MENSIRNAKAN. “Nama Makassar tidak tampak dalam rancangan kota baru yang dibangun di atas reruntuhan Kota Makassar. Penyebutan area tempat kegiatan perdagangan dengan nama Vlardingen itu mengindikasikan bahwa Speelman telah menggantikan nama kota itu.”'
Edward
L Poelinggomang
(Sejarawan Universitas Hasanuddin, Makassar)
-------
PEDOMAN KARYA
Rabu, 13 Juli 2016
Sejarah
Kota Makassar (4):
Kompeni
Berupaya Mensirnakan Penyebutan Makassar
Pengaturan wilayah dan pemberian nama daerah yang
dilakukan Kompeni, di bawah pimpinan Speelman, bertujuan mensirnakan penyebutan
Makassar untuk kota baru yang dibangunnya itu.
Makassar yang menjadi pelabuhan transito
internasional terbesar, tidak dijadikan kota pelabuhan dagang, melainkan diubah
statusnya menjadi pos pengamanan kebijakan monopoli perdagangan rempah-rempah
di Maluku.
Akibatnya, Bandar Makassar hanya berfungsi sebagai
pelabuhan singgah kapal kompeni dari Batavia yang berlayar ke dan datang dari
Maluku.
“Nama Makassar tidak tampak dalam rancangan kota
baru yang dibangun di atas reruntuhan Kota Makassar. Penyebutan area tempat
kegiatan perdagangan dengan nama Vlardingen itu mengindikasikan bahwa Speelman
telah menggantikan nama kota itu,”' urai sejarawan dari Universitas Hasanuddin
(Unhas) Makassar, Edward L Poelinggomang.
Namun dalam perkembangannya kemudian, ketika
produksi teh China mendapat permintaan pasar Eropa, pihak Kompeni bergiat
menjalin kembali hubungan perdagangan dengan China.
Usaha itu mendorong Kompeni membuka beberapa
pelabuhan dagang di wilayahnya bagi pedagang maritim China pada 1731. Dalam
kebijakan itu, tampak bahwa kota baru ciptaan Speelman kembali disebut dengan
nama Pelabuhan Makassar.
Pelabuhan atau bandar Makassar kemudian tumbuh dan
berkembang kembali. Sayangnya, pemerintah Hindia Belanda memandang kemajuan
Makassar itu tidak menguntungkan pemerintah kecuali bandar niaga asing lainnya.
Bandar niaga Batavia, Semarang, dan Surabaya, serta
pemasaran produksi industri Belanda semakin tidak berkembang. Oleh karena
itulah, pemerintah Hindia Belanda menghendaki perubahan status bandar Makassar
dari pelabuhan bebas menjadi pelabuhan wajib pajak, namun rencana itu mendapat
protes berbagai pihak.
Karena adanya protes tersebut dan setelah melakukan
berbagai upaya, pemerintah Hindia Belanda baru bisa mengubah kedudukan
pelabuhan Makassar dari pelabuhan bebas menjadi pelabuhan wajib pajak, pada 1
Agustus 1906.
Kedudukan Makassar sebagai pusat perdagangan
dialihkan ke pusat perdagangan di Jawa. Untuk melayani kegiatan perdagangan ke
Kalimantan dipusatkan ke Semarang, sedangkan untuk kawasan timur diembankan
kepada otoritas Pelabuhan Surabaya.
Sejak itu, segala kegiatan ekspor dan impor harus
melalui Pelabuhan Surabaya, sehingga sarana angkutan niaga yang sebelumnya
terdaftar di Makassar memindahkan usaha mereka ke Surabaya.
“Untuk tidak mengecewakan, maka kota pelabuhan
Makassar diberi hadiah sebagai pintu gerbang, tempat berlalunya kegiatan
perdagangan maritim ke kawasan timur Indonesia maupun ke negara asing lainnya.
Predikat itu juga berkenan dengan pemberian status kotamadya (staatsgemeente)
pada April 1906, bersama empat kota lainnya, yakni Batavia, Semarang, Surabaya,
dan Medan,” ungkap Edward. (asnawin/bersambung)
--------
Keterangan:
-- Artikel ini dimuat di harian Pedoman Rakyat,
Makassar, Jumat, 10 Agustus 2007, halaman 17/Humaniora, dengan judul: “Sejarah
Kota Makassar (4): Makassar Dijadikan Pelabuhan Wajib Pajak”
(http://pedomanrakyat.blogspot.co.id/2007/08/sejarah-kota-makassar-4.html)
-- Materi tulisan diambil dari makalah sejarawan
Univesitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Edward L Poelinggomang, pada Seminar
Nasional 400 Tahun Makassar, di Hotel Sahid Makassar, 30 Juni 2007. Seminar
dengan tema ''Menemukenali dan Merangkai Sejarah dan Budaya Makassar" itu
menghadirkan 400 tokoh dan menampilkan beberapa pembicara.
--------
Sejarah Kota Makassar (5): Syech Yusuf Ditangkap di Banten, Pasukannya Dipulangkan ke Makassar
Sejarah Kota Makassar (3): Benteng Sombaopu Dihancurkan, Arung Palakka Dibangunkan Istana
http://pedomanrakyat.blogspot.co.id/2007/08/sejarah-kota-makassar-4.html
BalasHapus