IN MEMORIAM. Zaldy Yusuf Yunus, kak Mahdud Ramli (almarhum), dan Bapak Rahman Rahim menjadi guru saya dalam dunia pertelevisian, terutama dalam drama dan sinetron (TV Play). Bahkan setelah saya tergabung dengan kelompok Kosaster Fakultas Sastra Unhas. Berita meninggalnya pada hari Jumat, 13 Januari 2017, sungguh mengejutkan saya. -- Shaifuddin Bahrum --
-------
PEDOMAN KARYA
Sabtu,
14 Januari 2017
OPINI:
In Memoriam
Zaldi Yusuf Yunus
Oleh:
Shaifuddin Bahrum
(Seniman, Budayawan)
Berkenalan dengannya di sekitar tahun
1982 dalam suasana gemuruhnya perteateran kota Makassar. Ketika itu, saya masih
terbilang baru dan berada dalam barisan Teater Tiga (SMAN 3), dan Zaldy memimpin
Teater Papi Makassar.
Teater Papi saya liat muncul di layar TV
dalam acara Fragmen dan Drama Remaja. Melihat penampilannya, saya pun
terinspirasi untuk mesuk ke ruang kotak kaca pertelevisian.
Lalu saya pun menulis naskas TV yang
berjudul “Reza” dengan genre Drama Remaja untuk lalu saya bawa ke TVRI. Muncul
pulalah pertama kali Teater Tiga di layar TV ditahun 1982, setelah melalui
suatu proses yang tidak mudah.
Kala itu, saya harus melewati seleksi
naskah dan mengoreksinya beberapa kali setelah diperiksa oleh dua pengarah
acara handal TVRI Makassar kala itu, yakni almarhum Mahfud Ramli dan Rahman
Rahim. Maklum baru pertama belajar menulis skrip TV.
Pada tahun berikutnya (1983), saya
justru bertemu Zaldy di TVRI dan sudah menjadi karyawan di sana serta menjadi
asisten Pengarah Acara (sutradara), tetapi teater Papi-nya tetap berjaya dan
justru posisinya semakin kuat di TVRI. Meski begitu, suasana kompetisi dapat
berjalan dengan sehat.
Perkenalanku dengan Zaldi kian akrab, karena
beberapa kali beliau mendampingi kami dalam proses produksi Drama Remaja,
Fragmen. Ketika kami tamat dari SMAN 3 (Teater Tiga) Makassar, kami kemudian membetuk
Teater OPINI dan Teater Adinda Makassar bersama kawan-kawan alumni Teater Tiga.
Kami pun sudah semakin sering muncul di
Layar TV. Itu berarti kami semakin sering berinteraksi dengannya dan beliau
sering memberi arahan dan kami berdiskusi.
Zaldy Yusuf, kak Mahdud Ramli (almarhum),
dan Bapak Rahman Rahim menjadi guru saya dalam dunia pertelevisian, terutama
dalam drama dan sinetron (TV Play). Bahkan setelah saya tergabung dengan kelompok
Kosaster Fakultas Sastra Unhas.
Dengan mengusung nama Kosaster kami
sempat membuat 2 (dua) sinetron, saya lupa apa yang pertama, dan yang kedua: “I
Baso Mannangkasi”/Lelaki dari Somba Opu.
Kedua sinetron itu juga melibatkan Zaldy
yang menjadi asisten kak Mahfud. Bahkan ketika memproduksi naskah saya yang
menjadi juara pertama Lomba penulisan skenario TVRI makasssar (Mentari yang
Retak), Zaldi pun ikut mendampingi sutradara yang menanganinya.
Di luar studio TVRI kami sering bergaul
sebagai teman dan berdiskusi dengan berbagai tema-tema kreatif dan kesenian.
Juga suatu ketika kami sama-sama itul duduk dalam kepengurusan di Dewan
Kesenian Makassar maupun Dewan Kesenian Sulsel atau dilembaga lainnya.
Lama tak pernah bertemu dengan terutama
setelah saya meninggalkan Makassar beberapa tahun terakhir. Berita meninggalnya
pada hari Jumat, 13 Januari 2017, sungguh mengejutkan saya. Berita duka bahwa
dia telah tiada, telah berpulang ke Rahmatullah. Innalillahi wainnailaihi
rajiun. Selamat istirahat saudaraku.......
Ciledug,
13-01-2017
Tags
Opini