TUGU Perahu phinisi di Taman Bundaran Kota Bulukumba, tampak patah di bagian buritan saat diabadikan Ahad siang, 22 November 2015. Jika taman bundaran kota tersebut ditata dengan baik, tugu perahunya diperbaiki, dipercantik, bunga-bunganya diatur dan dirawat dengan baik, maka semua orang akan senang melihatnya, senang berada di sana, dan juga dengan senang hati bercerita kepada dunia, tentang keindahan Taman Bundaran Kota Bulukumba. (Foto: Asnawin Aminuddin)
-------------
Senin, 23 November 2015
Bupati Bulukumba
Lengser, Perahu Phinisi Patah
Salah satu ikon Kabupaten Bulukumba
adalah perahu phinisi. Maka tak heran kalau banyak ditemukan tugu perahu
phinisi, gambar perahu phinisi pada baliho dan spanduk, serta berbagai pernak-pernik
perahu phinisi di Bulukumba.
Ikon tersebut bahkan dibuat dalam bentuk
tugu perahu phinisi berukuran sedang di Taman Bundaran Kota yang terletak di
jantung ibukota Kabupaten Bulukumba, tak jauh dari Kantor Bupati Bulukumba dan
juga tak jauh dari Lapangan Pemuda Bulukumba.
Taman Bundaran Kota Bulukumba itu kini
bahkan telah menjelma menjadi tempat rekreasi, tempat bermain, dan tempat
melakukan berbagai kegiatan, baik kegiatan yang bermanfaat maupun kegiatan yang
tidak bermanfaat, bahkan sangat mengganggu dan merugikan, seperti pesta kembang
api pada malam takbiran.
Seharusnya Taman Bundaran Kota itu dijaga keindahannya, dibuat seindah dan serapi mungkin dengan berbagai tanaman bunga yang cantik, termasuk menjaga keindahan tugu perahu phinisi yang ada di tengah-tengah dan di tempat yang paling tinggi.
Sayangnya, keindahan itu sedikit terganggu dengan patahnya tugu perahu phinisi sejak beberapa waktu lalu. Perahu tersebut patah pada bagian buritan, justru menjelang lengsernya Zainuddin Hasan sebagai Bupati Bulukumba (pada 9 November 2015).
Tugu perahu phinisi dan Taman Bundaran Kota tersebut memang tidak terlalu penting dalam pembangunan Kabupaten Bulukumba, tetapi menjadi sangat penting diperhatikan karena ini menyangkut ikon kabupaten berjuluk “Butta panrita Lopi.”
Jika taman bundaran kota tersebut ditata dengan baik, tugu perahunya diperbaiki, dipercantik, bunga-bunganya diatur dan dirawat dengan baik, dan tidak dijadikan sebagai “warung makan” pada sore atau malam hari, maka pastilah semua orang akan senang melihatnya, senang berada di sana, dan juga dengan senang hati bercerita kepada orang lain dan kepada dunia, tentang keindahan Taman Bundaran Kota Bulukumba.
Soal Zainuddin Hasan yang sudah lengser dari jabatannya sebagai Bupati Bulukumba periode 2010-2015, tidak perlu dan juga tidak penting dikaitkan dengan Taman Bundaran Kota Bulukumba, karena beliau sudah melakukan banyak hal untuk membangun Bulukumba, termasuk membuka objek wisata baru di Kecamatan Bontotiro, mempercantik Lapangan Pemuda Bulukumba, serta merampungkan pembangunan Masjid Islamic Centre Dato Tiro.
Masjid Islamic Centre Dato Tiro yang dirintis oleh Patabai Pabokori (Bupati Bulukumba periode 1995-2000, dan 2000-2005) dan selesai pembangunannya di tangan Zainuddin Hasan, kini telah menjelma menjadi ikon baru Kabupaten Bulukumba.
Setiap hari selalu ada orang yang berfoto di depan masjid tersebut, baik orang yang sedang melakukan perjalanan melewati kota Bulukumba, maupun masyarakat setempat.
Kita berharap, Bupati Bulukumba periode 2016-2021 akan lebih baik dibandingkan Zainuddin Hasan, agar pembangunan di “Butta Panrita Lopi” semakin maju dan berkembang. (asnawin)