Alhasil, ia keluar sebagai juara kedua. Selain piala dan piagam, ia juga mendapat hadiah uang tunai yang cukup besar untuk ukuran dirinya sebagai wartawan Tempo (maksudnya tempo-tempo terbit, tempo-tempo tidak). Namun, pada tengah malam sepulang dari hotel tempat dilangsungkannya acara penyerahan hadiah, ia menggigil kedinginan dan keesokan harinya terpaksa dilarikan ke rumah sakit.
------
PEDOMAN
KARYA
Senin,
1 Februari 2016
Anekdot:
Tidak Boleh
Juara Kedua
Seorang wartawan mengikuti lomba menulis
yang diadakan salah satu BUMN. Ia sangat antusias. Nalurinya mengatakan, jika
ikut lomba, dirinya pasti akan juara, minimal masuk enam besar.
Alhasil, ia keluar sebagai juara kedua. Selain piala dan piagam, ia juga mendapat hadiah uang tunai yang cukup besar untuk ukuran dirinya sebagai wartawan Tempo (maksudnya tempo-tempo terbit, tempo-tempo tidak). Namun, pada tengah malam sepulang dari
hotel tempat dilangsungkannya acara penyerahan hadiah, ia menggigil kedinginan dan keesokan
harinya terpaksa dilarikan ke rumah sakit.
Dua sahabat kentalnya pun datang
membezuk. Setelah berupaya menghibur, bercanda, dan berbincang-bincang, kedua
sahabatnya masing-masing mengemukakan analisanya.
"Ternyata saudaraku ini tidak boleh
mendapat hadiah uang dalam jumlah besar, karena pasti kaget dan langsung sakit,"
kata sahabat pertama.
Maka meledaklah tawa mereka bertiga.
Belum reda tawa mereka, sahabat kedua pun mengemukakan analisanya.
"Selain itu, saudara kita ini juga tidak
boleh jadi juara kedua, apalagi juara pertama. Paling banter juara tiga saja,
karena kalau naik ke juara dua, dia pasti sakit,” ujarnya sambil tertawa. (win)