-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 19 September 2022
OPINI
Jangan
Belokkan Jalan Sejarah G30S/PKI (2):
PKI
Ingin Hancurkan NKRI dan Jadikan Indonesia Negara Komunis
Oleh:
Achmad Ramli
Dari peristiwa G30S/PKI yang berakibat munculnya berbagai pergerakan mahasiswa melalui Tri Tuntutan Rakyat (Tritura), lahir istilah mahasiswa yang berideologi kiri, dan mahasiswa yang beridiologi kanan sebagai dua kekuatan yang saling bertolak belakang (kontradiktif) dalam menyikapi G30S.
Di satu sisi, ada
mahasiswa (berhaluan ideologi kiri) yang beranggapan bahwa PKI bukanlah dalang
di balik gerakan tersebut, karena tidak ada bukti kuat yang mendukungnya.
Sementara mahasiswa
(berhaluan ideologi kanan) menganggap G30S didalangi oleh Partai Komunis
Indonesi (PKI) karena selama ini, kubu PKI yang selalu menyebarkan fitnah
(hoax) yang bersifat mengadu domba.
Hoax yang disebarkan
untuk mengadu domba antara Presiden Soekarno dengan TNI Angkatan Darat, bahwa
di dalam tubuh Angkatan Darat dicurigai adanya “Dewan Jenderal yang ingin
melakukan kudeta untuk menjatuhkan Presiden Soekarno.”
Dengan alasan tuduhan
(hoax) tersebut, PKI menggerakkan anggota dan simpatisannya yang ada di jajaran
TNI, khususnya pasukan Cakrabiwa (Pasukan Pengawal Presiden) untuk melakukan
penculikan dan pembunuhan terhadap para Jenderal Angkatan Darat (Dewan
Jenderal), yang dibunuh secara sadis dan dikuburkan dalam satu sumur tua
(Lubang Buaya).
Dalam tragedi itu, tujuh
perwira TNI AD yang kemudian disebut sebagai Pahlawan Revolusi gugur akibat
hoax tersebut.
Dalam buku Mata Pelajaran:
IPS/Sejarah, Kelas XII, materi BAB 2 – (Perjuangan Melawan Ancaman
Pemberontakan), tercatat sejarah bangsa bahwa pemberontakan PKI 1948 merupakan
upaya disintegrasi bangsa yang dilatarbelakangi oleh adanya ideologi komunis.
Pemberontakan PKI di
Madium meletus pada 18 September 1948, yang berpusat di wilayah sekitar Madium,
Jawa Timur. Selain di Madium, PKI juga mengumumkan hal yang sama di Pati, Jawa
Tengah. Pemberontakan ini didalangi oleh PKI dan Front Demokrasi Rakyat (FDR)
yang berideologi komunis.
Aksi pemberontakan ini
merupakan reaksi terhadap hasil perjanjian Renville yang dianggap merugikan
Indonesia, karena perjanjian ini membuat dikuasainya banyak wilayah oleh
Belanda.
Selain itu, PKI juga
menolak kebijakan rasionalisasi jumlah prajurit TNI, karena dapat berdampak
pada berkurangnya kader PKI di tubuh TNI. Pemberontakan ini berhasil merebut
kendali atas Madium. Salah satu korban PKI di Madium adalah Gubernur Jawa Timur,
RM Suryo, dan dokter pejuang kemerdekaan, yaitu dr. Mawardi.
Pemberontakan PKI di
Madium berhasil dilumpuhkan dengan mengerahkan pasukan dari Divisi Siliwangi
yang dipimpin oleh Jenderal Abdul Haris Nasution dan Kolonel Sungkono sebagai
Gubernur Militer. Pasukan ini berhasil mengepung pemberontakan PKI yang
dipimpin oleh Amir Syarifuddin dan Muso, dan berhasil memadamkan pemberontakan
dalam waktu yang cepat.
Sejarah
G30S/PKI
Peristiwa G30S/PKI
terjadi pada tahun 1965 dan dimotori oleh Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit,
pemimpin terakhir PKI. Di bawah kendali DN Aidit, perkembangan PKI semakin
nyata walaupun diperoleh melalui sistem parlementer.
Menurut Arnold C.
Brackman, DN Aidit mendukung konsep Khrushchev, yakni “If everything depends on
the communist, we would follow the peaceful way (bila segalanya bergantung pada
komunis, kita harus mengikuti dengan cara perdamaian).”
Pandangan itu disebut
bertentangan dengan Konsep Mao Ze Dong dan Stalin yang secara terbuka
menyatakan bahwa komunisme dikembangkan hanya dengan melalui perang.
G30S/PKI terjadi pada
malam hingga dini hari, tepat pada akhir tanggal 30 September dan masuk 01
Oktober 1965. Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI mengincar perwira
tinggi TNI AD Indonesia.
Tiga dari enam orang yang
menjadi target, langsung dibunuh di kediamannya, sedangkan lainnya diculik dan
dibawa menuju Lubang Buaya.
Keenam perwira tinggi
yang menjadi korban G30S/PKI, yaitu Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor
Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal
Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan, dan Brigadir
Jenderal Sutoyo Siswomiharjo. (Dikutip dari buku Api Sejarah 2 oleh Ahmad
Mansur Suryanegara).
Tujuan
G30S/PKI
Tujuan utama G30S/PKI
adalah menggulingkan pemerintahan era Soekarno dan mengganti negara Indonesia
menjadi negara komunis. Seperti diketahui, PKI disebut memiliki lebih dari tiga
juta anggota dan membuatnya menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia,
setelah RRC dan Uni Soviet.
Selain itu, dikutip dari
buku Sejarah untuk SMK Kelas IX oleh Prawoto, beberapa tujuan G30S/PKI adalah
sebagai berikut. Pertama, menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) dan menjadikannya sebagai negara komunis.
Kedua, menyingkirkan TNI
Angkatan Darat dan merebut kekuasaan pemerintahan. Ketiga, mewujudkan cita-cita
PKI, yakni menjadikan ideologi komunis dalam membentuk sistem pemerintahan yang
digunakan sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat komunis.
Keempat, mengganti
ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis, dan kelima, kudeta yang dilakukan
kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian kegiatan komunisme
internasional. (bersambung)
-----
Penulis, Drs Achmad Ramli
SH MH, adalah Ketua Bidang Advokasi & Perlindungan Hukum APSI Pusat, Ketua
APSI Provinsi Sulsel Periode 2017-2022, Alumni Fakultas Hukum 92 UMI Makassar.
-----
Artikel bagian 3:
Artikel bagian 1: