SUNGGUH TERLALU!. Ada tetangga kaya raya dan rumahnya besar, tetapi rumah besar itu tertutupi oleh pagar tembok yang tinggi. Ada penipuan halus di mall dengan memajang promosi Diskon 50%+20%. Ada karyawan yang menuntut pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) sesuai aturan. Ada petasan dengan suara bergemuruh di malam takbiran. Sungguh terlalu!
------
Selasa, 05 Juli 2016
Sungguh
Terlalu!
Oleh: Asnawin Aminuddin
Sepasang
suami isteri bersama dua anaknya yang masih bocah, berbelanja di sebuah pusat
perbelanjaan. Setelah berbelanja di sebuah supermarket, sang isteri mengajak
suami dan anak-anaknya ke toko pakaian.
Dari
luar toko terpampang tulisan besar Diskon 50%+20%. Ada juga yang tertulis
langsung Diskon 70%. Setelah
melihat-lihat, ternyata memang banyak pakaian yang diskon, mulai dari 10%
hingga 70%. Tetapi setelah diteliti, ternyata harga pakaian sudah
dilipatgandakan dari harga normal.
Pakaian
yang sebelum Ramadhan harganya paling tinggi Rp 35.000, kini harganya menjadi Rp
133.000, kemudian di atasnya ada kertas bertuliskan diskon s/d 70%. Itu
artinya, diskon pakaian belum tentu 70%, melainkan paling tinggi 70%. Tulisan
's/d' yang artinya 'sampai dengan', juga ditulis dengan huruf kecil, sehingga
banyak orang yang terkecoh.
Masih
di toko pakaian yang sama, ada tulisan “harga mulai dari Rp 15.000”, tetapi
tulisan “mulai dari”, sangat kecil sehingga nyaris tidak terbaca oleh
pengunjung.
Dengan
berbagai bentuk penipuan itu, akhirnya banyak pengunjung yang terkecoh sehingga
ada beberapa kejadian lucu.
Ada
pengunjung yang tersenyum-senyum, ada pengunjung yang mengejek penjaga toko,
ada pengunjung yang mengumpat, dan ada juga pengunjung yang batal membayar
pakaian yang sudah dipilih, karena ternyata harganya tidak sesuai yang disangka
sebelumnya.
“Sungguh
terlalu!,” kata sang isteri kepada suaminya.
***
Pada
hari Sabtu, sang isteri mengajak suaminya ke pasar untuk persiapan buka puasa
dan makan sahur. Suasana hati sang isteri sedang bagus, karena suaminya
memberikan uang yang cukup banyak untuk berbelanja, dan sepanjang jalan menuju
pasar, keduanya asyik bercanda-ria.
Di
pasar, sang isteri masuk ke pasar, sedangkan suaminya menunggu sambil membaca
koran di tempat parkir. Sekitar satu jam kemudian, sang isteri muncul dengan
wajah yang kurang ceria.
Sebelum
ditanya, sang isteri langsung 'memberitakan' bahwa harga ikan, sayur, dan
rempah-rempah naik drastis, sehingga sisa uangnya tinggal sedikit.
“Sungguh
terlalu!,” kata sang isteri kepada suaminya.
***
Pulang
dari pasar dan sebelum berbelok masuk ke halaman rumah kontrakannya, pasangan
suami isteri itu berpapasan dengan ibu paruh baya tetangganya yang kaya raya
dan rumahnya besar, tetapi rumah besar itu tertutupi oleh pagar tembok yang tinggi.
Sang
isteri tersenyum dan suaminya pun menunduk, tetapi tetangganya hanya memandang
mereka dengan tatapan mata kosong, tanpa tegur sapa, dan tanpa senyum sama
sekali.
“Sungguh
terlalu!,” kata sang isteri kepada suaminya.
***
Sambil
memasak, sang isteri mengajak suaminya ngobrol-ngobrol. Obrolan santai terjadi,
tetapi keduanya tidak saling memandang, karena sang isteri sambil memasak dan
suaminya sambil membaca koran.
Suaminya
kemudian membacakan sebuah berita aksi unjuk rasa sejumlah karyawan di sebuah
perusahaan. Para karyawan itu protes karena perusahaan memberlakukan berbagai
aturan yang ketat, tetapi tidak dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan,
padahal perusahaan mendapatkan keuntungan besar dalam beberapa tahun terakhir.
Para
karyawan juga menuntut pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) sesuai aturan yakni
dibayarkan paling lambat satu minggu sebelum lebaran, dan besarnya minimal sama
dengan gaji sebulan.
Tahun
lalu, perusahaan itu terlambat membayarkan THR dan besarnya pun hanya 70% dari
gaji.
“Sungguh
terlalu!,” kata sang isteri kepada suaminya.
***
Seusai
buka puasa dan shalat magrib, sang isteri mengambilkan suaminya kue dan teh
hangat. Bersama kedua anaknya, mereka pun makan kue sambil ngobrol.
Ketika
sang isteri sedang mengangkat gelas yang berisi teh hangat, tiba-tiba terdengar
suara petasan yang cukup besar. Sang isteri kaget dan gelasnya terlepas jatuh.
Gelas pecah dan tentu saja air tehnya tumpah.
“Sungguh
terlalu!,” kata sang isteri kepada suaminya.
--
Keterangan:
-Artikel parodi ini
ditulis di Makassar, pada 22 September 2007, dan dimuat di harian Pedoman
Rakyat, Makassar, edisi Senin, 24 September 2007, pada rubrik “Lanskap” yang saya isi
setiap hari Senin.
--