SILATURRAHIM. Ketua Majelis Dikti-Litbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Lincolin Arsyad (kedua dari kiri) didampingi Rektor Unismuh Dr Abdul Rahman Rahim (kedua dari kanan), Ketua BPH Unismuh Dr Syaiful Saleh (paling kiri), dan mantan Rektor Unismuh Prof Irwan Akib, pada acara silaturrahim dengan dosen Unismuh, di Ruang UBC Menara Iqra Kampus Unismuh Makassar, Senin, 21 November 2016. (ist)
--------------
Selasa,
22 November 2016
Gelar Doktor
Bukan Puncak Prestasi
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Gelar doktor
memang merupakan gelar akademik tertinggi, tetapi bukan puncak prestasi,
terutama bagi para dosen. Sebaliknya, gelar doktor, barulah awal untuk
berkarya, awal untuk menghasilkan karya-karya penelitian dan pengabdian pada
masyarakat.
Pernyataan sekaligus peringatan
tersebut dikemukakan Ketua Majelis Dikti-Litbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Prof Lincolin Arsyad, di hadapan seratusan dosen Universitas Muhammadiyah
(Unismuh) Makassar dalam acara silaturrahim, di Ruang UBC Mnara Iqra Kampus
Unismuh Makassar, Senin, 21 November 2016.
“Jumlah dosen di perguruan tinggi
Muhammadiyah se-Indonesia lebih dari 11.000 orang, tetapi yang doktor barulah
939 orang dan yang sudah Guru Besar barulah 76 orang atau 0,6 persen,” ungkap
Lincolin, yang duduk berdampingan dengan Rektor Unismuh Dr Abdul Rahman Rahim,
Ketua BPH Unismuh Dr Syaiful Saleh, dan mantan Rektor Unismuh Prof Irwan Akib.
Dari lebih 11.000 dosen perguruan tinggi
Muhammadiyah (PTM) dewasa ini, katanya, sebanyak 6.436 tercatat sebagai dosen
Ilmu-Ilmu sosial dan 5.347 dosen Ilmu-Ilmu eksakta.
“Di antara 11.000 sekian dosen PTM itu,
ternyata masih banyak juga yang berkualifikasi sarjana (S1) yaitu sebanyak
1.412 orang, sedangkan yang S2 sebanyak 8.488 orang. Dosen PTM yang sudah
berpangkat lektor kepala tercatat sebanyak 1.007 orang atau 8,5 persen. Kita
berharap angka-angka ini bisa ditingkatkan, sehingga makin banyak dosen PTM
yang berkualifikasi doktor dan juga bertambah dosen PTM yang menyandang gelar
profesor,” tutur Lincolin.
Hasil kajian yang dilakukan Majelis
Dikti-Litbang PP Muhammadiyah, katanya, menemukan beberapa kendala internal
yang dihadapi PTM, antara lain rendahnya kualitas dan kuantitas SDM dosen dan
tenaga kependidikan, serta belum berkembangnya dengan baik budaya akademik.
Selain itu, tata kelola SDM dan keuangan
yang digunakan belum menerapkan prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi,
keadilan, kejujuran, dan demokratis.
“Kita juga harus mengakui masih banyak
PTM yang mengalami keterbatasan sarana dan prasarana,” ungkap Lincolin. (win)
Tags
Liputan Utama