ULANG TAHUN. Mantan pemain dan mantan pelatih PSM, Syamsuddin Umar dalam beberapa gaya. Foto bawah dari kiri ke kanan, Syamsuddin Umar, Assegaf Sumirlan. Syamsuddin Umar berulang tahun pada 11 November 2016. (int)
------
PEDOMAN KARYA
Jumat,
11 November 2016
-----
Surat Pembaca:
PSM dan
Syamsuddin Umar
Menyampaikan ucapan ulang tahun ke orang
yang merayakannya sudah biasa. Namun tulisan sangat pendek ini saya kira jauh
lebih berarti dari sekadar “ucapan klasik” itu.
Masa kecil saya memang gemar main bola,
bahkan di kampung saya, Selayar, sekitar akhir tahun 70-an dimana saya masih
duduk di bangku SD hingga SMP, sebelum saya ke Makassar tahun 1979, kepiawaian
saya mengutak-atik bola tak diragukan lagi.
Namanya pemain bola yang masih kecil,
tentu saja punya fans atau idola, dan salah satu idola saya ketika itu adalah
Syamsuddin Umar.
Selain Pak Syam, saya juga mengenal
beberapa pemain PSM lainnya seperti Najib Latandang, Saleh Bahang (almarhum),
Gaffar Hamzah (almarhum), Pieter Fernadez, Anwar Ramang (almarhum), Abdi
Tunggal, Baco Ahmad, Iriantosyah Kasim, Gosse Halim, Yohannes Deong (kiper),
dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ketika mereka memperkuat PSM memang
belum ada acara live di televisi seperti sekarang, jadi saya mengenal nama-nama
itu hanya di radio melalui laporan pandangan mata lewat RRI NUsantara IV
(sekarang RRI Makassar).
Saking fansnya dengan mereka, saya
sempat berniat dalam hati kalau ke Makassar akan temui mereka di Lapangan
Karebosi, tapi niat itu tak pernah terkabul.
Singkat cerita ketika saya menjadi
wartawan di Harian Pedoman Rakyat dan ditugaskan sebagai wartawan olahraga,
niat itu baru bisa kesampaian. Dengan mudah saya bisa temui mereka bahkan
menjadi sumber berita saya dalam meliput PSM atau cabang olahraga sepakbola
umumnya.
Hubungan saya dengan mereka tak sekadar
urusan berita dan komentar sepakbola, tapi lebih dari itu sdh mengenal lebih
jauh sosok yang selama ini saya idolakan.
Khusus Pak Syam yang berulang tahun hari
ini, seperti saudara sendiri, karena kedekatan saya dengan beliau, sebagai
seorang wartawan PSM ketika itu, mohon maaf, kadang saya menulis berita tentang
PSM dan komentar-komentar seorang pelatih seperti Syamsuddin Umar, tak perlu
saya wawancarai.
Saya menuangkan pendapat saya sendiri
yang menurut saya kira-kira sama dengan jalan pikiran Pak Syam. Dan selama
bertahun-tahun saya lakukan itu, Pak Syam tidak pernah protes bahkan beliau
mengaku apa yang saya tulis sama dengan jalan pikirannya dan itu beliau akui
bahkan ada yang tidak pernah terpikirkan oleh beliau kemudian menjadi strategi
dalam pembentukan tim dst.
Saya banyak tahu kapan seorang
Syamsuddin Umar stres memikirkan tim terutama menjelang pertandingan, dan
begitu sebaliknya santai dan happy saat tim menang.
Lama memang tak bersua dengan beliau
padahal satu kota di Makassar, namun izinkanlah menyampaikan bahwa sisa-sisa
kehebatan Pak Syam masih ada ketika Tim PON Sulsel berhasil lolos ke Final dan
tim yang diasuhnya kalah terhormat melalui drama adu penalti. SELAMAT PAK SYAM
Arief Djasar
(Mantan
wartawan harian Pedoman Rakyat)