-----
PEDOMAN KARYA
Ahad, 28 Agustus 2022
Kisah
Nabi Muhammad SAW (139):
Rasulullah
Menaklukkan Kota Tha’if dengan Cara Sederhana
Penulis:
Abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi
Perang
Thaif
Saat itu turunlah Firman Allah
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِيْ مَوَاطِنَ كَثِيْرَةٍۙ وَّيَوْمَ
حُنَيْنٍۙ اِذْ اَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْـًٔا وَّضَاقَتْ
عَلَيْكُمُ الْاَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُّدْبِرِيْنَۚ
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para
mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain,
yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah
yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas
itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan
bercerai-berai. (Surah At-Taubah 9:25)
ثُمَّ اَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَعَلَى
الْمُؤْمِنِيْنَ وَاَنْزَلَ جُنُوْدًا لَّمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ
وَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya
dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang
kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang
kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. (Surah
At-Taubah 9:26)
Pasukan muslim mengepung kota Tha'if. Mereka kemudian
menyerang dengan manjaniq (senjata berupa alat pelontar batu) dan “thank”. Thank ini berbentuk seperti rumah
kura-kura yang besar. Para prajurit maju dan dengan sengaja berlindung di
bawahnya untuk mengebor dinding. Namun musuh yang cerdik menuangkan besi panas
hingga “thank” itu terbakar.
Pertempuran keras merebut benteng tidak berhasil.
Rasulullah ﷺ memakai cara lain. Beliau memerintahkan agar kebun kurma dan
anggur Thaif yang terkenal itu dibakar dan ditebang. Namun, karena pihak musuh
memohon agar beliau tidak melakukan itu. Rasulullah ﷺ pun membatalkan
perintahnya.
Beliau juga berkata kepada musuh, “Siapa pun yang
turun dari benteng dan datang ke sini maka dia bebas.”
Maka 20 orang pun turun dan bergabung dengan pasukan
muslimin. Dari merekalah Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa musuh mempunyai
persediaan makanan yang cukup untuk bertempur berbulan-bulan. Karena itu beliau
memutuskan untuk menarik mundur pasukannya.
Salah seorang sahabat berkata, “Ya Rasulullah
berdoalah bagi kemalangan orang-orang Bani Tsaqif di Thoif.”
Namun Rasulullah ﷺ yang bijak dan penyayang malah
berdoa, “Ya Allah berikanlah petunjuk kepada penduduk Tsaqif dan berkahilah
mereka.”
Karena pengepungan akan berlangsung lama, Naufal bin
Muawiyah memberi saran kepada Rasulullah ﷺ, “Wahai Rasulullah, mereka itu
seperti serigala di dalam lubangnya. Apabila engkau terus menungguinya tentu
akhirnya engkau dapat mengambilnya. Namun ia pun tidak seberapa berbahaya jika
engkau tinggalkan.”
Mengembalikan
Tawanan Thaif
Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya meninggalkan kota
Thaif. Di Ji’rona, mereka berhenti untuk membagikan harta rampasan dan para
tawanan perang. Di antara para tawanan ada seorang wanita tua yang berkata
kepada para sahabat,
“Kamu tahu bahwa aku masih saudara sesusuan dengan
pemimpin kamu itu?”
Setengah tidak percaya mereka membawa wanita itu ke
hadapan Rasulullah ﷺ. Ternyata Rasulullah ﷺ segera mengenalinya walau pun sudah
begitu lama tidak bertemu dengan wanita itu. Dia adalah Syaimah binti Al
Harist, Putri Halimah as-Sa'diyah, ibu susuan Rasulullah ﷺ.
Rasulullah segera menghamparkan jubahnya, dan
mempersilahkan Syaimah duduk di situ. Ketika beliau bertanya apakah dia ingin
tinggal bersama beliau, Syaimah lebih memilih pulang kembali ke kabilahnya.
Maka Rasulullah ﷺ pun membebaskan Syaimah.
Setelah itu datanglah para utusan dari Bani Hawazin.
Mereka meminta agar Rasulullah ﷺ memulangkan harta, wanita, dan anak-anak yang
tertawan.
“Rasulullah, di antara para tawanan itu terdapat juga
bibi-bibimu dari pihak ayah dan ibu-ibu yang dulu pernah memeliharamu. Jika
sekiranya kami menyusui Haris bin Abi Syimr atau Nu'man bin Al Mundzir,
kemudian ia datang melihat keadaan kami seperti yang kami alami sekarang ini,
tentu kami manfaatkan dan kami mintai belas kasihnya. Konon pula engkau yang
sudah mendapat pengasuhan yang terbaik....”
Para utusan ini mengingatkan bahwa ketika kecil dulu,
Rasulullah ﷺ pernah dirawat di lingkungan mereka. Hati Rasulullah ﷺ yang
penyayang amat terharu mendengarnya. Tahu berterimakasih dan mengingat budi
orang lain sudah menjadi bawaan sifat Rasulullah ﷺ.
Beliau pun bertannya, “Anak-anak dan istri-istri kamu
ataukah harta kamu yang lebih kamu sukai.”
“Rasulullah kami disuruh memilih antara harta dan
sanak keluarga kami? Mengembalikan istri-istri dan anak-anak kami tentu lebih
kami sukai.”
Di hadapan pasukannya, Rasulullah ﷺ mengumumkan bahwa
beliau dan keluarganya melepaskan anak-anak dan kaum wanita Hawazin.
Melihat itu, serentak para sahabat pun segera
melepaskan para tawanan dengan berkata, “Apa yang ada pada kami, kami serahkan
kepada Rasulullah.”
Rasulullah ﷺ akhirnya menaklukkan Tha'if dengan cara sederhana. Beliau menawarkan kepada Malik bin Auf untuk masuk Islam dan seluruh keluarga, serta hartanya akan dikembalikan, ditambah 100 ekor unta. Akhirnya pemimpin pasukan musuh di Perang Hunain itu memeluk Islam diikuti kaumnya. (bersambung)
-----
Kisah sebelumnya: