Seorang bidadari bahkan rela turun ke bumi untuk menemui dan menyatakan cintanya, tetapi sang pemuda menolak cinta yang tulus itu. Akibatnya, sang bidadari pun patah hati dan batinnya tersiksa. Karena tak mampu menahan rasa sakit hatinya, sang bidadari mengutuk si pemuda tampan supaya jatuh cinta kepada bayangannya sendiri. Ketika itu, manusia belum menemukan cermin.
----------
PEDOMAN
KARYA
Kamis,
11 Februari 2016
Cermin Rusak
Lanskap:
~~ Asnawin Aminuddin ~~
Alkisah pada suatu masa, hiduplah
seorang pemuda yang sangat tampan. Saking tampannya, jangankan gadis-gadis anak
manusia, para bidadari di khayangan pun jatuh cinta kepadanya.
Seorang bidadari bahkan rela turun ke
bumi untuk menemui dan menyatakan cintanya, tetapi sang pemuda menolak cinta
yang tulus itu. Akibatnya, sang bidadari pun patah hati dan batinnya tersiksa.
Karena tak mampu menahan rasa sakit
hatinya, sang bidadari mengutuk si pemuda tampan supaya jatuh cinta kepada
bayangannya sendiri. Ketika itu, manusia belum menemukan cermin.
Suatu hari, tanpa sengaja sang pemuda
tampan melihat bayangannya sendiri pada sebuah kolam yang dalam dan jernih. Ia
mengagumi wajah yang dlihatnya di kolam tersebut dan bahkan jatuh cinta kepada
bayangannya sendiri.
Dengan segera ia menurunkan tangannya ke
permukaan kolam untuk meraba wajah yang dilihatnya, tetapi ia kemudian terjatuh
ke dalam kolam yang dalam tersebut dan tak pernah muncul lagi ke permukaan. Si
pemuda tampan mati demi cintanya yang menggebu-gebu pada bayangannya sendiri.
Kini, kita dapat leluasa bercermin,
karena cermin ada dimana-mana. Ada di kamar tidur, ada di kendaraan, dan juga
ada di laptop. Jadi, tidak perlu takut jatuh dan tenggelam ke dalam kolam hanya
untuk melihat bayangan sendiri.
Kita juga tidak perlu marah jika orang
lain menyebut dan mengumpamakan kita dengan berbagai macam sebutan atau
perumpamaan yang tidak sesuai dengan diri kita. Biarkan saja. Yang penting, kita
melakukan segala sesuatunya dan berbuat sesuai keinginan, aturan, tugas, dan
tanggungjawab.
Prinsip itulah yang dipegang HM Alwi
Hamu dan Burhanuddin Baharuddin. Keduanya seperti cermin rusak, yang tidak
peduli terhadap berbagai macam sorotan dan tudingan miring, terutama dari
orang-orang yang tidak paham atau mereka yang sengaja ingin menjatuhkannya.
Alwi Hamu yang pernah menjabat Ketua
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulsel, sukses memimpin dan membesarkan
Fajar Grup, karena ia adalah cermin rusak yang tidak marah dan tidak membalas,
meskipun dirinya dikritik, dicaci-maki, dan dirusak nama baiknya.
Burhanuddin Baharuddin yang pernah
tercatat sebagai anggota DPRD Sulsel dengan perolehan suara tertinggi, juga
menjadikan dirinya sebagai cermin rusak dalam memimpin Kabupaten Takalar.
“Saya selalu berpikir positif. Kalau ada
orang yang menyoroti dari sisi negatif, mungkin saja mereka tidak tahu dan
ingin segera melihat hasil pembangunan, padahal tidak semua pembangunan itu,
hasilnya bisa langsung dilihat dengan mata. Yang paling penting, kita berbuat
saja yang terbaik untuk rakyat,” kata Burhanuddin.