Pada saat aku sedang mencari-cari kalung, datanglah orang-orang yang bertugas melayani unta tungganganku. Mereka sudah siap segala-galanya, mereka menduga aku telah berada di dalam haudaj (rumah kecil yang terpasang di punggung unta), sebagaimana dalam perjalanan. Oleh sebab itu haudaj mereka angkat, kemudian diikatkan pada punggung unta. Mereka sama sekali tidak menduga bahwa aku tidak berada di dalam haudaj, karena itu mereka segera memegang tali kekang lalu mulai berangkat!
-------
PEDOMAN KARYA
Sabtu, 02 April 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (109):
Aisyah Tertinggal dari Rombongan Pasukan, Abdullah Bin Ubay Sebarkan Fitnah
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Sesampainya di Madinah, putra Abdullah bin Ubay yang
juga bernama Abdullah, menemui Rasulullah ﷺ.
“Ya, Rasulullah. Saya dengar tuan ingin membunuh
ayahku. Jika benar tuan ingin melakukannya, perintahkanlah aku. Aku bersedia
membawa kepalanya di hadapanmu. Demi Allah, tidak ada orang dari suku Khazraj
yang dikenal lebih baik sikapnya kepada orangtuanya daripada aku. Aku takut
engkau akan memerintahkan orang selain aku untuk membunuhnya, sehingga jiwaku
tidak tahan melihat pembunuh ayahku berjalan di tengah masyarakat, lalu aku
membunuhnya pula. Ini berarti aku membunuh seorang mukmin karena seorang kafir
sehingga aku menjadi penghuni neraka,” kata Abdullah.
Akan tetapi, Rasulullah ﷺ bersabda, “Bahkan kita akan
bertindak lemah lembut dan berlaku baik kepadanya selama dia masih tinggal
bersama kita.”
Justru setelah itu, sempitlah ruang gerak Abdullah bin
Ubay. Setiap kali ia mengemukakan pendapat, seketika itu pula kaumnya menentang
dan mengencamnya.
Melihat keadaan itu, Rasulullah ﷺ bertanya sambil
tersenyum kepada Umar bin Khattab, “Bagaimana pandanganmu sekarang, wahai Umar?
Demi Allah, seandainya engkau membunuhnya pada hari kau katakan kepadaku,
'Bunuhlah dia', niscaya orang-orang akan ribut. Namun, seandainya aku
perintahkan kamu untuk membunuhnya sekarang, apakah kamu akan membunuhnya
juga?”
Rasulullah ﷺ bertanya demikian karena saat itu lidah
bercabang Abdullah bin Ubay sudah habis kekuatannya. Tidak usah dibunuh pun ia
sudah sama sekali tidak berdaya.
Umar Bin Khattab pun mengakui pandangan jauh Rasulullah
ﷺ, “Demi Allah, aku telah mengetahui bahwa keputusan Rasulullah ﷺ lebih besar
berkahnya daripada pendapatku.”
Bunda
Aisyah Kehilangan Kalung
Dalam perjalanan pulang ke Madinah setelah melawan
Bani Musthaliq inilah, terjadi suatu peristiwa yang mengganggu ketentraman hati
Rasulullah ﷺ. Kejadian ini mengenai istri Rasulullah ﷺ yang ikut dalam
peperangan kali ini, yaitu Aisyah.
Penuturan
Aisyah
“Kejadian ini, setelah selesai peperangan, Rasulullah ﷺ
bergegas pulang dan memerintahkan orang-orang agar segera berangkat pada malam
hari. Pada saat semua orang sedang berkemas-kemas hendak berangkat aku keluar
untuk membuang hajat, kemudian aku kembali hendak bergabung dengan rombongan.
Pada saat itu kuraba raba kalung di
leherku, ternyata sudah tak ada lagi. Kemudian aku kembali lagi ke tempat aku
mau buang hajat tadi, untuk mencari-cari kalung hingga dapat kutemukan kembali.
Pada saat aku sedang mencari-cari kalung, datanglah
orang-orang yang bertugas melayani unta tungganganku. Mereka sudah siap
segala-galanya, mereka menduga aku telah berada di dalam haudaj (rumah kecil
yang terpasang di punggung unta), sebagaimana dalam perjalanan.
Oleh sebab itu haudaj mereka angkat, kemudian
diikatkan pada punggung unta. Mereka sama sekali tidak menduga bahwa aku tidak
berada di dalam haudaj, karena itu mereka segera memegang tali kekang lalu
mulai berangkat!
Ketika aku kembali ke tempat perkemahan tidak kujumpai
seorang pun yang masih tinggal. Semua telah berangkat.
Dengan berselimutkan jilbab, aku berbaring di tempat
itu. Aku berpikir pada saat mereka mencari-cari aku tentu mereka akan kembali
ke tempatku.
Demi Allah pada saat aku sedang berbaring tiba-tiba
Shafwan bin Mu'atthal lewat. Agaknya ia bertugas di belakang pasukan. Dari
kejauhan, ia melihat bayang-bayangku. Ia mendekat lalu berdiri di depanku. Ia
sudah melihat dan mengenalku sebelum kaum wanita dikenakan wajib berhijab.
Ketika melihatku, Ia berucap, Innalillahi wa
innailaihi raji’un! Istri Rasulullah? Aku pun terbangun oleh ucapannya itu. Aku
tetap menutup diriku dengan jilbabku.
“Demi Allah, saya tidak mengucapkan satu kalimat pun
dan aku tidak mendengar ucapan darinya kecuali ucapan innalillahi wa innailaihi
raji’un itu. Kemudian dia merendahkan untanya lalu aku menaiki unta itu ia
berangkat menuntun unta kendaraan yang aku naiki sampai kami tiba di Nahri Adh
Dhahirah tempat pasukan turun beristirahat.”
Di sinilah mulai tersiar fitnah tentang diriku. Fitnah
ini bersumber dari mulut Abdullah bin Ubay bin Salul.”
Aisyah
Jatuh Sakit
“Lihat, mengapa istri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
berjalan bersama orang yang bukan muhrimnya? Mungkinkah mereka ternyata saling
menyukai? ” seru Abdullah bin Ubay.
Beberapa orang muslim termakan oleh hasutan ini,
sehingga berita bohong itu tersiar dengan cepat. Kali ini, bukan saja oleh
Abdullah bin Ubay, tetapi juga diperkuat oleh orang-orang lain. Aisyah sendiri
tidak mengetahui adanya berita bohong itu karena beliau jatuh sakit begitu tiba
di Madinah.
Aisyah menuturkan, “Setibanya di Madinah, kesehatanku
terganggu selama sebulan. Saat itu rupanya orang-orang sudah banyak
mendesas-desuskan berita bohong itu, sedangkan aku belum mendengar sesuatu
mengenainya. Hanya saja, aku tidak melihat kelembutan dari Rasulullah ﷺ yang
biasa kurasakan ketika aku sakit. Beliau hanya masuk lalu mengucapkan salam dan
bertanya, Bagaimana keadaanmu?
Setelah agak sehat, aku keluar pada suatu malam
bersama ummy Masthah untuk membuang hajat. Waktu itu kami belum membuat kakus.
Pada saat kami pulang tiba-tiba kaki ummu Masthah terantuk hingga kesakitan dan
terlontar ucapan dari mulutnya, Celaka si Masthah!
Ia pun ku tegur, Alangkah buruknya ucapanmu itu
mengenai seseorang dari kaum Muhajirin yang turut serta dalam Perang Badar!
Ummu Masthah bertanya, Apakah Anda tidak mendengar apa
yang dikatakannya?
Ia kemudian menceritakan kepadaku berita bohong yang
tersiar sehingga sakitku bertambah parah. Malam itu aku menangis hingga pagi.
Air mataku terus menetes dan aku tak dapat tidur.”
Rasulullah ﷺ meminta pendapat para sahabatnya tentang
Aisyah.
“Wahai Rasulullah, para istrimu adalah keluargamu,
kami tidak mengetahui tentang mereka kecuali kebaikan,” jawab para sahabat.
Rasulullah ﷺ memanggil Bariroh, pelayan perempuan
bunda Aisyah. Rasulullah ﷺ Alaihi Wasallam bertanya, “Apakah kamu melihat
sesuatu yang mencurigakan dari Aisyah?”
Barirah berkata, bahwa ia tidak mengetahui Aisyah kecuali bahwa Aisyah adalah orang yang sangat baik, akhirnya Rasulullah ﷺ berdiri di atas mimbar. (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Hujan Panah Pasukan Muslim Membuat Pasukan Quraisy Kocar-kacir
Allah Turunkan Rasa Takut, Pasukan Ghatafan Lari Pontang-panting