------
PEDOMAN KARYA
Jumat, 10 Juli 2015
Media
Massa, Karya, dan Prestasi
Media massa pertama dan
tertua di dunia adalah media cetak. Awalnya, media massa hanya berupa
lembaran-lembaran yang berisi iklan harga barang-barang dagangan, lalu kemudian
diisi berita, dan akhirnya berkembang seperti sekarang.
Ide awal pembuatan
media massa sebenarnya berasal dari para pedagang dan pengusaha. Mereka
membutuhkan media cetak (semacam brosur) yang berisi berbagai jenis barang
dagangan, lengkap dengan harga-harganya masing-masing, untuk dibagi-bagikan
kepada khalayak.
Media cetak yang masih
sangat sederhana dan hanya berupa lembaran-lembaran tersebut dibagi-bagikan di
pasar atau di tempat-tempat keramaian.
Lama kelamaan, khalayak
merasa tidak cukup kalau media cetak tersebut hanya berisi daftar barang
dagangan bersama harga-harganya.
Khalayak merasa media
cetak tersebut perlu juga diisi dengan beragam informasi, baik berupa profil
perusahaan atau profil para pedagang dan pengusaha, maupun perkembangan dan
kejadian yang terjadi di sekitar mereka.
Berdasarkan permintaan
khalayak itulah, para pedagang dan pengusaha kemudian memasukkan informasi
tambahan dalam media cetak.
Para pedagang dan
pengusaha tersebut menyewa orang untuk menulis informasi tentang profil mereka,
serta informasi tentang kejadian yang terjadi sehari-hari di sekitar lingkungan
mereka.
Dari situlah kemudian
muncul penulis-penulis yang dikenal dengan sebutan wartawan atau jurnalis.
Para wartawan atau
jurnalis inilah yang kemudian mengembangkan penyajian informasi dalam bentuk
berita, gambar, dan artikel.
Perkembangan
selanjutnya, berita, gambar, dan artikel yang disajikan, dipilah-pilah
berdasarkan bidang kehidupan, politik, dan pemerintahan. Maka muncullah beragam
rubrik seperti rubrik politik, pemerintahan, hukum, ekonomi, olahraga, hiburan,
dan sebagainya.
Berkembangnya
tekonologi informasi dan komunikasi, kemudian memunculkan radio siaran,
televisi, dan belakangan media massa online (internet).
Maka, masyarakat dunia
kemudian memiliki banyak pilihan untuk mendapatkan informasi, mulai dari media
cetak seperti koran, tabloid, dan majalah, hingga media massa radio, televisi,
dan media massa online (internet).
Banyaknya pilihan
tersebut memaksa para pengelola media untuk melakukan berbagai perubahan,
terobosan, dan kreasi, agar khalayak tetap melirik mereka. Sayangnya, banyak
media massa yang terlalu mementingkan unsur bisnis ketimbang fungsi dan tugas
yang harus dijalankan.
Mereka lebih
mengutamakan memenuhi keinginan khalayak (pembaca, pendengar, pemirsa) dan
cenderung menomor-duakan atau bahkan menomor-sekiankan fungsi dan peran yang
harus dijalankan.
Ada empat fungsi pers
yang harus dijalankan media massa (termasuk wartawan), yaitu memberikan
informasi (yang benar), mendidik, menghibur, dan melakukan kontrol sosial.
Fungsi memberi
informasi (terutama berita-berita negatif) dan fungsi menghibur umumnya sangat
menonjol di televisi, dan cenderung mengabaikan fungsi mendidik.
Media massa juga jarang
mengangkat berita-berita atau informasi tentang karya-karya dan prestasi
perseorangan maupun karya-karya dan prestasi kelompok, lembaga, organisasi, dan
instansi.
Berita-berita
Positif
Apakah benar
berita-berita positif kurang menarik? Apakah informasi tentang karya-karya dan
prestasi tidak dilirik?
Sebenarnya
berita-berita positif sangat menarik, apalagi jika menyangkut karya-karya dan
prestasi.
Kalau ada pengelola
media massa yang menganggap berita-berita positif kurang menarik, maka
sesungguhnya mereka hanya kurang percaya diri atau tidak tahu cara mengemas
berita-berita tersebut agar menjadi menarik.
Cukup banyak orang,
kelompok orang, organisasi, lembaga, perusahaan, dan instansi yang menghasilkan
karya-karya positif di sekitar kita. Cukup banyak orang, kelompok orang,
organisasi, lembaga, perusahaan, dan instansi yang berprestasi di sekitar kita.
Sayangnya, tidak banyak
media massa yang melirik mereka. Tidak banyak media massa yang memberikan ruang
bagi mereka. Padahal, mereka dapat memberikan inspirasi dan motivasi bagi
banyak orang, khususnya generasi muda.
Kondisi itulah yang
mendorong kami menerbitkan majalah “Pedoman Karya.”
Dengan mengusung
tagline “Karya dan Prestasi”, majalah Pedoman Karya siap memberikan ruang bagi
mereka yang menghasilkan karya-karya positif dan bagi mereka yang berprestasi.
***