Perang urat saraf senantiasa mewarnai setiap perhelatan Pilkada, musyawarah, atau konferensi, terutama menyangkut calon gubernur, calon walikota, calon bupati, atau calon ketua yang akan dipilih. Salah satu yang sering dijadikan bahan perang urat saraf yaitu soal usia. Apakah akan memilih yang muda atau yang (lebih) tua. Isu lain yang masih berkaitan dengan usia, yaitu soal memilih petahana atau pemimpin / ketua baru. (Foto diambil dari koleksi Bung Rahman Syah di Facebook)
----
PEDOMAN KARYA
Kamis, 11 Februari 2016
EDITORIAL:
Muda, Tua, Baru, Lama
Perang urat saraf
senantiasa mewarnai setiap perhelatan Pilkada, musyawarah, atau konferensi,
terutama menyangkut calon gubernur, calon walikota, calon bupati, atau calon
ketua yang akan dipilih.
Salah satu yang
sering dijadikan bahan perang urat saraf yaitu soal usia. Apakah akan memilih
yang muda atau yang (lebih) tua. Isu lain yang masih berkaitan dengan usia,
yaitu soal memilih petahana atau pemimpin / ketua baru. Berbagai argumen pun
dilontarkan untuk saling menjatuhkan, sekaligus untuk memengaruhi pemilih.
Anggota Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) Sulsel, juga terjebak dalam suasana seperti itu pada
Konferensi Provinsi (Konferprov) beberapa bulan lalu.
Mereka terbelah
tiga kelompok karena kebetulan ada tiga calon ketua yang dicalonkan dan siap
bersaing. Mereka juga digiring kepada pemikiran soal usia, antara memilih yang
usianya sudah tergolong tua atau memilih yang muda dan baru.
Suasananya sungguh
tidak enak, karena antar-teman sekantor pun ada yang berbeda pilihan. Suasananya terasa seperti perang saudara. Konferensi akhirnya memilih ketua baru dan
kebetulan usianya masih tergolong muda untuk ukuran Ketua PWI.
Sayangnya,
persoalan bukannya selesai, melainkan malah berbuntut dengan terjadinya kemelut
soal komersialisasi Gedung PWI Sulsel dan soal kepemilikan Gedung PWI Sulsel.
Pemilihan Kepala
Daerah (Pilkada) pada sebelas kabupaten di Sulsel, yang dilaksanakan bersamaan
dengan sekitar 200 kabupaten, kota, dan provinsi se-Indonesia, akhir tahun 2015,
juga banyak yang berbuntut dengan diajukannya gugatan hasil Pilkada ke Mahkamah
Konstitusi.
Pada Pilkada 11
kabupaten di Sulsel, ada petahana yang terpilih kembali, ada petahana yang
tumbang, ada wakil bupati yang berhasil mengalahkan bupati, ada wajah baru, dan
ada pula bupati terpilih yang tergolong masih sangat muda untuk memimpin
pemerintahan kabupaten.
Muhammadiyah Sulsel
juga baru saja memilih pengurus baru dan ketua baru adalah seorang profesor.
Apakah kita harus
terjebak soal pemimpin muda, pemimpin tua, pemimpin baru, dan pemimpin lama?
Secara kasat mata
bisa kita lihat bersama, bahwa soal usia dan soal petahana atau pemimpin baru,
tidak ada pengaruhnya terhadap kepemimpinan mereka. Keberhasilan para
pemimpin bukan terletak pada usia dan petahana atau baru, melainkan pada niat,
semangat, visi, dan kemampuan manajerial mereka.
Maka, janganlah
kita terjebak dalam situasi permusuhan dan janganlah kita terpecah-belah hanya
karena berbeda pilihan.
Mari kita dukung
siapa pun yang terpilih, dengan cara memberi kritik dan masukan agar para
pemimpin kita berhasil menjalankan amanah demi kemaslahatan orang banyak.
-----------
@Tajuk Rencana/Editorial majalah Pedoman Karya, Edisi 2, Vol.II,
Februari 2016
----------