Ada tiga negeri bertetangga yang saling membenci satu sama lain. Negeri Kumis, Negeri Janggut, dan Negeri Tahi Lalat. Di Negeri Kumis, hampir semua laki-laki memiliki kumis dengan bermacam-macam model. Di Negeri Janggut, penduduk di negeri tersebut sangat memuja janggut dan menganggap janggut adalah segalanya. Di Negeri Tahi lalat, wanita selalu berdoa dan mendambakan agar mereka dikarunia tahi lalat di wajah.
---------
PEDOMAN
KARYA
Sabtu,
2 Januari 2016
Anekdot:
Kumis, Janggut,
dan Tahi Lalat
Ada tiga raja pada tiga negeri bertetangga yang saling membenci
satu sama lain. Raja pertama bertahta pada Negeri Kumis, raja kedua berkuasa
pada Negeri Janggut, dan raja ketiga memimpin Negeri Tahi Lalat.
Di Negeri Kumis, hampir semua laki-laki memiliki kumis dengan
bermacam-macam model. Ada yang berkumis tipis, ada yang berkumis sedang, ada
yang berkumis tebal. Ada yang berkumis panjang, ada yang kumisnya panjang
diplintir, dan bermacam-macam model kumis lainnya.
Penduduk Negeri Kumis sangat membenci janggut. Para laki-laki dewasa
setiap hari mencukur janggutnya. Setiap ada turis atau pendatang dari negeri
lain yang berjanggut, mereka langsung dianjurkan agar mencukur janggutnya,
karena tidak sesuai dengan adat kebiasaan, tidak sesuai dengan seni, dan tidak
sesuai dengan budaya di Negeri Kumis.
Penduduk Negeri Kumis juga membenci tahi lalat, apalagi kalau tahi
lalat itu tumbuh di sekitar wajah. Kalau tahi lalat itu muncul di bagian tubuh
selain wajah, biasanya dibiarkan saja atau ditutupi dengan sesuatu, tetapi
kalau tahi lalat itu tumbuh di wajah, maka tahi lalat itu langsung dicabut
melalui operasi yang memang digratiskan di Negeri Kumis.
Kalau ada orang yang "melanggar" kebiasaan itu, biasanya
orang itu akan mendapat berbagai masalah, antara lain dikucilkan dan sulit menduduki
jabatan tinggi di kerajaan atau di tempat kerja mereka.
Orang yang memelihara janggut akan diberi sebutan kambing dan
dianggap sok alim, sedangkan laki-laki yang memelihara tahi lalat akan disebut
bencong alias banci.
Saking pentingnya kumis untuk menjaga kultur dan jati diri Negeri
Kumis, sampai-sampai ada menteri yang mengusulkan supaya kumis dibuatkan
Undang-undangnya. Isinya antara lain wajib hukumnya para laki-laki memelihara
kumis, dan melarang semua laki-laki memelihara janggut.
Selain itu, juga diusulkan agar semua laki-laki dan perempuan
segera mencabut melalui operasi jika ada tahi lalat yang tumbuh, terutama di
sekitar wajah.
Banyak menteri yang setuju dengan usul tersebut, tetapi raja tidak
setuju, karena ternyata permaisurinya punya tahi lalat di sekitar dada dan sang
permaisuri memang lebih suka memakai baju dengan dada agak terbuka.
Negeri Janggut
Kondisi serupa juga terjadi di Negeri Janggut. Penduduk di negeri
tersebut sangat memuja janggut dan menganggap janggut adalah segalanya. Maka
penduduk laki-laki pun berlomba-lomba memelihar janggut sebagus mungkin.
Ada orang yang janggutnya pendek, ada yang janggutnya panjang, ada
yang janggutnya dikuncir, serta bermacam-macam model janggut lainnya.
Penduduk Negeri Janggut sangat membenci kumis. Para laki-laki
dewasa setiap hari mencukur kumisnya. Setiap ada turis atau pendatang dari
negeri lain yang berkumis, mereka langsung dianjurkan mencukur kumisnya, karena
tidak sesuai dengan adat kebiasaan, tidak sesuai dengan seni, dan tidak sesuai
dengan budaya di Negeri Janggut.
Penduduk Negeri Janggut juga membenci tahi lalat, apalagi kalau
tahi lalat itu tumbuh di sekitar wajah. Kalau tahi lalat itu muncul di bagian
tubuh selain wajah, biasanya dibiarkan saja saja atau ditutupi dengan sesuatu,
tetapi kalau tahi lalat itu tumbuh di wajah, maka tahi lalat itu langsung
dicabut melalui operasi yang memang digratiskan di Negeri Janggut.
Kalau ada orang yang "melanggar" kebiasaan itu, biasanya
orang itu akan mendapat berbagai masalah, antara lain dikucilkan dan sulit
menduduki jabatan tinggi di kerajaan atau di tempat kerja mereka.
Orang yang memelihara kumis akan dicap sebagai pemabuk, pengguna
ganja, pengguna obat-obat terlarang, dan berbagai macam cap negatif lainnya.
Laki-laki yang memelihara tahi lalat akan disebut bencong alias banci.
Saking pentingnya janggut untuk menjaga kultur dan jati diri
Negeri Janggut, sampai-sampai ada menteri yang mengusulkan supaya janggut
dibuatkan Undang-undangnya. Isinya antara lain wajib hukumnya para laki-laki
memelihara janggut, dan melarang semua laki-laki memelihara kumis.
Selain itu, juga diusulkan agar semua laki-laki dan perempuan
segera mencabut melalui operasi jika ada tahi lalat yang tumbuh, terutama di
sekitar wajah.
Banyak menteri yang setuju dengan usul tersebut, tetapi raja tidak
setuju, karena ternyata permaisurinya punya tahi lalat di sekitar telinga,
sedangkan salah seorang anak perempuannya punya tahi lalat di bagian leher.
Untungnya kedua wanita itu berjilbab, sehingga tahi lalat mereka jarang dilihat
orang.
Negeri Tahi Lalat
Negeri Tahi Lalat lain lagi kondisinya. Semua laki-laki di negeri
itu tidak ada yang berkumis dan atau berjanggut. Para laki-laki umumnya
berwajah "bersih" alias klimis, karena tidak memelihara kumis, tidak
punya janggut, dan tidak banyak yang punya tahi lalat di wajah.
Wanita di Negeri Tahi Lalat selalu berdoa agar mereka dikarunia
tahi lalat di wajah. Wanita yang hamil hampir setiap hari berdoa, agar anaknya kelak
lahir dengan tahi lalat di wajah.
Penduduk Negeri Tahi Lalat sangat membenci kumis dan janggut. Para
laki-laki dewasa setiap hari mencukur kumis dan janggutnya.
Setiap ada turis atau pendatang dari negeri lain yang berkumis dan
atau berjanggut, mereka langsung dianjurkan mencukur kumis dan atau janggutnya,
karena tidak sesuai dengan adat kebiasaan, tidak sesuai dengan seni, dan tidak
sesuai dengan budaya di Negeri Tahi Lalat.
Kalau ada orang yang memelihara kumis dan atau janggut, biasanya
orang itu akan mendapat berbagai masalah, antara lain dikucilkan dan sulit
menduduki jabatan tinggi di kerajaan atau di tempat kerja mereka.
Orang yang memelihara kumis akan dicap sebagai pemabuk, pengguna
ganja, pengguna obat-obat terlarang, dan berbagai macam cap lainnya. Orang yang
memelihara janggut disebut kambing dan sok alim, sedangkan orang yang
memelihara kumis dan janggut dicap sebagai pemabuk yang sok alim.
Saking pentingnya tahi lalat untuk menjaga kultur dan jati diri
Negeri Tahi Lalat, sampai-sampai ada menteri yang mengusulkan supaya tahi lalat
dibuatkan Undang-undangnya. Isinya antara lain laki-laki maupun perempuan
dianggap terhormat kalau punya tahi lalat, serta mendapat berbagai kemudahan.
Sebaliknya, orang yang tidak memiliki tahi lalat apalagi kalau
memelihara kumis dan atau janggut, dianggap bukan orang terhormat sehingga
tidak pantas diberi tempat terhormat di kerajaan atau pun di tengah masyarakat.
Banyak menteri yang setuju dengan usul tersebut, tetapi raja tidak
setuju, karena ternyata permaisuri dan putri bungsunya tidak punya tahi lalat.
Untunglah putra mahkota punya tahi lalat di lengan kanannya.
Berkirim Bingkisan
Begitulah. Tiga negeri bertetangga itu saling membenci satu sama
lain. Mereka tidak pernah saling mengunjungi, kecuali kalau ada urusan penting.
Batas wilayah negeri mereka dipagari dengan tembok raksasa.
Penduduk dari negeri lain harus membayar pajak kalau ingin berkunjung dan hanya
boleh masuk melalui pintu gerbang kerajaan.
Anehnya, setiap memasuki bulan Ramadan, raja dari ketiga kerajaan
itu saling mengirimi bingkisan dan surat yang isinya mengucapkan selamat
melaksanakan ibadah puasa.
Raja dari ketiga kerajaan itu juga saling mengirimi bingkisan dan surat
pada setiap hari raya yang isinya mengucapkan selamat Hari Raya dan mohon
dimaafkan lahir batin.
Mereka pun tak pernah lupa saling mengirimi bingkisan dan surat
pada setiap tahun baru yang berisi ucapan Selamat Tahun Baru. (Asnawin
Aminuddin)
------
Keterangan:
Anekdot ini saya tulis pada
8 September 2007 di Makassar, dan dimuat pada kolom Lanskap, halaman 4, harian Pedoman
Rakyat, edisi Senin, 10 September 2007. Dengan sedikit perbaikan dan perubahan,
anekdot ini kami muat ulang pada website Majalah PEDOMAN KARYA (www.pedomankarya.co.id)