------
PEDOMAN KARYA
Senin, 26 Desember 2016
Surat Pembaca:
Begal Dihajar Massa, Ibu-ibu Ramai-ramai Menonton
Tiap saat kita
disuguhi informasi tentang kejadian pencopet yang dihajar massa, kejadian ini
pun mendapat tanggapan beragam. Cukup
banyak yang berharap sebaiknya massa menahan diri, agar tidak bertindak di luar norma hukum yang telah disepakati
bersama.
Namun tidak
sedikit, yang ingin para pencopet dihajar massa biar kapok dan jadi pelajaran
bagi siapa pun agar tidak mengambil barang yang bukan haknya.
Soal dua
pandangan yang berbeda itu, sangat lumrah,
karena tergantung dari sisi mana melihat masalah tersebut.
Pada kesempatan
ini, saya ingin menyampaikan kegelisahan
tentang dua hal yang saya temui saat massa menghakimi dua pencopet di depan Kampus
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, di Jalan Sultan Alauddin, Makassar, Ahad, 25 Desember 2016.
Pertama, ada
beberapa ibu-ibu yang saya temui, ada yang sambil menggendong, juga menarik
anak yang lain, agar berjalan cepat menuju tempat kejadian.
Saya sempat
menegur:
“Hati-hati bu, seharusnya
bawa payung, kasihan anaknya.”
Hampir semua ibu
yang saya temui, mereka membawa anak kecil. Saya
sempat bertanya kepada salah seorang di antara mereka.
“Kenapa
terlihat tergesa-gesa, nanti jatuh, karena trotoar licin,
apalagi ini sementara hujan gerimis,” tanya saya.
“Ada
pencopet pak,” jawab ibu tersebut.
Dalam benakku,
berbagai pertanyaan menyeruak. Apa
urusanya ibu-ibu ini dengan massa yang sedang mengahajar
pencopet, sehingga tidak memperdulikan kesehatan
dan kenyamanan anak-anaknya. Mereka seakan
berlari kecil menuju TKP. Apakah keluarganya yang dicopet?
Atau hanya ingin menyasikan massa menghakimi pencopet?
Kedua, massa
terus menghajar kedua pencopet yang sedang
sial tersebut,
meskipun polisi sudah memberi
peringatan dengan menembak ke udara. Massa seakan
tak perduli dengan bunyi tembakan tersebut.
Seorang bapak
yang berada kira-kira setengah meter di depan saya,
dengan suara datar seakan menasehati pencopet, dengan
mengatakan: “Kasihanku lihatko,
tapi mau apalagi.”
“Harusnya
kau mencuri harta negara. Kalau
ditangkap, pasti diperlakukan dengan baik. Kalau
kau curi harta orang, apalagi yang kau curi harta orang susah,
pasti nabunoko kalau nadapatko, seperti saat sekarang ini.”
Saya kaget
mendengar apa yang disampaikan bapak itu. Sayangnya
tak sempat mengambil gambarnya apalagi mewawancarai. Terus-terang, saya sangat gelisah dengan adanya kejadian tersebut, dimana masih sering terjadi pencopetan yang disertai kekerasan (begal) dan fenomena kemarahan massa.
Makassar, Senin, 26 Desember 2016
Muhammad Said Welikin
(Warga Kota Makassar)