KEPERCAYAAN PENUH. Salah satu yang pelajaran penting yang dipetik oleh Prof Arismunandar dari sosok Prof Idris Arief yaitu kebiasaannya memberikan kepercayaan penuh kepada bawahannya untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawab. Idris Arief tidak ragu apabila sudah memberikan kepercayaan kepada orang.
-------------
PEDOMAN KARYA
Ahad, 09 Agustus 2015
Selalu Memberi Kepercayaan Penuh
(Kenangan Prof Arismunandar tentang almarhum Prof Idris Arief)
Pengantar:
Dua tahun lalu, tepatnya 22 Juni 2013, Sulawesi Selatan kehilangan salah seorang tokohnya, yakni Prof Dr Idris Arief MS. Tokoh pendidikan dan pakar ekonomi (kerakyatan) kelahiran Sinjai 1 Februari 1942, pernah menjabat dua periode (1999-2003, 2003-2008) sebagai Rektor Univesitas Negeri Makassar (UNM).
Sebelum menjabat rektor, suami dari Prof Rabihatun (Guru Besar Sejarah Universitas Negeri Makassar) pernah menjabat Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) UNM (1982-1988), kemudian Pembantu Rektor II UNM selama dua periode (1991-1999).
Prestasinya yang cukup lama menjadi pejabat di UNM (dulu bernama Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan/IKIP Makassar), juga dibarengi dengan karya dan prestasinya mendirikan dan membesarkan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar (STIEM) Bongaya.
Perguruan tinggi yang terletak di Jalan Mappaoddang Makassar, kini membina lebih dari 4.000 mahasiswa dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan dan dari berbagai provinsi di Indonesia.
Selain mengajar, memimpin perguruan tinggi negeri (PTN), dan mengelola perguruan tinggi swasta (PTS), serta sering tampil sebagai pembicara pada berbagai forum seminar, lokakarya, dan sebagainya, Idris Arief juga cukup sering menulis di berbagai media massa.
Guna mengenang dua tahun “kepergiannya”, kami mewawancarai tiga orang yang sangat dekat dengan beliau, yakni isterinya Prof Rabihatun, Rektor UNM Prof Arismunandar, dan mantan Pembantu Rektor UNM Prof Basri Wello.
***
Ketika menjabat sebagai Rektor UNM, Prof Idris Arief banyak mengorbitkan dosen-dosen muda berprestasi untuk menduduki posisi tertentu. Salah satu yang diorbitkan adalah Prof Arismunandar.
Guru Besar Ilmu Pendidikan ini pertama-tama ditempatkan sebagai Sekretaris Lembaga Penelitian, lalu diangkat sebagai Wakil Rektor II (dulu disebut Pembantu Rektor II).
Prof Arismunandar-lah yang kemudian menggantikan Prof Idris Arief sebagai Rektor UNM. Lelaki asal Sinjai ini bahkan dua periode menjabat rektor, sama persis dengan apa yang dilalui Prof Idris Arief.
Sebagai orang yang pernah mendampingi dan membantu sebagai Wakil Rektor, Prof Arismundar tentu saja memiliki banyak kesan dan pengalaman bersama Prof Idris Arief.
“Banyak sekali kenangan bersama beliau,” ungkap Arismunandar kepada “Pedoman Karya”, di ruang kerjanya, Selasa, 23 Juni 2015.
Arismunandar mengenal Prof Idris Arief sejak masih kuliah sebagai mahasiswa IKIP Makassar (sekarang UNM). Selain mengenalnya sebagai dosen UNM, dia juga mengenal Prof Idris sebagai tokoh masyarakat Sinjai.
“Kami mahasiswa asal Sinjai yang tergabung dalam HIPPMAS (Himpunan Pemuda, Pelajar, dan Mahasiswa Sinjai) tentu saja mengenal beliau, karena beliau kebetulan tokoh masyarakat Sinjai dan cukup lama dipercaya sebagai Ketua HIMAS (Himpunan Masyarakat Sinjai),” ungkap Aris–sapaan akrab Arismunandar.
Setelah menyelesaikan kuliahnya, Arismunandar terangkat menjadi dosen UNM, tetapi kedekatannya dengan Prof Idris Arief sama dengan dosen-dosen yang lain.
“Biasa-biasa saja. Setelah saya menyelesaikan kuliah S3 (doktor), barulah beliau banyak meminta bantuan saya, antara lain saya diberi tugas menjadi Anggota Panwas Pemilu Provinsi Sulawesi Selatan,” katanya.
Pengkaderan Tidak Langsung
Selain itu, dirinya juga sering dilibatkan dalam berbagai kegiatan pengembangan, penelitian, dan sebagainya, kemudian diangkat menjadi Sekretaris Lembaga Penelitian UNM.
Waktu itu, kata Aris, dirinya belum sadar bahwa Prof Idris Arief (ketika itu masih menjabat Wakil Rektor II) sebenarnya sudah mengkader dan menyiapkannya untuk jenjang karier lebih tinggi.
Arismunandar ketika itu memang cukup sibuk, karena terlibat dalam kegiatan eksternal bertaraf internasional, yakni sebagai konsultan ADB (Asian Development Bank). Karena keterlibatannya tersebut, dia sering bolak-balik Makassar-Kendari dan juga sering ke Kalimantan.
“Mungkin beliau (Prof Idris Arief) tahu, karena saya sering dicari dan kebetulan tidak sedang di kampus. Suatu hari, beliau telpon saya dan bilang, sudahlah, berhenti saja (mengurus ADB), tapi saya bilang mau cari pengalaman, karena ini adalah lembaga internasional,” ujarnya.
Ketika kontraknya hendak diperpanjang dan ditawarkan honor lebih tinggi (Rp7,5 juta per bulan, di luar berbagai fasilitas) oleh ADB, Prof Idris Arief kembali memintanya kembali ke kampus.
“Beliau bilang kamu berhenti saja. Kalau uang yang kamu cari, uang itu pasti akan habis juga. Akhirnya saya mundur total. Saya berhenti, padahal saya ditawari (oleh ADB) proyek baru berdurasi dua tahun dengan honor lebih tinggi. Saya pulang ke Makassar dan fokus di kampus,” tutur Aris.
Mula-mula dirinya diberi tugas sebagai Sekretaris Lembaga Penelitian (Lemlit) UNM dan juga dilibatkan dalam berbagai kegiatan.
Jadi Wakil Rektor
Ketika Prof Idris Arief terpilih sebagai rektor, dirinya sempat dipanggil dan ditanyai apakah bersedia menjadi Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, tetapi tawaran tersebut ditolak karena Arismunandar merasa masih terlalu muda.
Saat Prof Idris Arief terpilih kembali jadi rektor untuk periode kedua, Arismundar lagi-lagi ditawari jabatan Wakil Rektor, tetapi kali ini dirinya ditawari jabatan Wakil Rektor II Bidang Administrasi Keuangan.
“Waktu itu, saya masih bertanya, kenapa saya, karena saya tahu Bidang Administrasi Keuangan itu berat, tetapi beliau bilang sudah mempertimbangkan dan yakin saya bisa melaksanakan tugas. Karena diyakinkan seperti itu, akhirnya saya menerima amanah tersebut,” paparnya.
Jadi Rektor
Selama jadi Wakil Rektor II, Arismunandar banyak belajar dalam bidang administrasi dan kepemimpinan. Bermodalkan pengalaman dan pelajaran tersebut, ditambah dengan banyaknya dukungan kepadanya, akhirnya dirinya memberanikan diri maju sebagai calon Rektor UNM menggantikan Prof Idris Arief.
Dalam pemilihan, dirinya ternyata mendapatkan dukungan suara terbanyak dan akhirnya terpilih sebagai Rektor UNM periode 2008-2012.
Konsultasi ke Prof Idris
Setelah menjabat rektor, Prof Arismunandar tetap selalu melakukan konsultasi kepada Prof Idris Arief, mulai masalah pembangunan sampai kepada soal-soal kebijakan bila menghadapi situasi tertentu.
“Ketika genap satu tahun saya menjabat rektor, saya kembali bertanya kepada beliau. Saya minta dievaluasi dan saya bilang tegur saya kalau ada yang salah, tetapi beliau bilang tidak ada yang salah, semua sudah bagus,” ungkapnya.
Jawaban tersebut tidak memuaskan Arismunandar, bahkan membuat dirinya penasaran.
Setelah merenungkan jawaban tersebut, dirinya pun mengambil kesimpulan bahwa Prof Idris Arief tidak menegurnya karena ingin memberinya motivasi dan cara tersebut jauh lebih bermanfaat dibandingkan teguran langsung.
Kepercayaan Penuh
Salah satu yang pelajaran penting yang dipetik oleh Prof Arismunandar dari sosok Prof Idris Arief yaitu kebiasaannya memberikan kepercayaan penuh kepada bawahannya untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawab.
“Kepercayaan beliau kepada orang atau bawahannya kuat sekali. Beliau tidak ragu apabila sudah memberikan kepercayaan kepada orang,” katanya. (asnawin)
---------
@copyright Majalah PEDOMAN KARYA, Edisi 1, Vol. I, Juli 2015