Sambil tersenyum, pasukan muslim mewaspadai gerakan musuh. Dengan tangkas mereka menghujani anak panah, lawan yang mencoba mendekati parit.
Kemudian muncul sekelompok penunggang kuda Quraisy yang tangguh. Mereka adalah Amir bin Abdul Wudd, Ikrimah Bin Abu Jahal, Dhirar bin Khattab, dan lain-lain. Dengan nekat mereka terjun ke parit dan berhasil sampai ke seberang. Namun Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang muslim mengepung tempat itu.
-----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 14 April 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (113):
Ali
bin Abi Thalib Robohkan Amir bin Abdu Wudd di Perang Parit
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Serangan
Gencar
Dalam penggalian itu orang-orang munafik menunjukkan
rasa enggan, mereka sengaja menampakkan diri seperti orang lesu dan tidak
memiliki kemampuan. Banyak yang diam-diam melarikan diri ke rumah masing-masing.
Sementara setiap sahabat muslim pasti meminta izin kepada Rasulullah ï·º jika
mempunyai suatu keperluan. Kemudian setelah selesai kembali lagi bekerja pada
penggalian.
Parit telah selesai digali, ketika pasukan musyrik
datang. Melihat jumlah musuh sebesar itu orang-orang munafik dan mereka yang
lemah jiwanya seketika menggigil ketakutan. Mereka langsung berprasangka buruk
kepada Allah سُبْØَانَÙ‡ُ Ùˆَ تَعَالَÙ‰ dan Rasul-Nya sampai mereka berkata dalam
hati,
“Allah سُبْØَانَÙ‡ُ Ùˆَ تَعَالَÙ‰ dan Rasul-Nya tidak
menjanjikan kepada kami selain tipu daya.”
Pasukan musyrik terkejut sekali ketika melihat ada
parit yang terlalu lebar di depannya untuk diseberangi.
Ini perbuatan orang pengecut! Jadi mereka sambil
berputar-putar mencari rongga parit yang sempit untuk dilompati, Amarah mereka
menggelegak bukan main. Belum pernah dalam sejarah peperangan orang Arab
melakukan strategi seaneh ini.
Sambil tersenyum, pasukan muslim mewaspadai gerakan
musuh. Dengan tangkas mereka menghujani anak panah, lawan yang mencoba
mendekati parit.
Kemudian muncul sekelompok penunggang kuda Quraisy
yang tangguh. Mereka adalah Amir bin Abdul Wudd, Ikrimah Bin Abu Jahal, Dhirar
bin Khattab, dan lain-lain. Dengan nekat mereka terjun ke parit dan berhasil
sampai ke seberang.
Namun Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang muslim
mengepung tempat itu. Melihat Ali bin Abi Thalib, Amir bin Abdu Wudd yang pemberani,
menantang duel. Ali pun menghadapinya. Mereka berputar-putar dan suara denting
pedang beradu demikian kerasnya, masing-masing memekik nyaring ketika mereka
saling menebas dan menangkis.
Ali bin Abi Thalib berhasil merobohkan musuhnya. Kaum
muslimin yang lain berhasil mendesak para prajurit Quraisy ke tepi parit
sehingga mereka mundur tunggang langgang.
Ikrimah bin Abu Jahal sampai meninggalkan tombaknya
melihat serangan ganas para prajurit muslim.
Ketika dalam keadaan segenting seperti itu, lagi-lagi
kaum muslimin dikhianati.
Pengkhianatan
Yahudi
Ketika Rasulullah ï·º berhijrah ke Madinah, ada tiga
kelompok Yahudi di kota itu, mereka adalah: Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani
Quraizhah. Namun, akibat ulahnya sendiri, Bani Qainuqa dan Bani Nadhir terusir
dari Madinah.
Kepada pemimpin Bani Quraizhah inilah Huyay bin
Khattab pemimpin Bani Nadhir datang menghasut.
Kaab bin Asad Al Quraizhy pemimpin Bani Quraizhah
akhirnya membukakan pintu bentengnya setelah Huyay menggedor berkali-kali.
“Kaab, aku datang bersama Quraisy dan Ghatafan berikut
para pemimpin mereka. Semuanya sudah berjanji kepadaku untuk tidak pulang
sebelum dapat membinasakan Muhammad dan para pengikutnya,” kata Huyay.
Mendengar kata-kata Huyay, Kaab menjawab, “Celakalah
engkau Huyya! Tinggalkan aku dari urusanku! Aku tidak melihat diri Muhammad
melainkan sosok orang yang jujur dan menepati janji!”
Namun Huyay terus membujuk-bujuk dan membujuk sampai
akhirnya Kaab pun setuju untuk mengkhianati kaum muslimin. Mulailah Bani
Quraizhah mengincar benteng tempat kaum wanita dan anak-anak Muslim berlindung
yang dijaga Hasan bin Tsabit.
Shaffiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam dan adik perempuan Hamzah melihat ada seorang
laki-laki Yahudi datang mengendap-ngendap mengelilingi benteng, Shafiyyah
segera memberi tahu Hasan bin Tsabit,
“Wahai Hasan, lihat ada orang Yahudi mengelilingi
benteng ini. Demi Allah, aku khawatir ia akan menunjukkan titik lemah benteng
ini kepada pasukannya Yahudi padahal Rasulullah ï·º dan para sahabat sedang
bertempur di garis depan. Hampiri orang itu dan bunuh dia!”
“Engkau tahu sendiri bahwa aku bukanlah orang yang
mahir dalam bunuh membunuh,” jawab Hasan.
Shaffiyah yang gagah berani itu mengambil sepotong tiang
dan memukul orang Yahudi itu sampai mati. Karena tindakannya ini, kaum Yahudi
tidak berani terang-terangan menyerang benteng yang mereka kira dijaga dengan
kuat.
Apa yang akan dilakukan Rasulullah ï·º dan para sahabat,
ketika mengetahui bahwa Bani Quraizhah berniat menikam dari belakang?
Orang Yahudi adalah pedagang dan ilmuwan yang jauh
lebih unggul dari orang Anshar yang terdiri atas Aus dan Khazraj. Namun, ketika
melihat pemeluk Islam meningkat pesat, orang Yahudi khawatir mereka akan kalah
dalam perdagangan dan pengetahuan. Kemudian mereka menolak kerasulan Muhammad ï·º
dan mentertawakan ajaran beliau. (bersambung)
Kisah sebelumnya: