TIDAK RISIH. Mantan Wakil Bupati Selayar dan juga mantan Ketua Muhammadiyah Selayar, Saiful Arif, tanpa rasa risih, apalagi malu, bergabung dan menyatu dengan puluhan peserta Darul Arqam dan Pelatihan Instruktur Wilayah (Dapiwil) Muhammadiyah Sulsel, di Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, 27 Desember 2016 – hingga 01 Januari 2017.
------
PEDOMAN
KARYA
Senin,
02 Januari 2017
Kebesaran Jiwa Mantan
Wakil Bupati Selayar
Agak jarang kita melihat mantan pejabat negara
atau mantan pimpinan organisasi, turun kembali belajar dan berlatih, atau
mengikuti pelatihan yang biasanya diikuti para pemula atau yang bukan mantan
pejabat dan bukan mantan pimpinan organisasi.
Pemandangan yang jarang kita lihat itu,
diperlihatkan oleh sosok Saiful Arif SH (55 tahun), mantan Wakil Bupati
Selayar (periode 2010-2015) dan juga mantan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM)
Selayar (periode 2010-2015).
Tanpa rasa risih, apalagi malu, pria
kelahiran 29 Juli 1962 itu bergabung dan menyatu dengan puluhan peserta Darul Arqam
dan Pelatihan Instruktur Wilayah (Dapiwil) Muhammadiyah Sulsel, di Kampus Universitas
Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, 27 Desember 2016 – hingga 01 Januari 2017.
Ibarat siswa yang sedang mengikuti
pelajaran di kelas, atau seperti mahasiswa yang sedang mengikuti perkuliahan di
kelas, Saiful Arif duduk bersama peserta lain di ruangan pelatihan mengikuti
materi dari para instruktur, mulai hari pertama sampai hari terakhir.
Mantan wartawan harian Pedoman Rakyat ini
juga tampak menikmati suasana makan siang atau makan malam bersama dengan para
peserta lain, dengan memakai sarung atau celana panjang.
Yang menarik, pelatihan instruktur ini
diadakan oleh Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel dan
umumnya diikuti oleh para instruktur muda Muhammadiyah, serta jarang sekali
diikuti oleh kader yang sedang menjabat atau pernah menjabat Ketua Pimpinan
Daerah Muhammadiyah.
Namun dengan kebesaran jiwanya, Syaiful
Arif mengikuti pelatihan instruktur tersebut, serta aktif mengikuti semua
kegiatan mulai pembukaan sampai penutupan.
Karena Muhammadiyah
Mengapa dirinya mau mengikuti pelatihan
instruktur Muhammadiyah? Mengapa ia tidak risih ikut pelatihan instruktur
bersama-sama dengan kader-kader muda Muhammadiyah dan kader senior yang tidak atau
belum pernah menjadi pejabat negara sekelas kepala dinas atau wakil bupati?
“Saya memang dua periode diberi amanah
sebagai Ketua PDM Selayar, tapi jujur, saya belum pernah ikut pelatihan
instruktur di Muhammadiyah,” ungkapnya.
Dia juga berterus-terang bahwa dirinya
dipilih oleh Syahrir Wahab (Bupati Selayar periode 2005-2010, dan 2010-2015) untuk
mendampinya sebagai calon Wakil Bupati Selayar periode 2010-2015, pertimbangan
utamanya karena dirinya sedang memegang amanah sebagai Ketua Pimpinan Daerah
Muhammadiyah Selayar.
Ketika itu, ada tiga nama yang diusulkan
ke DPP Partai Golkar sebagai calon Wakil Bupati untuk mendampingi Syahrir Wahab
yang maju kembali sebagai calon Bupati Selayar periode kedua.
“Rapat pleno DPP Partai Golkar akhirnya
memilih saya, salah satu pertimbangannya karena saya sedang mendapat amanah
sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Selayar,” papar Saiful.
Pada Musyawarah Daerah Muhammadiyah
Kabupaten Selayar tahun 2016, Saiful Arif kembali masuk sembilan besar dan
lagi-lagi diminta menjadi ketua, tetapi dengan kebesaran jiwanya, dirinya meminta
agar kursi ketua diberikan kepada kader lain.
“Rasa-rasanya tingkat keikhlasan saya
jadi lebih teruji pada saat saya bukan ketua. Saya terinspirasi oleh Pak AR (AR
Fachruddin, mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah), saya terinspirasi
melihat kesederhanaannya, saya melihat langsung rumahnya dan kehidupan
sehari-harinya saat saya kuliah di (Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada) Yogyakarta,”
tuturnya.
Keikutsertaannya pada pelatihan
instruktur Muhammadiyah dan kesediaannya tetap menjadi pengurus Muhammadiyah
tanpa menjadi ketua, sekaligua untuk menunjukkan kepada kader-kader muda
Muhammadiyah bahwa tidak ada kata pensiun untuk mengurus Muhammadiyah.
“Pelatihan instruktur yang diadakan
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel ini diikuti oleh kader-kader lintas
generasi. Kehadiran saya disini sekaligus untuk menunjukkan kepada kader-kader yang
lebih yunior bahwa tidak ada kata pensiun dalam mengurus Muhammadiyah,” pungkas
Saiful. (asnawin)