SEKOLAH JURNALISME INDONESIA. Pelatih nasional wartawan PWI, Asnawin Aminuddin (baju hitam) membawakan materi “Perkembangan Pers Dunia dan Indonesia” pada Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) yang diadakan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kota Makassar, di Gedung MPM Muhammadiyah, Jl Sunu, Makassar, Jumat, 15 April 2016. (ist)
----------
Selasa, 19 April 2016
Sejarah Pers Indonesia Terbagi Tiga Golongan
MAKASSAR,
(PEDOMAN KARYA). Sejarah
perkembangan pers di Indonesia terbagi menjadi tiga golongan, yaitu Pers
Kolonial, Pers Cina, dan Pers Nasional. Pers Kolonial adalah pers yang
diusahakan oleh orang-orang Belanda di Indonesia pada masa kolonial atau
masa penjajahan.
“Surat kabar pertama terbit pada 1744, berama Bataviasche
Nouvelles oleh orang Belanda. Itulah pertama kali Indonesia mengenal
istilah pers,” kata pelatih nasional wartawan PWI, Asnawin Aminuddin.
Sejarah tersebut diungkapkan saat membawakan materi “Perkembangan
Pers Dunia dan Indonesia” pada Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) yang diadakan
Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Kota Makassar, di Gedung
MPM Muhammadiyah, Jl Sunu, Makassar, Jumat, 15 April 2016.
Golongan kedua, kata Asnawin, yaitu Pers Cina yang
diusahakan oleh orang-orang Cina di Indonesia. Pers Cina meliputi koran-koran
dan majalah dalam bahasa Cina, bahasa Indonesia, atau bahasa Belanda yang
diterbitkan oleh golongan penduduk keturunan Cina.
“Golongan ketiga adalah Pers Nasional, yaitu pers yang
diusahakan oleh orang-orang Indonesia, terutama orang-orang pergerakan dan
diperuntukkan bagi orang Indonesia. Pers Nasional bertujuan memperjuangkan
hak-hak bangsa Indonesia di masa penjajahan,” tutur Direktur Perpustakaan Pers
PWI Sulsel.
Tirtohadisorejo atau Raden Djokomono, pendiri surat kabar
mingguan Medan Priyayi, yang sejak 1910 berkembang menjadi harian, sebutnya,
dianggap sebagai tokoh pemrakarsa Pers Nasional.
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17
Agustus 1945, kata Asnawin, istilah pers nasional berubah menjadi Pers
Indonesia yang kemudian dibagi dalam beberapa kelompok.
Kelompok pertama, yaitu Pers Indonesia Tahun 1945–1950. Pada
masa ini, Pers Indonesia sering disebut sebagai pers perjuangan. Pers Indonesia
menjadi salah satu alat perjuangan untuk memertahankan kemerdekaan bangsa
Indonesia.
“Beberapa hari setelah teks proklamasi kemerdekaan
Indonesia dibacakan Bung Karno, terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai
bidang kehidupan masyarakat, termasuk pers. Hal yang diperebutkan terutama
adalah peralatan percetakan,” papar Asnawin.
Pada periode ini pula, lanjutnya, terbentuk dua organisasi
pers, yaitu organisasi pers bagi para wartawan yang bernama Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) pada 9 Februari 1946, serta organisasi pers bagi perusahaan
surat kabar bernama Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) pada 8 Juni 1946.
“Pemerintah kemudian menetapkan 9 Februari sebagai Hari
Pers Nasional,” tandas Asnawin. (kas/win)