--------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 21 Juni 2016
Museum, Pintu Masuk Pertama Bagi Wisatawan
(Bagian Pertama dari Tiga Tulisan)
Pengantar:
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Sulawesi Selatan pada akhir Juni 2007, mengadakan kegiatan Sosialisasi Museum
yang diikuti puluhan pengelola museum dan guru se-Sulsel, di Aula Museum La
Galigo Benteng Ujungpandang.
Acara yang dibuka Wakil Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel, Ama Saing, dan dihadiri Kepala UPTD Museum La
Galigo Disbudpar Sulsel, Hj Sugiarti Alwie, menghadirkan tiga pembicara, yakni
Edward L Poelinggomang (Museum dalam Pengembangan Pendidikan Formal di Sulsel),
Muhammad Yamin Data (Museum sebagai Sarana Pendidikan), dan Masrury Hamusta
(Konservasi dan Preparasi Museum).
Kebetulan saya yang meliput kegiatan
tersebut sebagai wartawan harian Pedoman Rakyat, dan hasil liputannya dimuat
secara bersambung pada Harian Pedoman Rakyat, edisi 2 s/d 5 Juli 2007.
Meskipun kegiatan ini sudah berlalu
beberapa tahun silam, namun tetap saja enak dan berguna untuk dibaca. Berikut
laporan dari kegiatan tersebut yang kami rangkum dan kreasi ulang untuk pembaca
Majalah Pedoman Karya. (Asnawin Aminuddin)
Museum pada awal pendiriannya hanya
berfungsi sebagai lembaga penumpukan koleksi benda-benda arkeologi, bahan-bahan
etnografi, dan kadang juga mengoleksi spesimen flora dan fauna.
Namun dalam perkembangannya kemudian,
museum tidak lagi hanya memamerkan warisan budaya, sejarah, serta spesimen
flora dan fauna, melainkan sudah dikembangkan menjadi instrumen pendidikan yang
sangat berkesan atau menjadi pembelajaran kepada masyarakat, termasuk pelajar
dan mahasiswa.
Selain itu, museum juga telah menjelma
menjadi sarana rekreasi bagi masyarakat luas, termasuk wisatawan mancanegara.
Masyarakat bisa membawa keluarganya, para guru bisa membawa murid-muridnya,
serta pimpinan instansi/perusahaan bisa membawa karyawannya untuk berekreasi di
museum.
Badan museum internasional (ICOM)
merumuskan pengertian museum sebagai: “Suatu institusi permanen yang tidak
mengais keuntungan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dalam
perkembangannya, terbuka untuk publik yang bergiat mengumpulkan, mengonservasi,
menginterpretasikan, mengomunikasikan, dan memamerkan bukti-bukti material dari
produk manusia dan lingkungan untuk kepentingan belajar, pendidikan, dan
penikmatan.” (Mohm Yuszaidy, dkk, 2005: 291).
“Jadi museum juga melakukan studi atas
koleksinya, menginterpretasikannya, dan menyebarkan ilmu pengetahuan,” kata
Edward L Poelinggomang, dalam makalahnya yang berjudul: “Museum dalam
Pengembangan Pendidikan Formal di Sulsel.”
Sejarawan dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar itu mengatakan, museum berfungsi sebagai pintu masuk pertama dari para wisatawan, baik wisatawan mancanegara, maupun wisatawan domestik, karena menyimpan informasi dan pengetahuan secara ringkas tentang negara dan daerah.
Museum La Galigo di Benteng Ujungpandang
(Fort Rotterdam) misalnya, kata Edward, menyimpan bukti material Perang
Makassar (1666-1667, 1668-1669), bahkan Benteng Ujungpandang yang dijadikan
lokasi lembaga museum itu juga bisa menjadi bukti material peninggalan sejarah
dan budaya Kerajaan Makassar.
“Alangkah janggalnya bila pengunjung dari
luar, lebih banyak mengetahui tentang daerah kita sendiri dibanding penghuni
daerah ini, yang mengetahui melalui lembaga (museum, red) yang disediakan
sendiri. Karena itu, diharapkan agar semua lembaga pendidikan yang berada di
daerah ini dapat memanfaatkan lembaga yang disediakan untuk melayani
kepentingan publik sebagai sumber pembelajaran,” tutur Edward.
Proses pembelajaran yang diterapkan pada
museum antara lain menempatkan pada galeri, koleksi bukti material sejarah dan
budaya, pemandu memberikan penjelasan kepada pengunjung, pemandu melakukan
manipulasi dalam bentuk latihan untuk membangun daya kognitif pengunjung,
mengadakan pameran.
“Keunikan dari proses pembelajaran di museum adalah sifatnya yang melintasi kurikulum sekolah. Museum juga bisa menyediakan perpustakaan, ruang baca, ruang komputer yang dilengkapi web dan homepage, serta mencetak buku-buku kecil yang berkaitan dengan koleksi dan kegiatannya,” papar Edward. (bersambung)
-----
Tulisan Bagian ke-2: Museum La Galigo, Museum Pertama di Sulawesi Selatan
Tulisan Bagian ke-3: Bila Pengunjung Tidak Datang, Museum yang Mendatangi Pengunjung