Sebagai organisasi perempuan Islam berkemajuan, Aisyiyah harus selalu hadir dalam menjawab fenomena sosial, terutama diskriminasi terhadap perempuan. Aisyiyah sudah terlanjur besar, sehingga salah satu organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah ini harus menerima tantangan kemanusiaan.
-- Nurhayati Azis --
(Ketua Aisyiyah Sulsel)
------------
Senin,
28 Desember 2015
Nurhayati Azis: Aisyiyah
Harus Terima Tantangan Kemanusiaan
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA).
Sebagai organisasi perempuan Islam berkemajuan,
Aisyiyah harus selalu hadir dalam menjawab fenomena sosial, terutama diskriminasi
terhadap perempuan. Aisyiyah sudah terlanjur besar, sehingga salah satu organisasi
otonom (ortom) Muhammadiyah ini harus menerima tantangan kemanusiaan.
"Akselerasi gerakan
dan penataan organisasi secara internal adalah mutlak bagi Aisyiyah saat
ini," tandas Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulsel, Nurhayati Azis, seusai
terpilih kembali sebagai Ketua Aisyiyah Sulsel pada Musyawarah Wilayah
(Musywil) ke-39 Aisyiyah Sulsel, di Merdeka Convention Hall, Kota Palopo, Sabtu,
26 Desember 2015.
Secara eksternal, katanya,
Aisyiyah harus selalu hadir mendampingi mereka yang dibayangi perlakuan dan
ancaman diskriminasi.
"Pemerkosaan,
pelecehan, penindasan, banyak menimpa kaum perempuan, ini mesti menjadi
perhatian kita," tegas dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Indonesia
(UMI) Makassar.
Dia menambahkan bahwa secara
internal, Aisyiyah tidak boleh berhenti melakukan penataan organisasi,
khususnya urusan administrasi dan manajemen keuangan yang rapi di bawah
koordinasi organisasi.
Selain itu, Nurhayati juga
mengingatkan bahwa untuk memajukan organisasi, Aisyiyah tidak boleh terjebak
pada konflik yang terjadi, akan tetapi harus fokus pada visi abad kedua
Aisyiyah.
Nurhayati juga mengajak
untuk mengedepankan semangat ukhuwah dengan saling bergandengan tangan
memajukan Aisyiyah.
"Agenda Aisyiyah ke
depan sebagai gerakan perempuan muslim berkemajuan harus menjadi fokus kita. Di
setiap kabupaten Aisyiyah sudah harus tercipta qaryah thayyibah, suatu perkampungan atau desa di mana
masyarakatnya menjalankan ajaran Islam secara kaffah, baik dalam hablun minallah (hubungan dengan Allah
SWT, red) maupun hablun minannas (hubungan
dengan sesamaa manusia, red) dalam segala aspek kehidupannya yang meliputi
bidang akidah, ibadah, akhlak, dan mu’amalah
duniawiyah," tutur Nurhayati. (hs/kas)
Tags
Aneka