“Memang betul,” jawab Abu Bakar.
“Bukankah mereka itu orang-orang musyrik?” kata Umar.
“Memang betul!” jawab Abu Bakar.
“Lalu mengapa kita mau direndahkan dalam soal agama kita?” seru Umar berapi-api.
-----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 22 Mei 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (121):
Umar
bin Khattab Tidak Puas dengan Isi Perjanjian Hudaibiyah
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Ketidakpuasan
Umar
Umar bin Khatab tidak puas dengan isi perjanjian itu.
Ketidakpuasannya ini ditunjukkan setelah terjadi insiden saat penulisan
perjanjian. Saat itu Ali bin Abi Thalib mendapat tugas Rasulullah ﷺ untuk
menulis perjanjian itu.
“Tulislah Bismillahirahmanirrahim!” Sabda Rasulullah ﷺ
kepada Ali.
“Stop!” seru Suhail.
Kemudian ia melanjutkan, “Nama Arrahman dan arrahim
ini tidak kukenal. Tulislah dengan bismika allahumma (dengan nama-mu Ya Allah)”
“Tulislah dengan nama-mu Ya Allah. Lalu, tulislah: Ini
adalah perjanjian damai yang ditetapkan antara Muhammad Rasulullah dengan
Suhail bin Amr,” sabda Rasulullah ﷺ kepada Ali.
Namun delegasi Quraisy itu kembali menolak. Suhail
mengatakan, “Jika kami mengakui bahwa engkau Rasulullah, tentu kami tidak akan
memerangimu. Karena itu tulislah namamu dan nama ayahmu.”
“Baik. Hapuslah kata Rasulullah. Tulislah Muhammad bin
Abdullah,” sabda Rasulullah ﷺ.
Sebagaimana para sahabat lain yang hadir, Ali bin Abi
Thalib sudah memuncak kemarahannya kepada delegasi Quraisy itu, sehingga ia
berkata, “Tidak ya Rasulullah! Demi
Allah, aku tidak sudi menghapus kata itu.”
Akhirnya Rasulullah ﷺ sendiri yang menghapus kata-kata
itu. Melihat hal itu Umar bin Khattab berkata kepada Abu Bakar yang duduk di
sampingnya, “Bukankah dia itu Rasulullah?”
“Memang betul,” jawab Abu Bakar.
“Bukankah kita ini orang-orang Islam?” tanya Umar.
“Memang betul!” jawab Abu Bakar.
“Bukankah mereka itu orang-orang musyrik?” kata Umar.
“Memang betul!” jawab Abu Bakar.
“Lalu mengapa kita mau direndahkan dalam soal agama
kita?” seru Umar berapi-api.
Abu bakar menenangkan Umar dengan kata-kata tegas, “Umar
duduklah di tempatmu, aku bersaksi bahwa dia Rasulullah.”
Namun hampir semua sahabat berpendapat seperti Umar.
Mereka merasa agama mereka telah dilecehkan dengan perjanjian ini. Bukan saja
mereka gagal berhaji tahun ini tetapi juga harus menerima bahwa orang musyrik
itu seolah merendahkan Allah dan rasul-Nya, Rasulullah ﷺ.
Kemudian terjadilah sebuah peristiwa yang membuat para
sahabat semakin tidak menyukai perjanjian ini.
Kisah
Abu Jandal
Belum lagi kering tinta perjanjian itu, tiba-tiba
muncul Abu Jandal. Pemuda itu adalah anak Suhail bin Amr, si perunding Quraisy.
Para sahabat sangat terkejut menyaksikan kedua kaki Abu Jandal dalam keadaan
terbelenggu sehingga ia berjalan tertatih-tatih. Rupanya ia berhasil melepaskan
diri dari Mekah dan hendak menggabungkan diri dengan saudara-saudara muslimnya.
Namun begitu melihat anaknya itu, Suhail berseru, “Ini
adalah orang pertama yang kutuntut agar engkau mengembalikannya.”
“Kami tidak melanggar isi perjanjian ini sampai kapan
pun,” jawab Rasulullah ﷺ.
“Demi Allah, kalau begitu aku tidak akan menuntutmu
karena sesuatu apa pun,” kata Suhail.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Kalau begitu, berilah dia jaminan
perlindungan karena aku.”
“Aku tidak akan memberinya jaminan perlindungan karena
dirimu,” tukas Suhail.
“Lakukanlah!” pinta Rasulullah ﷺ lagi
“Aku tidak akan melakukannya,” jawab Suhail.
Suhail melangkah cepat ke arah Abu Jandal dan memukul
keras-keras anaknya itu. Suhail
mencengkeram kerah baju Abu Jandal dan menyeretnya untuk dikembalikan
kepada Quraisy.
Abu Jandal berseru, “Semua orang muslim, apakah aku
akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik yang akan menyiksaku karena
agamaku ini?”
Kaum Muslimin merasa geram. Hampir-hampir saja kaki
mereka bergerak untuk datang melawan perjanjian yang sudah ditandatangani.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Wahai Abu Jandal, bersabarlah
dan tabahlah, karena Allah akan memberikan jalan keluar kepadamu dan
orang-orang yang terzalimi seperti dirimu. Kami sudah mengukuhkan perjanjian
dengan mereka. Kami telah membuat perjanjian persetujuan dengan mereka atas
peristiwa seperti ini dan mereka pun sudah memberikan sumpah atas nama Allah
kepada kami. Maka kami tidak akan melanggarnya.”
Rasulullah ﷺ melihat ke sekeliling dan menangkap wajah pengikutnya yang tampak sangat tidak puas. Hal inilah yang membuat para sahabat tidak menuruti perintah Rasulullah ﷺ sesaat setelah itu. (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya:
Rasulullah Berangkat Haji ke Mekah, Orang Quraisy Berupaya Menghalangi