MAKANAN HALAL. Kepala Laboratorium Mutu dan Direktur Halal Science Laboratorium Central Ilmu Hayati Universitas Brawijaya Malang, Prof Ir Sukoso MSc PhD, saat membawakan kuliah umum, di Aula UBC Menara Iqra Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar, Rabu, 25 Mei 2016. (Foto: Asnawin Aminuddin)
------------
Rabu, 25 Mei 2016
Makanan Halal Cegah Korupsi
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Orang yang selalu mengupayakan mengkonsumsi makanan halal dan menghindarkan diri dari mengkonsumsi makanan haram atau makanan yang tidak dijamin kehalalannya, hampir dapat dipastikan tidak akan melakukan perbuatan korupsi.
“Memakan makanan yang belum tentu halal saja,
mereka sudah takut, apalagi mau korupsi,” kata Kepala Laboratorium Mutu dan Direktur
Halal Science Laboratorium Central Ilmu Hayati Universitas Brawijaya Malang,
Prof Ir Sukoso MSc PhD, saat membawakan kuliah umum, di Aula UBC Menara Iqra
Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar, Rabu, 25 Mei 2016.
Mengkonsumsi makanan halal dan baik (halalan
thayyiban), katanya, bukan sekadar saran atau anjuran, melainkan perintah dari
Allah SWT.
Sukoso kemudian mengutip beberapa ayat
dalam Al-Qur’an, antara lain QS Al-Baqarah, ayat 168, yang artinya: “Hai
sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
“Ingat, Nabi Adam juga diusir dari surga
karena masalah makanan,” ungkapnya.
Dalam QS Al-Baqarah, ayat 35, katanya, Allah
berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah
makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan
janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang
yang zalim.”
Selain menyangkut halal dan baik,
lanjutnya, agama (Islam) juga menganjurkan umatnya agar mengatur pola dan porsi
makan.
“Meskipun halal dan baik, tapi pola dan
porsinya tidak diatur, maka makanan juga bisa berbahaya bagi kesehatan,” tandas
Sukoso.
Tentang pola dan porsi makan tersebut,
dia mengungkapkan bahwa pernah suatu hari, seorang tabib (dokter) non-muslim dari
Palestina, mendatangi Rasulullah Muhammad SAW dan menawarkan bantuan kesehatan
bagi umat Islam di Madinah.
Tawaran tersebut disetujui Rasulullah
dan mulailah sang tabib mendatangi rumah-rumah penduduk. Namun satu bulan
kemudian, ia kembali menemui Rasulullah dan langsung pamit pulang ke Palestina.
“Setelah satu bulan di Madinah, saya
tidak pernah menemukan satu orang pun penduduk yang sakit. Apa sebenarnya resep
yang engkau berikan kepada mereka, tanya sang dokter. Rasulullah kemudian
menjelaskan bahwa kami (umat Islam) adalah kaum yang tidak makan kalau belum
lapar dan berhenti makan sebelum kenyang,” tutur Sukoso.
Kuliah umum yang dimoderatori Saleh
Molla (Dekan Fakultas Pertanian Unismuh Makassar), dihadiri Wakil Ketua Muhammadiyah
Sulsel Dr KH Alwi Uddin, Ketua Badan Pelaksana Harian Unismuh Makassar Syaiful
Saleh, Wakil Rektor IV Rahim Nanda, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Dr Mahmud
Nuhung, Dekan Fisip Dr Muhlis Madani, Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) Mawardi
Pewangi, Dekan Fakultas Teknik Hamzah Al
Imran, serta sejumlah dosen dan mahasiswa Unismuh Makassar. (an)
Tags
Liputan Utama