainkan malah berkasak-kusuk perihal
rencana jahat mereka.
“Tidak ada lagi kesempatan sebagus ini untuk membunuh
Muhammad,” ucapan salah seorang pemuka Yahudi.
“Engkau benar,” ujar seorang Yahudi lain dengan mata
berkilat.
“Pada waktu lain, sangat susah membunuh Muhammad
karena ia selalu berada di tengah-tengah sahabatnya. Kini justru Muhammad datang
di tengah kita. Jika kita biarkan kesempatan ini akan berlalu begitu saja,”
ujar salah seorang dari merema.
Akhirnya orang-orang Yahudi itu sepakat untuk membunuh
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.
“Namun bagaimana cara kita membunuh dia?” tanya
seorang kebingungan.
Semua terdiam sejenak, lalu seseorang yang berwajah
licik berjalan mengambil batu penggilingan yang besar dan berat sambil berkata,
“Siapakah di antara kalian yang mau mengambil batu penggilingan ini, lalu naik
ke atap rumah dan menjatuhkannya ke kepala Muhammad sampai remuk?”
Majulah seseorang yang paling jahat di antara mereka
Amir bin Jahsy, dan berkata, “Aku!”
“Jangan lakukan itu!” cegah Sallam bin Miskam. Rupanya
ia salah satu orang yang berpikiran jernih di tempat itu.
“Demi Allah, Allah pasti memberi tahu Muhammad tentang
rencana kita. Sesungguhnya, perbuatan itu merupakan pelanggaran terhadap perjanjian
antara kita dan dia!” katanya.
Namun yang lain tidak peduli, mereka tetap menjalankan
rencana jahat itu.
Rasulullah
Selamat
Jibril pun turun memberitahu Rasulullah ﷺ tentang
rencana jahat itu. Seketika itu juga beliau bangkit dan pergi dengan cepat
seolah-olah ada sesuatu keperluan. Para sahabat yang menyertai beliau sama
sekali tidak diberi tahu apa-apa. Karena itu mereka menunggu Rasulullah ﷺ
kembali.
Kini giliran orang-orang Yahudi yang kebingungan.
Mendadak saja rencana mereka gagal karena itu mereka bermanis-manis wajah
kepada para sahabat yang menunggu untuk menghilangkan kesan buruk.
Setelah cukup lama menunggu Rasulullah tidak kembali,
para sahabat Rasulullah memutuskan untuk pulang mencari beliau. Mereka
menemukan Rasulullah ﷺ telah berada di masjid Madinah.
“Ya Rasulullah, tiba-tiba saja tuan pergi, sedangkan
kami tak menyadari,” kata para sahabat.
Rasulullah ﷺ tahu rencana jahat Yahudi Bani Nadhir
terhadap dirinya. Beliau pun memanggil Muhammad bin Maslamah untuk menyampaikan
pesan beliau kepada Bani Nadhir.
Muhammad bin Maslamah berkata di hadapan orang-orang Yahudi, “Tinggalkan Madinah dan jangan hidup bertetangga denganku. Kuberi waktu 10 hari. Siapa saja yang masih kutemui setelah itu akan kupenggal lehernya.” (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Tragedi Bi’ir Maunah, 70 Da’i Utusan Rasulullah Dibunuh di Daerah Najd
Peristiwa Ar Raji, Penghianatan Bani Hudzail kepada Rasulullah