Pernah suatu hari, Sultan
tiba-tiba merasa curiga kepada para menterinya. Ia heran karena para menterinya
tidak ada yang berani mengeritik dirinya. Ia tahu bahwa selama ini tidak semua
kebijakan atau keputusannya benar dan bermanfaat, tetapi tidak ada seorang pun
menteri yang memberi saran apalagi berani menentangnya.
--------
PEDOMAN
KARYA
Ahad,
20 Desember 2015
ANEKDOT:
Abunawas,
Sultan, dan Penjilat
Sultan Harun Al-Rasyid
sebenarnya tidak senang kepada Abunawas. Sultan sebenarnya benci Abunawas.
Namun, sultan pun tak bisa membohongi kata hatinya, bahwa ia pun selalu
merindukan Abunawas.
Sultan merindukan
Abunawas, karena hanya Abunawas-lah satu-satunya orang yang bisa menghiburnya
di kala susah, karena Abunawas-lah satu-satunya orang yang dapat memberikan
jalan keluar jika ada masalah pelik yang dihadapinya.
Pernah suatu hari, Sultan
tiba-tiba merasa curiga kepada para menterinya. Ia heran karena para menterinya
tidak ada yang berani mengeritik dirinya. Ia tahu bahwa selama ini tidak semua
kebijakan atau keputusannya benar dan bermanfaat, tetapi tidak ada seorang pun
menteri yang memberi saran apalagi berani menentangnya.
“Saya curiga mereka
tidak mau memberi masukan dan tidak berani menentang, karena takut atau
menginginkan sesuatu, tapi bagaimana caranya saya membuktikan?” gumam Sultan.
Ia berjalan
mondar-mandir di dalam istana, kemudian berjalan ke taman, dan memandang lurus
ke arah pegunungan. Melihat taman, pohon-pohon, dan pegunungan, Sultan merasa
agak tenang. Tak lama kemudian ia pun tersenyum.
Dengan tergesa-gesa ia
memanggil pengawal dan memerintahkan agar menjemput Abunawas ke istana
kerajaan. Pengawal segera melaksanakan perintah sultan dan tak lama kemudian
pengawal kembali bersama Abunawas.
“Abunawas, aku curiga
para menteriku tidak jujur. Mereka tak pernah memberi saran apalagi
menentangku, padahal tidak semua kebijakan atau keputusanku benar-benar bijak
atau benar,” kata Sultan.
Mendengar hal tersebut,
Abunawas hanya manggut-manggut sambil mengusap-usap janggutnya.
“Saya mau kamu membantu
membuktikan kecurigaan saya. Kalau kamu berhasil, maka kamu akan mendapatkan
hadiah satu kantong koin emas, tetapi kalau gagal, kamu akan saya masukkan ke
dalam penjara,” tandas Sultan.
Abunawas tersenyum dan
dengan tenang membungkukkan badannya sebagai tanda hormat kepada Sultan.
“Ampun Yang Mulia,
kalau begitu, hamba minta Yang Mulia besok mengadakan pertemuan dengan para
menteri dan meminjamkan baju kerajaan untuk saya pakai di hadapan mereka,” kata
Abunawas.
“Kurang ajar kamu
Abunawas! Apakah kamu mau menggantikanku menjadi Sultan?” tanya Sultan dengan
suara keras.
“Ampun Yang Mulia, saya
sama sekali tidak ada maksud menggantikan posisi yang Mulia sebagai Sultan.
Saya hanya ingin menjalankan siasat untuk membuka kebohongan para menteri Yang
Mulia. Bukankah Yang Mulia ingin membuktikan bahwa mereka tidak jujur dalam
bersikap?,” kata Abunawas.
“Lalu saya akan memakai
baju apa saat pertemuan besok?” tanya Sultan.
“Yang Mulia memakai
pakaian biasa saja, tetapi baju kerajaan akan saya buka kembali setelah
pertemuan selesai,” jawab Abunawas.
Meskipun kurang senang
dan penasaran, Sultan tetap menyetujui permintaan Abunawas.
Keesokan hatinya,
digelarlah pertemuan antara Sultan dengan para menteri di istana Kerajaan.
Suasana pertemuan sangat tidak nyaman, karena raja memakai baju biasa dan duduk
berdekatan dengan Abunawas yang memakai pakaian kerajaan yang biasa dikenakan
Sultan, sementara para menteri memakai pakaian bagus-bagus dan mahal.
Para menteri semakin
tidak senang, karena Abunawas memakai pakaian kerajaan tetapi tetap mengenakan
kopiahnya yang lusuh. Sultan juga heran dan jengkel, tetapi ia tak mampu
berbuat apa-apa.
Sultan kemudian
memecahkan suasana tidak nyaman tersebut dengan menyampaikan bahwa dirinya
sengaja mengundang Abunawas, karena ada sesuatu hal yang ingin disampaikan.
“Baiklah Abunawas,
silakan kemukakan apa yang hendak kami sampaikan,” kata Sultan.
“Ampun Yang Mulia dan
mohon maaf kepada para menteri sekalian. Saya sengaja memakai pakaian kerajaan,
karena saya ingin mengetahui bagaimana rasanya memakai baju raja. Setelah saya
pakai, ternyata memang beda, karena baunya harum dan terasa berwibawa,” kata
Abunawas.
Sultan dan para menteri
tampak kurang senang, tetapi mereka tetap penasaran dengan apa yang akan
disampaikan oleh Abunawas.
“Kopiah yang saya pakai
ini adalah pemberian almarhum ayah saya. Meskipun hampir tidak pernah terlepas
dari kepalaku, tetapi baunya sangat harum. Kalau para menteri sekalian ingin
mencium bau sorga, maka buka dan ciumlah kopiah saya,” kata Abunawas.
Sultan dan para menteri
tentu saja tidak percaya, tetapi mereka tidak berani protes. Sultan kemudian
memerintahkan para menteri satu per satu membuka dan mencium kopiah Abunawas.
Setelah membuka dan
mencium kopiah Abunawas, para menteri ternyata mencium aroma tak sedap dan
beberapa di antara mereka bahkan hampir saja muntah. Meskipun demikian, mereka
tak berani berkata jujur.
“Bagaimana para
menteriku sekalian. Apakah benar kalian mencium bau surga di kopiah Abunawas?”
tanya Sultan.
“Benar Yang Mulia. Kami
mencium bau surga di kopiah Abunawas,” jawab para menteri.
Karena penasaran,
Sultan pun berdiri dan membuka kopiah Abunawas, lalu diciumnya rapat-rapat ke
hidung, tetapi dengan cepat Sultan melemparkan kopiah Abunawas ke lantai dan
menyemprot Abunawas.
“Kurang ajar kamu
Abunawas! Mengapa kamu membohongi kami. Kalian semua juga tidak mau jujur mengatakan
yang sesungguhnya,” kata Sultan dengan suara keras sambil menunjuk-nunjuk para
menterinya.
“Ampun Yang Mulia, saya
sama sekali tidak bermaksud membohongi Sultan dan para menteri. Ini saya
lakukan, semata-mata untuk membuktikan kecurigaan Yang Mulia bahwa para menteri
kerajaan tidak jujur, selalu bermuka manis, dan tidak berani menentang
keputusan Yang Mulia, karena mereka takut kehilangan jabatan,” kata Abunawas.
Sultan kemudian
mengganti semua menterinya dan memberikan sekantong koin emas kepada Abunawas.
***
----
Keterangan:
Kisah tentang Sultan
dan Abunawas sudah sangat melegenda. Salah satu kisahnya yaitu tentang Sultan
dan Topi Abunawas. Kisah ini diformulasi ulang oleh Asnawin Aminuddin untuk pembaca. Semoga bermanfaat dan terhibur. (red)