GEDUNG PWI. Raja bermimpi melihat Gedung PWI dipindahkan oleh seseorang. Berdasarkan mimpi itu, ia pun mengadakan sayembara. Raja mengatakan akan memberikan uang logam emas sebanyak satu karung, kalau ada yang bisa memikul Gedung PWI ke samping Istana Kerajaan. Tentu saja tidak ada seorang pun yang mengaku sanggup memikulnya, tetapi Abunawas menyatakan kesanggupannya. (Foto: Asnawin Aminuddin)
-------------
PEDOMAN KARYA
29 November 2015
Anekdot:
Abunawas dan
Gedung PWI
Abunawas merasa kasihan kepada isteri
dan anak-anaknya, karena mereka butuh uang dan Abunawas sama sekali tidak punya
uang. Kebetulan hari itu hari Jumat. Meskipun tidak punya uang, Abunawas tetap
tenang.
Kepada isteri dan anak-anaknya, Abunawas
meminta agar mereka tenang, sabar, dan berdoa, agar hari itu mereka mendapat
rezeki. Setelah berdoa bersama, Abunawas pun melangkahkan kaki ke masjid untuk
shalat Jumat.
Abunawas memilih shalat Jumat di Masjid
Wartawan PWI yang cukup megah dan berada di samping Gedung PWI. Cukup banyak
jamaah yang hadir. Jumlahnya sekitar tiga ratus orang.
Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 12.00, tiba-tiba seseorang berdiri di mimbar. Melihat orang tersebut, semua
orang kaget, karena ternyata ia adalah Raja Harun Al-Rasyid.
Setelah memberi salam, raja meminta agar
setelah shalat Jumat, tidak ada jamaah yang pulang, karena ada pengumuman yang
akan ia sampaikan. Mendengar penyampaian itu, semua jamaah jadi heran, saling
bertanya, dan penasaran menunggu pengumuman apa gerangan yang akan disampaikan
oleh raja.
Sesuai janjinya, raja kemudian
mengumumkan bahwa dirinya bermimpi melihat Gedung PWI dipindahkan oleh
seseorang. Berdasarkan mimpi itu, ia pun mengadakan sayembara.
"Saya akan memberikan uang logam
emas sebanyak satu karung, kalau ada di antara jamaah yang bisa memikul Gedung
PWI ke samping Istana Kerajaan," kata Raja Harun Al-Rasyid.
Mendengar sayembara itu, semua jamaah
heran dan menganggap raja sudah gila, karena tidak mungkin Gedung PWI bisa
dipindahkan.
"Saya ulang sekali lagi, saya akan
memberikan uang logam emas sebanyak satu karung, kalau ada di antara jamaah
yang bisa memikul Gedung PWI ke samping Istana Kerajaan," tandasnya.
Raja kemudian menanyai jamaah satu per
satu, tetapi tidak ada satu pun yang mengaku sanggup. Semua menggeleng dan
memohon ampun kepada raja.
Raja kemudian melihat ke arah Abunawas
dan kemudian mengajukan pertanyaan yang sama.
"Ampun Yang Mulia Raja. Kalau raja
yang meminta, saya akan pikul Gedung PWI ke samping Istana Kerajaan," ujar
Abunawas.
Semua orang kaget dan menganggap
Abunawas sudah gila, tetapi raja justru tersenyum mendengar kesanggupan
Abunawas.
"Tetapi ingat Abunawas. Kalau kamu
tak sanggup, maka kamu akan saya pancung," kata raja.
"Ampun Yang Mulia Raja. Kalau itu
titah raja, saya siap dipancung, tetapi mohon ampun Yang Mulia Raja, ada satu
syarat yang saya minta," kata Abunawas.
"Apa itu? Cepat katakan!"
tanya raja.
"Saya minta tidak ada seorang pun
jamaah yang boleh pulang dan raja harus menyediakan makan siang saat ini
juga," kata Abunawas.
"Baik kalau itu permintaanmu,"
kata raja kemudian memerintahkan juru masak kerajaan untuk menyiapkan makan
siang bagi seluruh jamaah yang berjumlah sekitar tiga ratus orang.
Saat menunggu makanan, semua orang
berbisik-bisik dan menganggap Abunawas sudah gila. Mereka pun kasihan kepada
Abunawas, karena sebentar lagi raja pasti akan memancungnya.
Ketika makanan sudah siap, semua jamaah
pun dipersilakan makan. Mereka makan dengan lahap, karena menu yang disajikan juga
sangat istimewa.
Setelah semua orang sudah makan, raja
memanggil Abunawas dan kemudian menagih janjinya memikul Gedung PWI ke samping
Istana Kerajaan.
Abunawas kemudian maju ke depan Gedung
PWI dengan menyingsingkan lengan baju gamisnya, dan juga menggulung celana
panjangnya setinggi lutut.
"Sekarang saya minta kepada semua
jamaah untuk mengangkat Gedung PWI ke atas pundak saya, nanti saya yang
memikulnya sendirian ke samping Istana Kerajaan," kata Abunawas.
Mendengar permintaan itu, tak ada
seorang pun yang bergerak. Mereka semua menggeleng dan mengatakan tidak mungkin
Gedung PWI yang cukup besar dan berlantai dua itu diangkat ke pundak Abunawas.
"Sekali lagi saya minta kepada
semua jamaah untuk mengangkat Gedung PWI ke pundak saya. Bukankah kita semua
sudah kuat, karena sudah makan makanan yang lezat sampai kenyang," kata
Abunawas.
Meskipun sudah mengulang permintaannya,
tetap tak ada seorang pun bergerak, karena mereka beranggapan tidak mungkin
Gedung PWI diangkat ke atas pundak Abunawas.
"Ampun Yang Mulia Raja. Bukan salah
saya kalau Gedung PWI tidak jadi dipindahkan ke samping Istana Kerajaan. Saya
sudah mau memikulnya, tetapi jamaah yang jumlahnya sekitar tiga ratus orang
ini, tidak mau membantu saya," katanya.
Raja Harun Al-Rasyid tak mampu menahah
tawanya. Ia sangat gembira melihat kecerdasan Abunawas. Ia pun langsung
mendatangi dan memeluk Abunawas.
"Pengawal, ambilkan sekarung uang
logam emas dan berikan kepada saudaraku ini," katanya sambil menjabat
tangan Abunawas. (Ditulis ulang dan dikreasi oleh Asnawin Aminuddin)