KLENTENG Pang Gu Di Wang, di Dusun Suli, Desa Galesong Baru, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, ramai dikunjungi umat Khonghucu, Hindu, dan Buddha, Jumat, 27 November 2015. Mereka melakukan persembahyangan untuk menghormati sekaligus memeringati ulang tahun ke-103 Dewa Pang Ko Ong. (Foto: Asnawin Aminuddin)
------
Jumat,
27 November 2015
Ultah Dewa Pang Ko Ong Diperingati di Takalar
Takalar,
(PEDOMAN KARYA).
Seratusan umat Khonghucu, Hindu, dan Buddha, melakukan persembahyangan secara
bergiliran sejak pagi hingga siang hari guna menghormati sekaligus memeringati ulang tahun ke-103
Dewa Pang Ko Ong, di Klenteng Pan Gu Di Wang, Dusun Suli, Desa Galesong Baru,
Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar, Jumat, 27 November 2015.
Umat Khonghucu yang berjumlah sekitar 20
orang dan dipimpin langsung Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia
(Matakin) Sulsel, dr Fredy Sutono, melakukan persembahyangan sekitar pukul 13.30 Wita,
sedangkan umar Buddha dan umat Hindu berdatangan sejak pagi hingga siang hari.
“Mereka datang dari beberapa vihara dan
klenteng di Makassar. Mereka kesini untuk sembahyang dan berdoa,” kata Ketua
Pengurus Klenteng Pang Gu Di Wang, Herianto (35 tahun), kepada “Pedoman Karya.”
Heri-sapaan akrab Herianto-mengakui
bahwa acara ulang tahun Dewa Pang Ko Ong di Klenteng Pang Gu Di Wang merupakan acara ulang tahun paling ramai dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Mungkin karena saya juga mulai banyak
bergaul dengan keluarga dan saudara-saudara dari berbagai vihara dan klenteng
di Makassar. Beberapa hari lalu, saya juga diminta oleh Ketua Matakin Sulsel
untuk mewakili Takalar menghadiri sebuah acara forum kerukunan umat beragama yang
diadakan Kemenag Sulsel di Makassar,” ungkapnya.
Ketua Matakin Sulsel, Fredy membenarkan bahwa
kedatangannya bersama sekitar 20 umat Khonghucu selain untuk sembahyang dan
berdoa, juga memberi semangat kepada pengurus Klenteng Pang Gu Di Wang.
“Selain sembahyang dan berdoa, kita juga
menjalin hubungan baik sebagai sesama manusia umat beragama,” ujarnya.
Tiga Kali Pindah
Ketua Pengurus Klenteng Pang Gu Di Wang, Herianto, mengatakan, dirinya melanjutkan kepengurusan dari ayahnya, Hartono (yang akrab disapa Baba Guru), sejak 2009.
“Ayah saya meninggal di Tuban Jawa Timur pada pertengahan Agustus 2009 dan saya ditunjuk sebagai pewaris,” ungkap Heri yang anak bungsu dri sembilan bersaudara.
Menyinggung keberadaan klenteng yang dipimpinnya, suami dari Ernawati dan ayah dari tiga anak, mengatakan, Klenteng Pang Gu Di Wang dibangun untuk menghormati Dewa Pang Ko Ong.
“Klenteng ini pernah dipindahkan ke Makassar dan Sungguminasa (Gowa),” tutur Heri.
Sesuai surat yang dibuat Guru Hartono (ayah Heri), Archa Dewa Pang Ko Ong Galesong berasal dari Hokkian Canciu Tiongkok (China). Archa Dewa Pang Ko Ong masuk ke Indonesia pada 17 April 2912, tepatnya di Bontoala, Makassar.
Sesuai surat yang dibuat Guru Hartono (ayah Heri), Archa Dewa Pang Ko Ong Galesong berasal dari Hokkian Canciu Tiongkok (China). Archa Dewa Pang Ko Ong masuk ke Indonesia pada 17 April 2912, tepatnya di Bontoala, Makassar.
Dewa Pang Ko Ong dianut secara pribadi
sejak umur 16 tahun oleh Ho Kim Cui (orangtua Hartono). Setelah menikah, Hartono
pindah ke Galesong, Takalar, pada 28 Maret 1923, dan membawa serta Archa Dewa
Pang Ko Ong.
Pada tahun 1959 sampai dengan tahun 1960,
karena adanya PP X (kemungkinan yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor
10), Archa Dewa Pang Ko Ong Galesong pindah ke Makassar di Jalan Sungai Kelara,
No. 3.A.
Setelah itu pindah ke Sungguminasa pada
tanggal 16 Desember 1975. Cetya Dewa Pang Ko Ong Galesong kemudian terbentuk
pada 16 Desember 1975, tetapi barulah pada tahun 1978, Dewa Pang Ko Ong kembali
ke Galesong.
Ho Kim Cui wafat pada 10 Oktober Imlik
1979, kemudian Dewa Pang Ko Ong dilanjutkan pengelolaannya oleh Hartono sebagai
pewaris bersama anak dan cucu. Hartono adalah pemilik tunggal Archa Dewa Pang Ko
Ong Galesong.
"Sekarang saya yang mengurus klenteng ini sebagai pewaris," kata Heri. (win)
Tags
Aneka