MIMPI MEMANJAT POHON. Ketika masih remaja, Mukhlis pernah bermimpi melihat sebuah pohon kelapa yang batangnya tidak langsung menjulang lurus ke langit sebagaimana pohon kelapa pada umumnya. Batangnya naik dari tanah sedikit, lalu bengkok rata agak panjang, kemudian bengkok ke atas tapi agak meliuk-liuk. Ia kemudian memanjat pohon kelapa itu dan berhasil sampai di puncak. (Foto: Asnawin Aminuddin)
------
PEDOMAN
KARYA
Rabu,
08 Juni 2016
Pengalaman
Spiritual:
Mimpi Memanjat
Pohon Kelapa Meliuk-liuk
Mimpi kadang disebut sebagai bunga
tidur, bahkan mimpi di siang hari alias mimpi di siang bolong sama sekali tidak
bisa dipercaya. Tetapi tak jarang, ada mimpi kita pada masa bocah atau ketika
masih kuliah yang kemudian menjadi kenyataan.
Begitulah pengalaman Dr H Mukhlis Paduai
MPd, mantan pejabat di Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel, serta pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulsel.
Ketika masih remaja, pria kelahiran
Makassar, 14 Desember 1957 itu, pernah bermimpi melihat sebuah pohon kelapa
yang batangnya tidak langsung menjulang lurus ke langit sebagaimana pohon
kelapa pada umumnya.
“Saya melihat batangnya naik dari tanah
sedikit, lalu bengkok rata agak panjang, kemudian bengkok ke atas tapi agak
meliuk-liuk. Dalam mimpi, saya kemudian memanjat pohon kelapa itu dan berhasil
sampai di puncak,” ungkap Mukhlis yang kini mengelola Perguruan Mukhlisin (SDIT
Mukhlisin) di Desa Jenetallasa, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.
Ketika kuliah, seorang wanita pernah
meramal masa depannya. Wanita itu tanpa diminta langsung mengatakan bahwa
Mukhlis kelak akan mendapatkan posisi tinggi.
“Saya tidak minta diramal dan saya tidak
tahu kalau wanita itu disebut-sebut sebagai orang pintar, tetapi wanita itu
sendiri yang langsung meramal saya. Waktu itu, saya hanya tersenyum mendengar
ramalannya,” katanya.
Bukan memercayai mimpi dan ramalan
tersebut, tetapi kenyataannya, perjalanan hidupnya seolah-olah membenarkan mimpinya
dan ramalan wanita itu.
Mukhlis yang menamatkan kuliah program
S1 (sarjana, jurusan pendidikan matematika) di IKIP Ujungpandang (sekarang
Universitas Negeri Makassar) dan S2 (magister) di Universitas Gajah Mada (UGM)
Yogyakarta, serta S3 di UNM, mengawali karirnya sebagai guru.
Dia kemudian menjadi penatar matematika
tingkat provinsi Sulsel dan beralih menjadi staf Seksi Kurikulum Bidang
Pendidikan Menengah Umum (Dikmenum) Dinas Pendidikan Provinsi Sulsel (dulu
Kanwil Depdikbud Sulsel).
Sempat melakukan studi banding selama
satu bulan di Jepang dan mengambil kursus singkat di Australia, Mukhlis
kemudian diangkat menjadi Kepala Seksi Kurikulum Bidang Dikmenum Dinas
Pendidikan Provinsi Sulsel.
Jabatan itu dijalani selama 10 tahun
lebih, suatu masa yang cukup lama untuk menduduki satu pos jabatan. Setelah
itu, ia diangkat menjadi Kasubdin Agama dan Dikdas Dinas Pendidikan Provinsi
Sulsel, kemudian beralih menjadi pejabat pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Sulsel.
“Setelah pensiun, saya sekarang menjalani hidup tenang
dengan (mendirikan dan) mengelola Perguruan Mukhlisin di Gowa. Mudah-mudahan
perguruan ini bisa berkembang dan membina generasi muda sebanyak-banyaknya,”
ungkap Mukhlis. (asnawin)