“Pemilihan pimpinan di Muhammadiyah itu sangat demokratis. Pimpinan Muhammadiyah itu dicalonkan, bukan mencalonkan diri. Saya kira ini bisa diadopsi oleh pemerintah.”
- Dahlan Rais -
(Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah)
------
Kamis, 11 Februari 2016
Pimpinan
Muhammadiyah Itu Dicalonkan, Bukan Mencalonkan Diri
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA).
Muktamar, musyawarah wilayah, dan musyawarah daerah Muhammadiyah tidak memilih
secara langsung ketua, tetapi memilih 13 pimpinan harian. Selanjutnya, ke-13
pimpinan harian itulah yang memilih ketua dan menyusun komposisi kepengurusan.
Pimpinan Muhammadiyah itu dicalonkan
dari bawah, kemudian diseleksi apakah bersyarat atau tidak, dan selanjutnya
mereka yang memenuhi syarat, dipilih pada muktamar atau musyawarah
wilayah/daerah. Peraih suara terbanyak pertama hingga peringkat ke-13, kemudian
ditetapkan sebagai pimpinan harian.
“Pemilihan pimpinan di Muhammadiyah itu
sangat demokratis. Pimpinan Muhammadiyah itu dicalonkan, bukan mencalonkan
diri. Saya kira ini bisa diadopsi oleh pemerintah,” kata Ketua Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, Dahlan Rais, pada pelantikan pengurus Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Sulsel, di Kampus Unismuh Makassar, Sabtu, 30 Januari 2016.
Pengurus dan kader Muhammadiyah,
katanya, tidak diajarkan untuk mengejar kekuasaan, tetapi mereka selalu siap
jika diminta menjadi pemimpin.
“Yang namanya kekuasaan, itu cenderung
korup. Moamar Khadafi itu baik, sangat baik malah, rajin shalat, dan sering
menjadi imam shalat, tetapi sayangnya ia berkuasa terlalu lama, lebih dari 30
tahun, sehingga tercipta dinasti dan itulah yang menghancurkan kekuasaannya,” ungkap
Dahlan.
Menyinggung kepemimpinan Muhammadiyah
Sulsel, adik kandung tokoh reformasi, Prof Amien Rais itu mengatakan,
kepengurusan Muhammadiyah Sulsel adalah salah satu yang terbaik di Indonesia.
Dahlan kemudian menyebut nama Dr KH Alwi
Uddin MAg yang dianggap sukses menjalankan amanah sebagai Ketua Muhammadiyah
Sulsel masa bakti 2010-2015.
“Pak Alwi Uddin telah berhasil memimpin
Muhammadiyah Sulsel dan juga sukses sebagai penyelenggara Muktamar ke-49
Muhammadiyah tahun 2015 di Makassar. Beliau mendapat nilai A,” katanya.
KH Alwi Uddin saat memberikan kata
sambutan, menyampaikan rasa terima kasihnya atas kepercayaan dan dukungan
pengurus dan kader Muhammadiyah se-Sulawesi Selatan.
“Dalam memimpin Muhammadiyah Sulsel,
saya sering diibaratkan Umar bin Khattab yang keras tapi konsisten dalam
menerapkan aturan dan keputusan persyarikatan. Alwi Uddin ini bukan kader
piagam dan juga bukan kader jaket, melainkan kader yang dimasuki Muhammadiyah,
kader tulen Muhammadiyah,” tuturnya.
Dia mengatakan, jika Muhammadiyah sudah
memutuskan sesuatu atau mengeluarkan kebijakan tertentu, maka seluruh pengurus
harus mengikuti keputusan atau kebijakan tersebut.
“Ibaratnya, kalau imam sudah takbir,
maka para makmum juga harus ikut takbir. Kalau tidak mau ikut takbir, silakan keluar
dari jamaah. Silakan keluar dari Muhammadiyah,” tandas Alwi.
Dalam kepengurusan baru Muhammadiyah
Sulsel masa bakti 2015-2020, KH Alwi Uddin tetap masuk sebagai pengurus dan
duduk sebagai wakil ketua yang mengkoordinir Majelis Wakaf dan Kehartabendaan, serta Lembaga Dakwah Khusus. (win)
Tags
Liputan Utama