-----
PEDOMAN KARYA
Selasa, 08 November 2022
Obrolan Daeng Tompo’ dan
Daeng Nappa’:
Bangga dengan Ijazah dan
Gelar, tapi Diperoleh Secara Instan
“Ternyata ada tong orang
yang bangga dengan ijazah dan gelar akademik,” kata Daeng Nappa’ kepada Daeng
Tompo’ saat ngopi pagi di warkop terminal.
“Saya juga bangga. Kan
tidak mudah mendapatkan ijazah dan gelar akademik, apalagi kalau kita berhasil
mendapat ijazah dan gelar doktor,” kata Daeng Tompo’.
“Di situmi masalahnya,”
kata Daeng Nappa’.
“Maksudnya?” tanya Daeng
Tompo’ heran.
“Masalahnya, mereka
bangga dengan ijazah dan gelar akademik, tapi diperoleh secara instan,” ujar
Daeng Nappa’.
“Maksudnya, dia
memperoleh ijazah dan gelar akademik tanpa melalui proses perkuliahan?” tanya
Daeng Tompo’.
“Betul. Ada yang hanya
namanya yang kuliah, namanya terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana, tapi
tidak kuliah, hanya datang ke kampus kalau ujian, sekadar memenuhi syarat
administrasi dan kemudian diwisuda sebagai magister,” tutur Daeng Nappa’.
“Oh begitu,” ujar Daeng
Tompo’.
“Ada juga pejabat yang
mendapat gelar doktor honoris causa dari perguruan tinggi di luar negeri,
padahal tidak jelas apa prestasinya dan dia tidak bisa juga bercakap dalam Bahasa
Inggris,” papar Daeng Nappa’.
“Oh begitu,” kata Daeng
Tompo’.
“Kalau prestasinya jelas,
pemikiran dan ide-idenya jelas, dan disenangi oleh masyarakat, bolehlah dapat
gelar doktor honoris causa, tapi kalau tidak adaji apa-apanya, sebenarnya bikin
maluji terima gelar doktor HC,” kata Daeng Nappa’.
“Yah, begitulah. Sekarang
ini memang banyak pejabat publik yang senang bikin pencitraan, tapi
sesungguhnya itu pencitraan palsu,” timpal Daeng Tompo’.
“Betul, pencitraan palsu.
Itu kata kuncinya,” kata Daeng Nappa'.
“Mana kunci motor ta’
padeng, ayo’mi kita pergi,” kata Daeng Tompo’ sambil tersenyum. (asnawin)
Selasa, 08 November 2022
-----
Obrolan sebelumnya: