BANYAK HAL BARU. Sadriana mengaku menemukan hal baru setelah berproses dan meraih gelar “Master of Philosophy” dalam bidang teknologi pendidikan di UTM, termasuk proses perkuliahan, media dan metode yang digunakan dalam perkuliahan.
-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 23 Mei 2022
Mengenal
Sadriana Ayu (2-habis):
Kuliah
di UTM Malaysia, Banyak Hal Baru
Sadriana memutuskan
melanjutkan pendidikan ke Universitas Teknologi Malaysia (UTM). Ia mengakui,
keputusannya memilih kampus itu atas dorongan Erwin Akib SPd MPd PhD, Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unismuh Makassar. Erwin Akib juga
merupakan alumni S3 di kampus itu.
Meski sudah berpengalaman
menjadi mahasiswa terbaik saat kuliah S1 di Makassar, Sadriana mengaku tetap
mesti beradaptasi dengan kultur kedisiplinan di kampus UTM
“Memang kedisiplinan
belajar di sana tinggi, sehingga mulai dari masuk kelas, presensi kehadiran dan
tugas punya masing-masing waktunya. Kami juga lebih banyak dituntut mengakses
tugas-tugas itu secara online,” jelas
Sadriana.
Proses adaptasi lainnya
yang cukup menantang di UTM adalah proses belajar yang berpusat pada mahasiswa.
“Kami dituntut mengembangkan
materi dan belajar mandiri dalam proses perkuliahan,” ungkap Sadriana.
Ia mengaku sempat grogi,
saat kelas perkuliahannya digabung dengan mahasiswa S3. Belum lagi peserta
kelasnya berasal dari berbagai negara.
“Dari semua kelas yang
saya ikuti, memang saya adalah mahasiswa yang termuda, sehingga dianggap adik
dan bahkan banyak yang menganggap saya anak karena terpaut usia yang jauh,”
ungkap Sadriana.
Namun ia bisa mengubah
tantangan tersebut menjadi peluang.
“Keuntungan menjadi yang
termuda adalah menjadi pusat perhatian teman satu kelas dan dosen, sehingga
memudahkan untuk berinteraksi dan berdiskusi secara luas,” tutur Sadriana.
Selain beradaptasi dengan
suasana kelas, Sadriana juga mesti beradaptasi dengan budaya di Johor,
Malaysia.
“Yang cukup berat saya
rasakan tentu jauh dari keluarga. Dulu waktu kuliah di Makassar, kalau rindu
keluarga, bisa pulang kampus. Cukup lima jam perjalanan,” kata Sadriana.
Nasyiatul
Aisyiyah Kuala Lumpur
Ia memilih tak larut
dengan kesepian karena jauh dari keluarga. Ia berupaya memanfaatkan dengan baik
lingkaran pertemanan yang luas untuk membuka cakrawala berpikir.
Sadriana juga tetap
menyalurkan hobi berorganisasinya, meski di tengah kultur akademik yang cukup
ketat, antara lain bergabung menjadi pengurus Persatuan Pelajar Indonesia (PPI)
di UTM (2018-2019).
Demikian pula komitmennya
untuk senantiasa terlibat dalam kegiatan dakwah, membuatnya tetap terlibat
sebagai pengurus Nasyiatul Aisyiyah Kuala Lumpur (2019-2021), dan Anggota
Ikatan Muslim Johor (sejak 2019).
Penyelesaian
Tesis
Beradaptasi dengan proses
perkuliahan dan budaya setempat, bukan berarti tantangan telah berakhir.
Tantangan terberat itu tiba, saat ia sedang menyelesaikan tesis.
“Saya harus menyelesaikan
tesis dengan jumlah sampel 525 orang dan tiga orang dosen internasional yang
berasal dari Australia, Pakistan, dan Singapura. Mereka adalah pakar yang
memberikan komentar tentang framework yang saya kembangkan,” jelas Sadriana.
Frame tersebut,
lanjutnya, diadaptasi dari model TAM (Technology Acceptence Model).
“Proses ini menelan waktu
satu tahun 10 bulan untuk menyelesaikan sampai akhirnya mendapatkan nilai B1
dengan minor corrections,” jelas Sadriana.
Proses tersebut, katanya,
takkan mudah ia lalui, tanpa campur tangan Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Terima kasih untuk kedua
orang tua saya, atas dukungan dan doa yang terus mengalir,” lanjutnya dengan
ucapan terbata-bata.
Ia juga menyampaikan
apresiasi atas dukungan Pimpinan Unismuh Makassar yang telah memberikan
beasiswa penuh hingga menyelesaikan studi magister di UTM.
“Terima kasih
setinggi-tingginya seluruh sivitas akademika Unismuh Makassar, dari pimpinan,
staf, sampai pada pimpinan prodi yang selalu siap membantu dalam perjalanan
penyelesaian saya. Semoga Allah membalas budi baik mereka semua dengan lebih
baik,” kata Sadriana.
Secara khusus, ia juga
menyampaikan terima kasih kepada Dekan FKIP Unismuh Makassar, Erwin Akib, yang
memberikan petunjuk agar dirinya memilih melanjutkan studi di UTM.
Banyak
Hal Baru
Sadriana mengaku
menemukan hal baru setelah berproses dan meraih gelar “Master of Philosophy”
dalam bidang teknologi pendidikan di UTM.
“Banyak hal baru yang
saya dapatkan, termasuk proses perkuliahan, media dan metode yang digunakan
dalam perkuliahan. Setelah pulang ke Indonesia, akan saya terapkan kembali di
Unismuh selama mengajar dan berbaur dengan orang lain,” ujar Sadriana. ***
Penulis: Hadisaputra
Editor: Asnawin Aminuddin
------
Artikel terkait: