Sejarah dan Potret Aisyiyah Sulawesi Selatan


MUSYWIL. Aisyiyah Sulsel melaksanakan musyawarah wilayah ke-39 di Kota Palopo, 24-26 Desember 2015. Pada periode 2010-2015, di bawah kepemimpinan Nurhayati Azi, sebagai ketua, dan Hidayah Quraisy sebagai sekretaris, Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulawesi Selatan telah memiliki 23 Pimpinan Daerah, 191 Pimpinan Cabang, dan 644 Pimpinan Ranting. (Foto: Kasri Riswadi)




-----------
PEDOMAN KARYA
Senin, 28 Desember 2015


Artikel:


Sejarah dan Potret Aisyiyah Sulawesi Selatan


Oleh: Hadisaputra
(Mantan Ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulsel)

Aisyiyah adalah organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang sosial, keagamaan, dan kemasyarakatan. Sebagai komponen organisasi perempuan Muhammadiyah, Aisyiyah didirikan pada 27 Rajab 1375, bertepatan dengan 19 Mei 1917, di Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan. 
Bermula dari perkumpulan gadis-gadis dalam pengajian rutin yang dikenal sebagai Sapa Tresna tahun 1914, para kader 'Aisyiyah kemudian berkembang dengan mengajak para ibu rumah tangga, untuk memikirkan persoalan kemasyarakatan, khususnya masalah peningkatan harkat kaum perempuan.
Aisyiyah di Sulawesi Selatan diawali dengan berdirinya Aisyiyah Cabang Makassar yang dirintis oleh Hj Fatimah Abdullah (istri dari KH Abdullah, Ketua Muhammadiyah Cabang Makassar saat itu) dan Sitti Maemunah Dg Mattiro (istri H Muhammad Yusuf Daeng Mattiro, Wakil Ketua Muhammadiyah Cabang Makassar saat itu).
Status Aisyiyah kemudian meningkat menjadi Pimpinan Daerah pada 1937, dengan Ketua Hj Fatimah Abdullah.
Pada tahun 1940, diadakan Konferensi Muhammadiyah Sulsel yang dirangkaikan dengan Konferensi Aisyiyah, di Sengkang, Kabupaten Wajo. Konferensi tersebut memutuskan bahwa Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Sulawesi Selatan adalah St Dawiah SS Djam’an, dibantu oleh Sitti Halimah Bakkas, Sitti Hasran Daeng Makerra, Sitti Ramlah Kasim, dan Sitti Ramlah Azis.
Konferensi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di Bantaeng pada tahun 1950, memilih Sitti Ramlah Azis sebagai Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah.
Setelah Aisyiyah Sulawesi Selatan mendapatkan otonomi, maka pada 1968, Pimpinan Daerah Aisyiyah berubah menjadi Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulawesi Selatan dan Tenggara, dengan susunan pengurus (Periode 1968 -1971) adalah Sitti Ramlah Azis sebagai ketua, Sitti Halimah Bakkas sebagai sekretaris, dan Hj Zainab Daeng Tanaga sebagai bendahara.
Pada periode berikutnya, ketika Sulawesi Tenggara berdiri sendiri, maka nomenklaturnya berubah menjadi Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulawesi Selatan. 

Pimpinan Daerah

Seiring berjalannya waktu dengan berbagai macam perubahan dan perkembangan yang terjadi, Aisyiyah di Sulawesi Selatan pun mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Kini, Pimpinan Daerah Aisyiyah sudah terbentuk pada 23 kabupaten dan kota se-Sulawesi Selatan, yaitu PDA Kota Makassar, PDA Gowa, PDA Takalar, PDA Jeneponto, PDA Bantaeng, PDA Bulukumba, PDA Selayar, PDA Sinjai, PDA Bone, PDA Maros, PDA Pangkep, PDA Barru, PDA Parepare, PDA Sidrap, PDA Pinrang, PDA Enrekang, PDA Tana Toraja, PDA Soppeng, PDA Wajo, PDA Palopo, PDA Luwu, PDA Luwu Timur, dan PDA Luwu Utara.
Pada periode 2005-2010, terjadi Pemekaran Propinsi Sulawesi Barat sehingga pada tanggal 10 Dzulhijjah 1427 H / 31 Desember 2006 M diadakan Musyawarah Pembentukan Aisyiyah Sulawesi Barat. Pada Pemekaran tersebut, tiga Pimpinan Daerah Aisyiyah yaitu PDA Majene, PDA Mamuju, dan PDA Polman bergabung menjadi Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulawesi Barat.
Pada periode 2010-2015, di bawah kepemimpinan Nurhayati Azis, sebagai ketua, dan Hidayah Quraisy sebagai sekretaris, Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulawesi Selatan telah memiliki 23 Pimpinan Daerah, 191 Pimpinan Cabang, dan 644 Pimpinan Ranting.

Amal Usaha

Selain itu, amal usaha Aisyiyah juga senantiasa berkembang pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan sosial.
Pada bidang pendidikan, Aisyiyah di Sulsel memiliki Kelompok Bermain sejumlah 94 buah, Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Busthanul Athfal sebanyak 420 buah, Taman Pendidikan Al-Qur’an sebanyak empat buah, SD Aisyiyah sebanyak dua buah (Kota Makassar dan Kabupaten Wajo), SMP Aisyiyah sebanyak dua buah (Kota Makassar dan Gowa), Madrasah Aliyah satu buah (Kabupaten Gowa), dan Pondok Pesantren Ummul Mukminin Aisyiyah satu buah (Kota Makassar).
Di bidang kesehatan, Aisyiyah di Sulawesi Selatan memiliki amal usaha kesehatan, yaitu Rumah Sakit Umum Sitti Khadijah di kabupaten Pinrang, Rumah Sakit Bersalin Sitti Khadijah Kota Parepare, Rumah Bersalin Sitti Khadijah III Aisyiyah di Kota Makassar, Rumah Bersalin Sitti Khadijah di Kota Palopo.
Selain itu, BKIA Aisyiyah di Kabupaten Enrekang, BKIA Aisyiyah di Kabupaten Pangkep, BKIA ‘Aisyiyah di Kabupaten Barru, Balkesmas di Kabupaten  Sidrap, Balkesmas di Kabupaten Wajo, Pos kesehatan Pesantren Ummul Mukminin ‘Aisyiyah Sulsel di Kota Makassar, Pos Kesehatan Panti Asuhan Bahagia ‘Aisyiyah Cab. Makassar  di Kota Makassar, dan Pos Kesehatan Panti Asuhan Saadatul Banaat  di Bulukumba.
Aisyiyah di Sulsel juga bergerak di bidang ekonomi, dengan mengelola amal usaha berupa Badan Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) di 23  Kabupaten/Kota, Koperasi  ‘Aisyiyah   di Kabupaten Bantaeng dan  Takalar, serta Unit Usaha ‘Aisyiyah Wilayah Sulawesi Selatan yang meliputi Persewaan Gedung, dan toko pusat oleh-oleh khas Sulawesi Selatan.
Dalam bidang Kesejahteraan Sosial, ‘Aisyiyah di Sulawesi Selatan memiliki Panti Asuhan yang tersebar di sejumlah Kabupaten/Kota, yaitu Panti Asuhan Bahagia ‘Aisyiyah Cabang Makassar, kota Makassar, Panti Asuhan Ummu Aiman Aisyiyah Cabang Mamajang Kota Makassar, Panti Asuhan “Sejati” ‘Aisyiyah Cab. Ujung Tanah Kota Makassar.
Ada juga Panti Asuhan “Abadi” Aisyiyah Kota Parepare, Panti Asuhan “ Sejahtera”‘Aisyiyah Kabupaten Sidrap, Panti Asuhan  Sitti Khadijah” Aisyiyah Kabupaten Pinrang, Panti Asuhan “Al- Mubarak” Camba Aisyiyah Kabupaten Maros, Panti Asuhan “ Amrullah” Limbung Aisyiyah Kabupaten Gowa, Panti Asuhan “ Mushlihah” Aisyiyah Kabupaten Jeneponto, Panti Asuhan “Sa’adatul Banaat” Aisyiyah Kabupaten Bulukumba, Panti Asuhan “Darul Arqam” Aisyiyah Cabang Gantarang Bulukumba, Panti Asuhan “Al-Hudayah Mawaddah Marahmah” Labakkang Aisyiyah Kabupaten Pangkep, dan Panti Asuhan “Sakinah” Aisyiyah Kabupaten Bantaeng.
Dengan segenap potensi tersebut, wajar saja jika ‘Aisyiyah Sulsel dianggap sukses mengemban amanah sebagai tuan rumah Muktamar Satu Abad ‘Aisyiyah (Juli 2015). Muktamar tersebut telah menorehkan Pokok-pokok Pikiran ‘Aisyiyah Abad Kedua. Inilah peta jalan (road map) gerakan perempuan Muhammadiyah ke depan.***

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama