KETUA GOLKAR. Dalam berbagai kesempatan, Syahrul menggambarkan dirinya sebagai orang yang mementingkan disain (by design) dan perencanaan (planning). Syahrul tidak suka mengikuti air yang mengalir dan sangat menghindari kecelakaan, termasuk kecelakaan politik. (int)
--------
Keterangan:
-- Artikel opini ini dimuat di Harian Fajar, Makassar, Rubrik Opini (Halaman 4), edisi Senin, 11 Januari 2010. Kami memuatnya kembali di Majalah PEDOMAN KARYA online (www.pedomankarya.co.id), karena tulisan ini dapat menjadi cermin tentang kepemimpinan Syahrul Yasin Limpo sebagai Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel, periode 2009-2015. Semoga bermanfaat. Terima kasih. (Redaksi)
-----------------------------
Golkar Sulsel di Tangan Syahrul
Oleh: Asnawin
(Mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Universitas Satria
Makassar)
Perilaku
organisasi kadang-kadang dituduh telah menjadi alat ilmiah bagi pihak yang
berkuasa. Terlepas dari tuduhan-tuduhan itu, perilaku organisasi dapat
memainkan peranan penting dalam perkembangan organisasi dan keberhasilan kerja
orang-orang yang berkecimpung di dalamnya.
Seperti manusia,
organisasi juga punya nama, punya tubuh (struktur), punya sifat, punya
karakter, dan punya perilaku. Organisasi juga dipengaruhi oleh iklim dan
lingkungan. Kemampuan beradaptasi dengan iklim dan lingkungan memungkinkan
organisasi mampu bertahan hidup dan berusia panjang.
Salah satu jenis
organisasi yang paling banyak dibicarakan orang dan sangat besar pengaruhnya
dalam pemerintahan dan kemasyarakatan adalah organisasi partai politik. Iklim
dan lingkungan perpolitikan di Indonesia yang sangat tidak menentu, telah
membuat banyak organisasi partai politik yang gagal mempertahankan hidupnya,
sehingga mati dan hilang dari peredaran. Ada juga partai politik yang “hidup
segan mati tak mau.”
Iklim Pemilu
2009 misalnya, telah menumbangkan puluhan organisasi partai politik (parpol)
sehingga kini hanya sembilan parpol yang mampu bertahan hidup di level
nasional. Salah satu parpol yang mampu beraklimatisasi dengan Pemilu 2009
adalah Partai Golkar.
Kemampuan Partai
Golkar beraklimatisasi, bertahan hidup, dan bahkan menjadi organisasi parpol
yang menonjol di antara organisasi sejenis di Indonesia, tidak terlepas dari
nama, tubuh (struktur), sifat, karakter, dan perilakunya selama ini.
Partai Golkar
Sulawesi Selatan adalah salah satu contoh yang sangat bagus untuk dijadikan
bahan diskusi dan bahan penelitian tentang bagaimana sebuah organisasi parpol
mampu bertahan hidup dan menjadi terkemuka di antara organisasi sejenis di
daerah ini.
Tulisan ini
tidak akan membahas sejarah dan perkembangan partai berlambang pohon beringin
rindang itu di Sulawesi Selatan, tetapi mencoba melihat bagaimana perilaku
Partai Golkar Sulsel sebagai sebuah organisasi parpol di bawah
"kendali" Syahrul Yasin Limpo, serta sedikit gambaran tentang sosok
Syahrul Yasin Limpo sebagai birokrat dan sebagai organisatoris.
Pada Musda
Partai Golkar Sulsel pertengahan November 2009, Syahrul Yasin Limpo yang tidak
lain Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan itu, terpilih sebagai ketua DPD I
Partai Golkar Sulsel periode 2009-2015 melalui cara musawarah untuk mufakat.
Musyawarah untuk
mufakat adalah salah satu perilaku dalam sebuah organisasi (organization
behavior). Orang yang berkecimpung di organisasi parpol sangat memahami
bahwa setiap kali orang berinteraksi dalam organisasi maka banyak faktor yang
ikut bermain di dalamnya.
Setelah terpilih
menjadi ketua, Syahrul Yasin Limpo bersama beberapa formatur kemudian menyusun
struktur kepengurusan serta memilih orang-orang yang dianggap pantas dan mampu
bekerja sama dengan baik dalam mengurus dan membesarkan Partai Golkar Sulsel.
Penyusunan
struktur dan pemilihan pengurus sebuah organisasi parpol juga menggambarkan
perilaku organisasi. Struktur kepengurusan Partai Golkar Sulsel tidak terlepas
dari tindakan-tindakan ketua, formatur, dan pengurus lainnya. Merekalah yang
menciptakan struktur, memutuskan, dan juga berkewajiban memeliharanya sehingga
Partai Golkar Sulsel dapat tetap eksis ke depan.
Sebagai sebuah
perilaku, penyusunan struktur dan pemilihan orang-orang yang duduk dalam
struktur tersebut tentu tidak semua orang senang dan bisa menerimanya. Bentuk
penolakan itu dapat dilihat dari reaksi internal dan eksternal.
Salah satu
reaksi tersebut adalah pengumuman pengunduran diri Ilham Arief Sirajuddin dari
kepengurusan Partai Golkar Sulsel. Ilham Arief Sirajuddin adalah ketua umum
pengganti antar-waktu Partai Golkar Sulsel selama beberapa bulan di tahun 2009
dan juga satu-satunya pesaing Syahrul Yasin Limpo pada Musda partai tersebut
November 2009.
Bukan Manusia Standar
Terpilihnya
Syahrul Yasin Limpo sebagai ketua melalui cara musyawarah untuk mufakat,
bagaimana struktur kepengurusan saat ini, dan siapa-siapa saja yang duduk dalam
struktur tersebut, barulah langkah awal dari berbagai kemungkinan perilaku
Partai Golkar Sulsel ke depan. Kita masih akan menunggu bagaimana perilaku
Partai Golkar Sulsel di tangan Syahrul dalam menghadapi berbagai situasi dan
kondisi perpolitikan di daerah ini dan secara nasional.
Kita masih akan
melihat bagaimana perilaku Partai Golkar Sulsel dalam menghadapi pemilihan
kepala daerah (pilkada) di sejumlah kabupaten se-Sulawesi Selatan pada tahun
2010 dan pada berbagai agenda politik lima tahun ke depan.
Sebagai seorang
mantan bupati dan sebagai Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan yang tengah
berkuasa, Syahrul tentu memiliki banyak pengalaman dan juga memiliki kekuatan (power)
dalam upaya mencapai tujuan dan berbagai agenda organisasi Partai Golkar Sulsel
ke depan.
Dalam berbagai
kesempatan, Syahrul menggambarkan dirinya sebagai orang yang mementingkan
disain (by design) dan perencanaan (planning). Syahrul tidak suka
mengikuti air yang mengalir dan sangat menghindari kecelakaan, termasuk
kecelakaan politik.
Pria kelahiran
16 Maret 1955 itu bahkan selalu membuat beberapa perencanaan untuk setiap
tujuan yang ingin dicapai. Jika rencana A gagal, maka Syahrul sudah siap dengan
rencana B, dan seterusnya. Mungkin itulah yang membuat kariernya terus
menanjak, baik di pemerintahan maupun di berbagai organisasi.
Dengan berbagai
keberhasilannya di birokrasi dan di organisasi, maka tidak berlebihan kalau
dikatakan bahwa Syahrul Yasin Limpo bukanlah manusia standar. Dia berada di
atas standar atau di atas rata-rata orang Sulawesi Selatan pada umumnya dalam
bidang yang digelutinya.
Perilaku Partai
Golkar Sulsel dalam menyikapi berbagai situasi dan kondisi untuk menyukseskan
program-program organisasi dan agenda yang telah disusun, termasuk situasi dan
kondisi yang di luar perkiraan, tentu banyak dipengaruhi oleh Syahrul Yasin
Limpo sebagai ketua umum.
Syahrul pasti tidak sendirian dalam mengurus dan
membesarkan Partai Golkar Sulsel. Di sana banyak individu dan juga ada faksi
atau kelompok-kelompok. Bagaimana perilaku individu-individu dan faksi-faksi
tersebut, sangat memengaruhi perilaku organisasi Partai Golkar Sulsel ke depan.
Di sinilah kelak
akan dilihat bagaimana kemampuan Syahrul dalam memimpin Partai Golkar Sulsel,
dalam melakukan komunikasi internal, dalam berkomunikasi dengan petinggi parpol
lainnya, serta dalam mengatur perilaku organisasi partai politik yang
dipimpinnya.
Satu hal yang
tidak diharapkan yaitu jika perilaku Partai Golkar Sulsel ke depan akhirnya
mendapat resistensi yang besar dari masyarakat, karena lebih mementingkan
tujuan pribadi (para pengurusnya) dan kelompok, bukan mendahulukan kepentingan
masyarakat.
Selamat atas
pelantikan ketua dan pengurus Partai Golkar Sulsel, semoga masyarakat Sulsel
mendapatkan manfaat dan memberi apresiasi positif atas perilaku organisasi
partai ini ke depan. (**)
Tags
Opini