“Ya Rasulullah” demikian sahabat itu mengajukan usul, “Dulu, jika kami orang-orang Persia sudah dikepung musuh, kami membuat parit di sekitar kami.”
Orang yang mengajukan usul itu adalah Salman Al Farisi. Salman si orang Persia. Usul cerdik itu segera diterima oleh Rasulullah ﷺ, dan para sahabat segera mulai menggali parit di sekitar kota Madinah.
--------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 06 April 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (112):
Pasukan
Kafir Quraisy Datang, Pasukan Muslim Gali Parit
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Pemimpin seluruh pasukan ini adalah Abu Sufyan dengan
kesepakatan bahwa jika sudah tiba di Madinah tampuk kepemimpinan akan digilir
setiap hari kepada setiap pemimpin suku yang lain. Orang-orang Mekah termasuk
anak-anak dan kaum wanitanya bersorak-sorai mengiringi kepergian pasukan
raksasa itu. Abu Sufyan kini bisa tersenyum.
“Muhammad dan Madinah akan tumpah,” pikir Abu Sufyan,
“Tidak ada suatu kekuatan pun yang bisa membendung pasukan sebanyak ini. Cuma
dua pilihan bagi Muhammad, bertahan sampai mati di kotanya atau pergi mengungsi
ke tempat yang jauh!”
Ketika mengetahui keberangkatan pasukan musuh, kaum
muslimin merasa amat terkejut. Kini seluruh kabilah Arab sudah bersatu untuk
memusnahkan mereka. Apa yang harus dilakukan kaum muslimin rasanya sudah tidak
mungkin melawan dengan ke luar kota seperti pada Perang Uhud.
Kini jumlah lawan yang datang lebih banyak lagi. Tiga
kali lipat dari dahulu yang mereka hadapi. Ribuan manusia bersenjata lengkap
ditunjang dengan barisan berkuda dan unta tak mungkin dihadapi dengan cara
berhadap-hadapan muka secara langsung.
Rasulullah ﷺ segera mengajak para sahabat berunding.
Semuanya sepakat bahwa mereka harus bertahan di Madinah, tidak ada cara lain.
Namun itu saja belumlah cukup, sebab pasukan musuh
sebesar itu akan mampu merebut rumah demi rumah dan jalan demi jalan di Madinah
yang akan dipertahankan kaum muslimin. Apa lagi keberadaan kaum wanita
anak-anak dan orang orang tua akan menambah beban pasukan yang bertahan.
Seorang sahabat Rasulullah ﷺ akhirnya menemukan jawabannya.
Menggali
Parit
“Ya Rasulullah” demikian sahabat itu mengajukan usul,
“Dulu, jika kami orang-orang Persia sudah dikepung musuh, kami membuat parit di
sekitar kami.”
Orang yang mengajukan usul itu adalah Salman Al
Farisi. Salman si orang Persia. Usul cerdik itu segera diterima oleh Rasulullah
ﷺ, dan para sahabat segera mulai menggali parit di sekitar kota Madinah. Jumlah
kaum muslimin ada 3000 orang, setiap 10 orang ditugasi menggali parit sepanjang
40 Hasta. Karena itulah Perang ini disebut Perang Khandaq atau Perang Parit
atau Perang Ahzab atau Perang Pekutu.
Disebut Perang Sekutu karena pasukan yang dihadapi
kaum muslimin adalah pasukan persekutuan beberapa Kabilah Arab.
Maka dimulailah perlombaan itu. Manakah yang lebih
dulu kaum muslimin menyelesaikan parit ataukah pasukan ahzab tiba di Madinah.
Menyadari bahwa waktu sangat penting dalam keadaan ini, semua orang pun bekerja
keras.
Rasulullah ﷺ sendiri terjun dalam penggalian itu,
begitu kerasnya Rasulullah ﷺ ikut bekerja, seorang sahabat bernama Al Barra bin
Azib berkata: “Pada waktu Perang Ahzab, saya melihat Rasulullah ﷺ menggali
parit dan mengusung tanah galian sampai saya tidak dapat melihat dada beliau
yang berbulu lebat karena tebalnya tanah yang menempel dan melumurinya.'
Kaum Muhajirin dan Anshar bekerja sambil melantunkan
syair penuh semangat. 'Kami adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada
Muhammad untuk setia kepada Islam selama kami masih hidup.' Ucapan ini dijawab
oleh Rasulullah ﷺ. 'Ya Allah Sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan
akhirat, maka berkatilah kaum Anshar dan Muhajirin.'
Tiba tiba di suatu bagian, galian tertunda karena ada
sebuah batu besar yang begitu kuat dan tak bisa dipisahkan oleh para sahabat.
Mereka pun melapor, “Rasulullah, sebuah batu
menghambat kelancaran kami dalam penggalian parit.”
“Biarkan aku yang turun,” kata Rasulullah ﷺ.
Beliau pun turun dan menghancurkan batu sambil
mengucapkan “Bismillah, ....” Batu yang keras itu pun hancur seperti pasir.
Pada saat itu Allah memberi Rasulullah ﷺ penglihatan tentang masa depan kaum
muslimin.
Roti
dan Kurma
Setelah pukulan pertama Rasulullah ﷺ bersabda, “Allahu
akbar! Aku diberi kunci-kunci Syam. Demi Allah aku benar-benar bisa melihat
istana-istana yang bercat merah saat ini.”
Setelah itu, beliau menghantam untuk kali kedua, batu
keras yang tersisa sampai sebagiannya hancur menjadi pasir. Saat itu,
Rasulullah ﷺ bersabda, “Allahu akbar, aku diberi tanah Persia. Demi Allah, saat
ini aku bisa melihat istana Madain yang bercat putih.”
“Bismillah,” sambil mengucapkan itu Rasulullah ﷺ
menghantam sisa terakhir batu itu sampai hancur menjadi pasir. Beliau pun
bersabda, “Allahu akbar! Aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah, dari
tempatku ini, aku bisa melihat pintu pintu gerbang Shan'a.”
Di kemudian hari, setelah Rasulullah ﷺ wafat semua
negeri yang beliau sebut itu takluk dalam pelukan Islam.
Saat menggali, Rasulullah ﷺ mengganjal perut beliau
dengan dua buah batu untuk menahan lapar. Para sahabat yang lain pun melakukan
hal yang sama. Melihat ini, Jabir bin Abdullah meminta izin kepada Rasulullah ﷺ
untuk pulang sebentar. Sampai di rumah Jabar bertanya kepada istrinya.
“Aku tidak akan membiarkan Rasulullah ﷺ kelaparan.
Apakah kamu mempunyai sesuatu?” tanya Jabir bin Abdullah kepada istrinya.
“Ya, aku punya gandum dan seekor anak kambing,” jawab
istrinya.
Kemudian Jabir memasak daging kambing dalam priuk dan
memasukkan tepung gandum ke dalam pembakaran roti.
Setelah itu, ia menemui Rasulullah ﷺ dan berkata, “Ya
Rasulullah, aku ada sedikit makanan. Datanglah engkau bersama seorang atau dua
orang sahabatmu.”
Rasulullah ﷺ bertanya, “Berapa banyakkah makanan itu?”
Jabir menyebutkan jumlah makanannya yang sedikit itu.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Itu cukup banyak dan baik.
Katakanlah kepada istrimu jangan diangkat masakan itu dari atas tungku dan
jangan mengeluarkan roti dari bahan bakarnya, sebelum aku datang ke sana.”
Kemudian Rasulullah ﷺ memanggil para sahabat Anshar
dan Muhajirin, “Wahai para penggali parit, mari kita datang, sesungguhnya Jabir
memasak makanan besar.”
Mendengar itu, Jabir sampai mengangakan mulut.
Bagaimana makanan sedikit itu cukup buat seluruh orang? Ternyata makanan itu
cukup untuk membuat semua orang kenyang, bahkan masih tersisa. Pada saat lain,
Rasulullah ﷺ juga membagikan setangkup kurma kepada begitu banyak orang. (bersambung)