ASAH KERIS. Ibarat keris, pengetahuan dan pengalaman sebagai Sekretaris Dewan (Sekwan) DPRD harus terus-menerus diasah, agar selalu tajam dalam menghadapi berbagai macam tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam menjalankan tugas. Dengan keris yang tajam itulah, Abdul Kadir Marsali mampu melewati delapan tahun dan delapan bulan tugas sebagai Sekwan DPRD Sulsel.
--------
PEDOMAN KARYA
Rabu,
30 Desember 2015
Abdul Kadir
Marsali:
Sekwan DPRD
Harus Asah Keris
Sejak terbentuk pada 1960, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulsel telah memiliki 11 Sekretaris Dewan
(Sekwan), yaitu Haneng (1960-1963), Muhammad Noer (1963-1970), Andi Djaya
(1970-1973), Thamrin Tantu (1973-1980), Iskandar Rotte (1980-1987), Abdul Malik
Hambali (1987-1988), Zadaruddin (1988-1991), Alex Latumahina (1991-1997), Mansjur
Sjam (1997-2000), Syamsuddin (1997-2007), dan Abdul Kadir Marsali (2007-2015).
Para Sekwan tersebut tentu saja harus pandai-pandai
dalam menjalankan tugasnya, terutama dalam menghadapi anggota DPRD yang berasal
dari berbagai partai politik (Parpol) dengan beragam pembawaan dan keinginan.
“Ya, harus banyak jurus,” kata Sekwan
DPRD Sulsel Abdul Kadir Marsali, dalam bincang-bincang dengan “Pedoman Karya”,
di ruang kerjanya, Selasa, 29 Desember 2015.
Pria kelahiran Bulukumba, 31 Desember
1955, menjabat sebagai Sekwan DPRD Sulsel selama delapan tahun dan delapan
bulan, tepatnya sejak 11 April 2007, hingga 31 Desember 2015.
Selama delapan tahun menjalani tugas
sebagai Sekwan, Kadir mengakui banyak sekali suka-duka yang dialaminya,
terutama dalam menghadapi anggota DPRD Sulsel yang kadang-kadang kurang bagus ucapan
atau tindakannya.
“Kadang-kadang ada keinginan anggota
dewan yang tidak bisa saya penuhi, karena kalau saya penuhi maka saya akan
melanggar. Saya bilang, sebaiknya sampaikan dulu kepada Pak Ketua (Ketua DPRD),
kalau beliau setuju, maka saya pun akan penuhi permintaan bapak. Tentu saja dia
tidak sampaikan kepada ketua, karena pasti tidak akan disetujui,” ungkapnya.
Anggota dewan yang kecewa, kata suami
dari Hj Salmia, kadang-kadang melampiaskan kekecewaannya pada saat ada rapat
paripurna atau rapat dengan pimpinan.
“Kalau sudah kecewa, mereka
kadang-kadang meminta kepada pimpinan dewan agar meninjau posisi Sekwan, bahkan
ada juga yang terang-terangan meminta Sekwan diganti. Kalau ada yang bilang
begitu, saya langsung berteriak, segerami
(segera saja diganti, red),” papar Kadir.
Ayah dari delapan anak dan kakek dari
delapan cucu ini juga mengaku pernah diancam melalui telepon oleh oknum anggota
dewan, tetapi dengan tegas dirinya melawan dan menyatakan dirinya tidak takut
dengan ancaman tersebut.
“Tetapi setelah bertemu kembali saat ada
rapat, dia langsung melambaikan tangan kepada saya sambil tersenyum. Saya tentu
saja langsung membalas lambaian tangannya,” tutur Kadir.
Suatu hari ketika ada rapat di Gedung
DPRD Sulsel, ungkapnya, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo sempat bertanya
kepada dirinya sebelum pertemuan dimulai.
“Kadir, takutko (kamu takut) sama anggota dewan? Saya jawab tidak Pak! Saya
tidak takut. Pak Gub langsung tersenyum sambil menepuk-nepuk bahu saya,” ungkap
Kadir.
Ibarat keris, lanjutnya, pengetahuan dan
pengalaman sebagai Sekwan harus terus-menerus diasah, agar selalu tajam dalam
menghadapi berbagai macam tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam
menjalankan tugas.
“Sekwan DPRD itu harus terus-menerus mengasah
kerisnya, supaya pikirannya selalu tajam dalam menghadapi semua tantangan dan
rintangan dalam menjalankan tugas,” kata Kadir. (asnawin)